Selamat datang di KRL Wednesday! Dalam rubrik ini, seperti biasa KAORI akan mengeksplorasi rangkaian-rangkaian KRL unik dengan berbagai faktor menarik yang mungkin mengena di hatimu. Kali ini, akan diulas mengenai salah satu rangkaian kereta rel listrik (KRL) dari seri KRL berpendingin udara (AC) eks-Jepang pertama yang hadir di Indonesia, Toei seri 6000 rangkaian 6181F. Salah satu rangkaian yang berdinas awal di Indonesia sejak tahun 2000, dan masih bertahan sebagai satu-satunya KRL seri 6000 eks-Toei yang beroperasi di Jabodetabek!
Simak juga KRL Wednesday sebelumnya: KRL JR seri 205, 205-54F dan Tokyu Seri 8500 – 8613F (JALITA)
Bureau of Transportation Tokyo Metropolitan Government (東京都交通局) atau yang lebih dikenal dengan Toei adalah salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) operator jasa transportasi milik pemerintah kota Tokyo, Ibukota negeri Matahari Terbit, Jepang. Memiliki beberapa rute bus kota dan 4 jalur kereta api (KA) bawah tanah (subway), Toei merupakan salah satu operator transportasi paling sibuk di Tokyo.
KRL seri 6000 Toei sendiri berdinas di jalur Mita, salah satu jalur subway milik operator plat merah daerah tersebut. Memiliki formasi asli 6 kereta tiap rangkaiannya, seri KRL ini beroperasi sejak tahun 1968 dan mengakhiri masa baktinya pada tahun 1999. Salah satu keunggulan seri KRL dengan teknologi Rheostatik ini adalah seluruh kereta dalam rangkaiannya adalah kereta penggerak (motor) tanpa kereta non-penggerak, sehingga hanya memiliki tipe kereta MC (kereta penggerak berkabin masinis) dan M (kereta penggerak tanpa kabin masinis). Ini tentu menjadikan pergerakan dan akselerasi rangkaian lebih responsif.
Awal tahun 2000, sebanyak 72 unit KRL seri ini terpilih untuk menjalani kehidupan barunya di Jakarta. Dihibahkan oleh Jepang melalui Pemerintah Daerah Kota Tokyo kepada Pemerintah Republik Indonesia (RI) guna membantu modernisasi perkeretaapian Indonesia. Seri 6000 eks-Toei menjadi seri KRL AC eks-Jepang pertama di Indonesia sekaligus batu loncatan pembaruan dan perbaikan dalam pelayanan jasa angkutan KA, khususnya pada layanan KRL Jabodetabek yang pada saat itu masih berada pada masa yang suram. Dari statusnya pula, KRL seri 6000 Toei ini dikenal sebagai “KRL Hibah” di Indonesia.
Baca sepak terjang KRL seri 6000 eks-Toei di Jabodetabek selengkapnya di : Perjalanan KRL Seri 6000 Hibah eks-Toei, Setelah 15 Tahun
72 unit KRL seri 6000 eks-Toei yang datang ke Indonesia datang dalam bentuk formasi rangkaian yang tak sepenuhnya utuh. Sebanyak 8 rangkaian (48 unit) dikirim ke Jakarta dalam formasi asli, dan 24 unit sisanya adalah beberapa kereta tengah dari rangkaian yang tidak ikut diboyong ke Jakarta. 6181F adalah salah satu rangkaian yang datang ke Jakarta dalam formasi utuh 6 kereta.
Namun demikian, tidak semua rangkaian beroperasi dengan formasi utuh 6 kereta. Beberapa rangkaian dioperasikan juga dengan formasi 8 kereta. Beroperasi pada masa awal dinasan KRL seri 6000 eks-Toei sejak 25 Agustus 2000, 6181F adalah salah satu rangkaian yang sempat dijalankan dengan formasi 8 kereta di masa awal operasinya. 2 unit kereta tambahan, 6242 dan 6245 berasal dari rangkaian 6241F yang kereta berkabin masinisnya tidak ikut dibawa ke Jakarta.
Tak berapa lama berdinas dengan formasi 8 kereta, 4 unit kereta dari 6181F dilepas untuk dijadikan bagian dari dua rangkaian tambahan dengan kabin masinis rakitan Balai Yasa Manggarai (BY MRI) di tahun 2001, 6217F dan 6227F. Sebagai gantinya, diletakkan 2 unit kereta dari rangkaian saudaranya, 6171F dan rangkaian ini kembali beroperasi dengan formasi 6 kereta.
Tahun 2008, rangkaian ini sempat mengalami peristiwa luarbiasa (PL) berupa kecelakaan ditabrak dari belakang oleh lokomotif di antara stasiun Rajawali dan Kampung Bandan. Akibatnya, kabin masinis kereta 6188 pada rangkaian ini ringsek dan tak dapat melanjutkan perjalanan, bahkan sempat berhenti beroperasi selama hampir 1 tahun lamanya dan mangkrak begitu saja di BY MRI.
Tahun 2009, terjadi peristiwa luarbiasa hebat (PLH) berupa kecelakaan yang menimpa rangkaian saudaranya, 6151F yang menabrak KRL non-AC BN/Holec yang sedang mengalami gangguan di depannya. Efek dari kecelakaan ini, kabin masinis pada kereta 6151 hancur lebur, dan 2 unit kereta di belakangnya, 6252 dan 6155 rusak berat. Rangkaian ini pun akhirnya menyusul berhenti beroperasi selama beberapa waktu.
Bersambung ke halaman selanjutnya