Wawancara Guest Cosplayer IGC 2018: Punipun Suka Main PUBG!

0
Kiri ke kanan: Pion Kim, Ying Tze, Nekonoi Katsu, dan Clarissa Punipun (Irfan Dhafirwan)

Telkomsel dan Dunia Games kembali menggelar event gaming Indonesia Games Championship (IGC) 2018 di arena Kartika Expo Balai Kartini, Jakarta pada 20-22 April 2018. Event ini menggelar berbagai kompetisi game serta  wadah berkumpulnya anak muda yang memiliki keterampilan dalam bermain game! Pada tahun kedua penyelenggaraannya, event ini diperkirakan akan diikuti lebih dari 15.000 peserta dan pengunjung, menjadikan acara ini sebagai event turnaman eSports terbesar di Indonesia.

Pada hari Jumat (20/4) lalu, tim KAORI Nusantara menghadiri acara pembukaan event IGC 2018. Selain itu, kami juga mewawancarai para bintang tamu cosplayer yang memeriahkan acara ini, yaitu Ying Tze, Clarissa Punipun, Nekonoi Natsu, dan Pion Kim, seputar dunia game.

Berikut adalah petikan wawancara kami bersama para guest cosplayer di IGC 2018.

Pion Kim (Irfan Dhafirwan)

Apa game pertama yang Anda mainkan?
Ying Tze:
Saya pertama kali memainkan Pokemon Yellow di handheld GameBoy Color.
Punipun: Kalau saya Circus Charlie di Sega. Waktu itu ceritanya lagi main di rumah saudara. Saat itu saya baru pertama kali melihat konsol game, lalu saya langsung mencoba main. Itu pas saya masih kecil banget.
Pion Kim: Saya pertama kali memainkan Mabinogi, salah satu game Korea. Game RPG ini punya banyak konten, seperti memasak, menari, dan berburu. Karakter di game ini bisa menjadi apapun.
Nekonoi: Game yang pertama kali dimainkan itu Dance Dance Revolution, karena sama orang tua gak boleh beli PlayStation. Dulu sempat menjajal PS dengan main Tekken dan Street Fighter.

Apakah game favorit yang pernah Anda mainkan? Apakah Anda memiliki genre game favorit?
Ying Tze:
Game favorit saya Resident Evil 6. Saya juga suka banget dengan game horor, di antaranya Dreadout dan Home Sweet Home. Saya lumayan suka dengan berbagai hantu Indonesia dan Thailand, meskipun saya cukup sebel sama pocongnya. Kebetulan juga hantu khas Indonesia dan Malaysia juga cukup mirip.
Punipun: Saya lagi sering main PC Game, yang paling dominan itu PlayerUnknown’s Battleground (PUBG). Sudah coba yang versi mobile dan bisa kill banyak, tetapi lebih enak main di PC. Di NES favorit saya Super Mario, di PS1 sukanya Phantom Brave, Syphon Filter, dan Hornet Owl. Kalau Di PS2 Final Fantasy X dan X-2. Kalau genre sebenarnya lebih suka strategi atau puzzle. Suka juga main RPG juga.
Pion Kim: Rasanya cukup sulit memilih game favorit karena saya banyak memainkan berbagai judul game dengan gameplay yang berbeda. Untuk sekarang lagi sering memainkan Onmyoji. Di Korea sendiri game ini merupakan judul yang cukup dinantikan, tetapi ketika telah dirilis game ini dikritik oleh para pemain karena sistem gachanya terlalu “agresif.”
Nekonoi: Kalau favorit saat ini Onmyoji, paling suka sama karakter Ubume. Di Indonesia sendiri sistem gacha-nya tidak se-parah dengan versi Korea.

Nekonoi Natsu (Irfan Dhafirwan)

Game apakah yang paling sering Anda mainkan?
Ying Tze:
Saya memainkan banyak game, tapi yang paling sering saya mainkan akhir-akhir ini ada Ni No Kuni 2 dan A Way Out, itu lho game tentang kabur dari penjara.
Punipun: PUBG. Awalnya tidak terlalu sering main PC Game sejak terakhir kali main Ragnarok Online. Kemudian saya beli laptop gaming karena main Overwatch, terus akhirnya sering main PUBG.
Pion Kim: Saya sering memainkan game indie, salah satunya Don’t Starve. Saya juga memainkan Don’t Starve Together yang merupakan versi multiplayer-nya.
Nekonoi: Untuk sekarang lagi sering memainkan Onmyoji. Selain itu saya juga ingin mencoba berbagai game MOBA yang dirilis di mobile seperti Mobile Legends atau Arena of Valor (AOV).

Menurut Anda, apakah Anda lebih menyukai game dengan grafis yang bagus atau penceritaan yang baik?
Ying Tze:
Saya lebih memilih game dengan cerita yang bagus, karena game dengan penceritaan yang baik membuat Anda ingin terus memainkan gamenya. Kadang ada game dengan grafik bagus tapi ceritanya biasa-biasa saja sehingga saya kurang tertarik untuk menamatkan gamenya. Saya biasanya menamatkan sebuah game untuk mengetahui ceritanya.
Punipun: Storytelling bagus. Selain PC game saya juga main puzzle game seperti Proffesor Layton dan Ace Attorney. Kalau dibandingkan dengan game lain grafiknya jelas jauh berbeda, tetapi saya bisa lebih “masuk” ke gamenya karena ceritanya bagus.
Pion Kim: Cerita, karena cerita merupakan elemen utama di sebuah game yang dihadirkan lewat para karakter dan interaksinya dengan karakter lain. Jadi, cerita memang merupakan unsur paling penting di game.
Nekonoi: Cerita juga. Saya sendiri orangnya yang cepat bosan kalau lagi main, jadi saya lebih prefer untuk mencari yang ceritanya bagus. Saya selalu baca cerita di gamenya ini seperti apa.

Ying Tze (Irfan Dhafirwan)

Manakah yang Anda pilih, game konsol, PC, atau mobile/handheld?
Ying Tze: Buat saya sama saja, tergantung game-nya juga. Ada game yang hanya dirilis eksklusif di PC atau konsol tertentu, seperti Pokemon yang hanya dirilis di konsolnya Nintendo. Pada tahun lalu saya sering membawa 3DS untuk memainkan Fire Emblem. Untuk game mobile saya suka main Mobile Legends.
Punipun: PC master race!

Karakter game favorit apa yang pernah Anda cosplay-kan?
Ying Tze:
Sebelumnya saya tidak terlalu sering ber-cosplay menjadi karakter game, tetapi dulu saya pernah cosplay menjadi D.Va dari Overwatch.
Punipun: Karakter yang saya cosplay-kan ini adalah karakter yang memang saya suka. Kalau dari game, saya pernah cosplay menjadi Kairi (Kingdom Hearts), Overwatch, dan Futaba dari (Persona 5).
Pion Kim: Kalau kostum saya suka Scáthach dari F/GO, sedangkan kalau karakter lebih suka Harley Quinn.
Nekonoi: Karena saya Onmyoji lover, kalau secara kostum suka dengan karakter Ubume. Untuk karakter lebih suka dengan Kingyo Hime. Kalau dari segi kepopuleran jelas lebih suka Modred (F/GO).

Clarissa Punipun (Irfan Dhafirwan)

Apakah ada karakter game yang ingin Anda cosplay-kan?
Ying Tze:
Saya ingin mencoba cosplay menjadi salah satu karakter dari game Mobile Legends.
Punipun: Yang masih belum kesampaian itu Yuna (Final Fantasy X). Dari dulu ingin mencoba cosplay, tapi merasa wajahnya masih kurang cocok. Saya lebih suka Yuna versi Final Fantasy X dibanding X-2 karena ceritanya lebih emosional. Yang versi X-2 itu sifatnya berbalik 180 derajat.
Pion Kim: Saber Alter dan Sakura Saber dari F/GO, karena cerita dari kedua karakter ini begitu charming.
Nekonoi: Untuk sekarang lagi bikin cosplay Templar Assassin (Lanaya) Dota 2. Selain itu juga mau coba cosplay karakter Mobile Legends dan AOV.

Kalau Anda menjadi karakter di sebuah game, game apakah yang ingin Anda masuki?
Ying Tze:
Saya ingin menjadi trainer di dunia Pokemon, karena Anda bisa memiliki pokemon layaknya teman, melatihnya, dan mengajaknya berpetualang keliling dunia. Kalau ditanya yang mana, saya lebih memilih Pikachu sebagai Pokemon pertama. Meskipun begitu, saya juga ingin menangkap Rowlet karena pokemon-nya imut.
Punipun: Harvest Moon, karena bisa hidup damai dan tenang.
Pion Kim: Ingin mencoba hidup di dunia The Sims karena seperti di dunia nyata.
Nekonoi: Kalau saya lebih suka hidup di dunia F/GO soalnya keren bisa bawa pedang.

Untuk Ying Tze, bagaimana dengan perkembangan dunia e-sports di Malaysia?
Ying Tze: Di Malaysia perkembangan dunia e-sportsnya cukup pesat. Sebentar lagi ada turnamen Mobile Legends. Game ini juga sangat populer di sana. Game e-sports lain yang juga populer di sana adalah Dota2, FIFA, dan PUBG. Setiap bulan selalu ada event e-sport dari berbagai game, salah satunya event PUBG yang digelar pada bulan lalu.

Untuk Nekonoi, Anda sebelumnya pernah menjadi guest cosplayer di Tokyo Game Show (TGS). Bagaimana rasanya ber-cosplay di sana dan apa bedanya dengan event-event lainnya?
Nekonoi: Kalau di TGS itu panggungnya lebih teratur. Ketika melihat alat-alat dan proses reharsalnya itu rasanya profesional banget. Penontonnya lebih banyak, terus venue-nya itu gede banget, kurang lebih setara tiga atau empat gedung Balai Kartini dan isinya game semua. Yang paling lucu itu, fotografer cosplay di Indonesia itu ketika ingin memotret para cosplayer pasti mengelilingi sang cosplayer. Kalau di sana para fotografer itu otomatis berbaris mengantre untuk memotret. Mereka stop di satu antrean, setelah selesai memotret kemudian pindah ke antrean lain. Tetapi, ketika waktu giliran fotonya sudah mau habis, mereka pun langsung mengelilingi sang cosplayer seperti di sini.
Waktu itu bisa terpilih ke TGS karena ikut ajang CLAS:H dan lolos ke tahap 80 besar. Daftar 80 besar ini kemudian dikirim ke panitia TGS untuk dipilih, kemudian akhirnya saya bisa terbang ke Jepang.

KAORI Newsline | Wawancara: Dody Kusumanto dan Irfan Dhafirwan | Foto: Irfan Dhafirwan | Teks: Tanto Dhaneswara

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.