Selama dua tahun dari 2013, operator sarana kereta listrik (KRL) PT KAI Commuter Jabodetabek (PT KCJ) melakukan banyak pembenahan bersifat positif. Perbaikan itu membuat situasi KRL berubah dari yang lekat dengan citra jelek dan kumuh menjadi nyaman dan dapat diandalkan. Sementara itu, operator transportasi Jakarta yang lain, PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) tidak kunjung membaik. Bus-bus baru yang terbakar, bus milik operator lama yang kondisinya memprihatinkan, perjalanan yang waktu tunggunya sangat lama, petugas yang jutek, dan masih banyak lagi.
Berpindah ke bulan November 2016 dan kedua perusahaan ini menghadapi tantangan baru di tengah pertumbuhan penumpang yang tak tertahankan. Kedua perusahaan pun berusaha meningkatkan pelayanannya.
Transjakarta yang Terus Mengejar
Semenjak dipimpin oleh Budi Kaliwono, inovasi di internal Transjakarta menuai pro dan kontra. Mulai dari keputusan Transjakarta untuk membeli bus sendiri, penghentian operasi sejumlah operator-operator lama, dan penerapan standar bus yang dianggap memberatkan.
Harus diakui bahwa inovasi di Transjakarta bisa didorong tak lain karena kehadiran Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Sistem denda berupa pemotongan dana PSO (public service obligation) memaksa Transjakarta dan operator-operator lain untuk berbenah. Saat ini, untuk suhu AC, LED indikator tujuan, dan terangnya lampu di dalam kabin penumpang masuk ke dalam item-item dengan penerapan ketat, yang saking ketatnya sampai terlihat seperti mencari kesalahan.
Tetapi hasil dari terapi kejut ini adalah pelayanan kepada penumpang yang jauh meningkat. Petugas di onboard bus kini menurunkan badannya dengan sempurna di setiap halte, tak peduli siang atau malam hari. Cerita penumpang yang sudah berlari namun ketinggalan bus sudah jauh menurun. LED di depan selalu menampilkan tujuan bus dengan akurat sehingga penumpang tak khawatir salah naik bus. AC bisa dikatakan selalu dingin dalam 9 dari 10 kesempatan walau bus penuh berdesakan.
Kualitas keandalan sarana maupun pelayanan mitra operator (Kopaja, Damri, Mayasari Bakti, Lorena, PPD) juga jauh meningkat. Pintu-pintu pneumatik kini membuka dengan sempurna, walau di bus-bus lama sekalipun. Selain bus Ankai, kini sudah sangat sulit menemukan bus-bus yang mogok secara rutin. Dengan masuknya Transjakarta (PT TJ) dalam pengoperasian bus, kini ada kompetisi yang bersifat positif antar operator. Dalam beberapa kasus, justru bus milik mitra operator terasa lebih baik dan profesional pelayanannya, seperti yang dirasakan saat menaiki bus berkode MB yang dioperasikan oleh Mayasari Bakti.
PR Transjakarta masih sangat banyak, seperti jalur yang masih sering diterobos meski sudah cukup berkurang di beberapa titik. Headway (jarak antar bus) menjadi kisah sendiri. Saat tengah hari, bus masih sangat jarang headway-nya karena supir yang harus beristirahat dan bus yang harus mengisi BBG atau solar. Tetapi pada sore hari, bus justru sangat berlimpah sehingga menimbulkan “antrian” baru seperti antrian Manggarai: antrian masuk UKI, antrian masuk Matraman, dan antrian masuk stasiun-stasiun lainnya. Tentu mendesak untuk diselesaikan terlebih penumpang Transjakarta meningkat sampai 40 persen tahun ini.
Tetapi bukti bahwa Transjakarta benar-benar ingin berubah dapat dilihat dari respon terhadap komplain yang masuk. Pernah ada laporan pnumpang mengirimkan langsung komplainnya dengan lengkap, lengkap dengan nomor bus, di mana pramudi menyetir bus dengan ugal-ugalan seperti supir Metro Mini. Penumpang sudah menyampaikan langsung ke petugas onboard namun onboard tidak menegur. Hasilnya, penumpang melaporkan temuannya langsung ke Transjakarta dengan respon yang sangat cepat. Pramudi tersebut beserta petugas onboard-nya bahkan sudah ditunggu untuk ditegur saat bus tiba di tempat tujuannya.
Bila melihat hal tersebut, maka wajar-wajar saja bila Transjakarta memasang kampanye “Kami Tidak Pernah Berhenti Melayani Lebih Baik” sebagai tagline andalannya, dan tanpa perlu menggalang komunitas tertentu, Transjakarta kini mulai dicintai penumpangnya.
Boleh dikatakan masalah Transjakarta kemarin sore menjadi masalah KRL hari ini. Mengapa demikian?
Berlanjut ke halaman selanjutnya