
Jepang dan Republik Rakyat Demokratik Korea, atau lebih dikenal sebagai Korea Utara adalah negara yang memiliki hubungan yang tidak terlalu baik. Di mata orang Jepang, Republik Rakyat Demokratik Korea dianggap sebagai negara yang berbahaya, terutama dengan ambisi nuklirnya dan kasus penculikan sejumlah warga Jepang di masa lalu. Berdasarkan polling dari BBC pada tahun 2014 lalu, disebutkan bahwa 91% warga Jepang memandang Republik Rakyat Demokratik Korea secara negatif, dan hanya 1% yang memandang secara positif.
Sementara itu di mata orang Korea, Jepang adalah bangsa penjajah yang telah banyak menyiksa dan menginjak-nginjak bangsa Korea di masa lalu, terutama pada masa penjajahan Jepang atas Korea yang berlangsung pada tahun 1910 hingga 1945.
Namun pandangan negatif terhadap negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un itu tidak berlaku bagi Chunhun dan sejumlah kaum wanita muda lainnya yang menyebut diri mereka sebagai Sengun Joshi.
Adalah Chunhun, seorang selebriti internet yang kerap kali memulai hari-harinya dengan mendengarkan lagu-lagu Moranbong Band. Sebuah grup idola yang dibentuk oleh Kim Jong Un pada tahun 2012 lalu.
“Saya biasa mendengar lagu-lagu Moranbong Band sebagaimana banyak wanita-wanita Jepang yang biasa mendengarkan K-Pop ataupun Taylor Swift. Dan bahkan ketika mood saya sedang buruk, saya bisa membangkitkan kembali mood saya ketika lirik lagu yang saya dengarkan berbunyi ‘kalahkan musuh’, atau meyakinkan saya bahwa Pemimpin Besar ada di sisi saya,” kata Chunhun yang mengaku berprofesi sebagai ilustrator freelance ini.
Chunhun tidak sendirian. Ia bergabung dengan sebuah komunitas kecil yang menyebut dirinya sebagai Sengun Joshi, atau Wanita Songun, nama yang diambil dari kebijakan Songun atau Military First Policy yang dicanangkan oleh mendiang Kim Jong Il, mantan pemimpin Republik Rakyat Demokratik Korea, yang juga adalah ayah dari Kim Jong Un yang kini memimpin negara tersebut. Yang menarik, kebanyakan anggota dari Sengun Joshi ini adalah wanita-wanita muda.
Meski mereka mengagumi budaya Republik Rakyat Demokratik Korea, bahkan menamakan kelompok mereka dengan kebijakan militeristik dari pemimpin negara tersebut, namun para Sengun Joshi mengaku bahwa ketertarikan mereka terhadap negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un tersebut hanya terbatas pada budaya saja, dan tidak ada hubungannya dengan politik. Bahkan mereka mengaku sangat menentang kebijakan politik Republik Rakyat Demokratik Korea yang mereka anggap membahayakan keamanan negara Jepang, sebagaimana warga Jepang pada umumnya memandang negara tersebut. Meskipun begitu, para Sengun Joshi memandang bahwa Republik Rakyat Demokratik Korea bukanlah hanya soal Kim Jong Un dan kroni-kroninya saja, melainkan lebih kompleks dari itu, dan tidak hitam putih.
“Dengan memperkenalkan budaya Republik Rakyat Demokratik Korea, seperti fesyen, musik, dan kesenian, saya berharap supaya masyarakat Jepang sadar bahwa ada banyak orang baik di sana, dan mereka tak bisa disalahkan atas apa yang dilakukan pemimpin mereka,” sebagaimana dikatakan oleh Chunhun kepada laman berita The Japan Times.
Pada tahun 2013, Chunhun yang pada saat itu masih berstatus magang di situs berita yang mengulas mengenai Republik Rakyat Demokratik Korea, mulai memperkenalkan dirinya sebagai Sengun Joshi, dan mulai mendulang pengikut di media sosial.
Ia menyebut bahwa dirinya, dan para penggemar Republik Rakyat Demokratik Korea lainnya kerap kali mengadakan pertemuan khusus wanita atau joshikai, di mana mereka kerap kali mengobrol bersama mengenai berbagai topik, termasuk mengenai Republik Rakyat Demokratik Korea.
Chunhun sendiri, sebagai sosok yang sempat berkuliah di bidang kesenian ini mengaku sangat menyukai poster-poster propaganda Republik Rakyat Demokratik Korea yang menurutnya begitu indah dna artistik. Seperti contohnya poster-poster karya Mansudae Art Studio yang merupakan salah satu studio kesenian terbesar di dunia dengan kualitas yang sangat tinggi, termasuk pada detil-detilnya.
Namun kini, ketertarikannya terhadap Republik Rakyat Demokratik Korea telah menjadi lebih dari sekedar kesenian. Sebagai contohnya, ia mulai mengenakan makeup dan kosmetik produksi negara tersebut yang dibelinya dari Dandong, kota perbatasan Republik Rakyat Tiongkok dengan Republik Rakyat Demokratik Korea. Selain itu dirinya juga kerap kali membaca Rodong Sinmun, surat kabar milik Partai Pekerja Korea yang berkuasa di Republik Rakyat Demokratik Korea.
Kegemaran Chunhun atas Republik Republik Rakyat Demokratik Korea tentu bukan tanpa masalah. Diakui oleh dirinya bahwa ia kerapkali mendapat cemoohan, bahkan ujaran kebencian, terutama dari kaum sayap kanan. Bahkan dirinya mengaku sulit mendapatkan pekerjaan akibat kegemarannya.
Menanggapi hal itu, dirinya mengakui bahwa apa yang dilakukan pemerintah Republik Rakyat Demokratik Korea tak bisa dimaafkan. Namun dirinya tidak terima atas sikap kebencian buta ‘hanya karena itu berkaitan dengan Republik Rakyat Demokratik Korea.’
Salah satu ibu muda berumur 23 tahun yang tidak ingin disebut namanya juga termasuk dalam kaum Sengun Joshi. Dirinya mengaku bahwa pandangannya terhadap negara itu berubah setelah dirinya mengunjungi negara tersebut.
Sebagaimana orang Jepang pada umumnya, ia sebelumnya memandang Republik Rakyat Demokratik Korea secara negatif. Namun justru karena itulah yang membuatnya tertarik mengujungi negara tersebut, hingga kini ‘matanya telah terbuka.’
Meski dirinya menganggap bahwa apa yang dilihatnya selama berkunjung ke Republik Rakyat Demokratik Korea hanyalah ‘hal-hal yang boleh diperlihatkan,’ namun dirinya tetap terkesan dan cukup merubah pandangannya atas negara tersebut. Ia juga mengakui bahwa para pemandu, bahkan Tentara Korea yang mendampinginya selama perjalanan cukup ramah dan bersahabat, tidak seperti stereotip yang selama ini dipikirkannya. “Sejak saat itu saya sadar bahwa mereka jugalah manusia,” Akunya.
Sebagaimana Chunhun, dirinya juga mengecam sejumlah kebijakan-kebijakan kontroversial dari pemerintah Republik Rakyat Demokratik Korea, terutama hal-hal yang dianggapnya sebagai provokasi militer.
“Saya harap semua permasalahan di Korea bisa berakhir dengan damai. Dan saya harap, suatu hari warga Jepang bisa menjadi masyarakat yang lebih terbuka dan tidak akan mendiskriminasi sesamanya hanya karena kita menyukai Republik Rakyat Demokratik Korea,” ungkap sang ibu muda.
KAORI Newsline | Diterjemahkan dari artikel The Japan Times | Terjemahan oleh Dody Kusumanto