Rokudenashi Episode 2: Menjahili Anak SMA Itu Menyenangkan!

0
©2017 Taro Hitsuji - Kurone Mishima/Kadokawa Publishing/Rokudenashi Production Comitee

Selamat datang dalam Ijmal untuk seri anime Rokudenashi Majutsu Koushi to Akashic Record. Ini adalah rubrik uji coba. Silakan sampaikan saran dan kritik Anda melalui Halo Kaori ([email protected]) maupun grup #Kaoreaders di Facebook. 

Setelah awal yang menyebalkan pada episode pertama, Rokudenashi Majutsu Koushi to Akashic Record (Rokuaka) episode kedua mulai bergerak. Bila dinilai secara kasar, sang sutradara Minato Kazuto sebenarnya cukup berhasil menggarap episode perdananya. Penonton segera tahu bahwa pak guru Glenn Radars bukan seorang guru biasa, dan hubungan antara pak guru dengan murid-muridnya – wabilkhusus dengan Sistine dan Rumia – akan menjadi jalan utama seri ini.

“Itu bukti kamu menganggap sihir sebegitu sucinya”

Episode kedua dibuka dengan mengingat kembali malasnya pak guru Glenn. Siswa-siswi SMA sihir tidak habis pikir mengapa pak guru begitu mudah mengingkari janjinya walau berkali-kali kalah berduel dengan muridnya. Konflik terpercik saat pak guru mulai ngelantur, mempertanyakan sebenarnya apa gunanya ilmu sihir selain untuk membunuh orang, dan secara tidak sadar, menyampaikan kode yang mungkin akan dibuka pada episode-episode berikutnya. Tidak terima, Sistine menamparnya.

Cerita berlanjut saat Glenn memergoki Rumia sedang menggunakan ruang praktikum untuk belajar sihir. Ia kembali mempertanyakan mengapa gajah di depan mata tidak tampak, lebih asyik mempertanyakan sikap dirinya ketimbang memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Setelah dibantu, Rumia bertanya apa gerangan pekerjaan pak guru sebelum mengajar dan didapuk jadi bawahan profesor Celica. Ia tidak mau menjawab, dan Rumia memintanya agar keesokan hari ia meminta maaf kepada Sistine.

Bagai mendapat pencerahan, pak guru hadir di kelas dengan penuh semangat. Ia meminta maaf sembari tersipu malu, lalu mulai mengajar – tapi tunggu dulu. Gayanya mengingatkan penonton akan Dragon Zakura, dorama yang menceritakan guru yang mengajar anak muridnya dengan gaya berpikir yang sangat mendasar.

“Tapi sebenarnya bagi penyihir biasa, menciptakan sihir tidaklah serumit itu”

Masalah menarik – sakralisasi, desakralisasi ilmu sihir dan kaitannya dengan proses pendidikan – dibongkar habis-habisan oleh pak guru, membuat satu kelas tercengang. Seisi kelas seolah baru saja bangun tidur dari tryout Ujian Nasional dan tiba-tiba ditanya, mengapa bisa menjawab a, b, c dalam ujian.

Kepopuleran kelas Dragon Zakura jadi buah bibir seantero sekolah, membuat profesor Celica mengalami momen “kan sudah kubilang” dan membuat koleganya gagal maning son. Suasana kelas di SMA ini berubah seperti kelas-kelas perkuliahan di universitas-universitas Jerman, di mana mahasiswa tampak berdiri memadati belakang tempat duduk demi mendengar sang guru mengajar. Tentu tak lengkap tanpa momen pak guru yang menggoda Sistine, memanggilnya kucing putih, kemudian membisikkan munajat cinta ke telinganya. Asik!

“Karena mau setidak laku apapun kamu, yang kamu lakukan itu adalah kejahatan”

Profesor Celica menyadari perubahan muka sang bapak guru, lalu menggodanya dengan mewanti jangan melecehkan siswi-siswinya saat ia hendak ikut rapat MGMP esok. Namun rencana jahat disiapkan di belakang layar, dan pak guru gagal mengajar di kelas. Justru Rumia dan Sistine ditarik keluar kelas untuk dibunuh (dan diperkosa) oleh kawanan penjahat.

Momen Kazuma (Konosuba) membuat penonton tertawa saat pak guru terlihat salah masuk ruangan, lalu hendak keluar karena disangka mengganggu Sistine yang hendak digarap, dengan komentarnya yang menyebalkan, sebenarnya kamu menyuruhku lari atau tolong aku. Mata Sistine dan penjahat di sampingnya terbuka setelah tahu pak guru menyimpan kartu The Fool, kartu mejik buatannya sendiri yang dapat menetralkan segala bentuk sihir.

Tetapi puncaknya ada saat pak guru memberikan magical punch, pukulan tangan kosong tanpa sihir sama sekali. Konon, ketiadaan sihirnya itulah seni pukulan ini.

Menikmati Rokuaka tidak perlu susah-susah. Animasinya dilakukan dengan cukup, walau pada bagian muka bodohnya sekilas mengingatkan akan Konosuba, tapi jumlahnya tidak terlalu banyak. Bahkan secara umum, episode ini adalah episode yang cukup serius dan adegan diskusi pembuka film JAV yang disuguhkan selama 2-3 menit rasa-rasanya tidak terlalu signifikan.

Menuju episode tiga, Rokuaka akan semakin solid dan berharap semoga fanservice-nya akan semakin banyak dan dikerjakan dengan sepenuh hati.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses