Trans Mamminasata atau biasanya dipanggil Bus Rapid Transit (BRT) Makassar adalah layanan angkutan massal bus rapid transit di Kota Makassar yang mulai beroperasi pada Maret 2014. Koridor pertama yang dibuka adalah rute Mal GTC – Mal Panakkukang. Kini, layanan bis yang telah menghubungkan daerah Maros, Makassar, Gowa dan Takalar ini terancam berhenti beroperasi karena minat masyarakat kota Makassar semakin berkurang.

Setiap unit bus BRT menghabiskan biaya operasional mencapai Rp500.000,00, sedangkan pemasukan setiap harinya sangat minim dan tidak bisa menutupi pengeluaran biaya operasional saja. Selain itu, penyebab lainnya dikarenakan jumlah bus yang dioperasikan oleh Perum Damri Makassar, yang pada 2017 berjumlah 30 unit, kini hanya mampu bertahan tinggal 15 unit saja hingga pertengahan tahun 2018. Sisanya terpaksa berhenti beroperasi karena Perum Damri Makassar terus merugi.

“Kita terus mengalami kerugian setiap harinya anggaran operasional yang disediakan tidak mencukupi. Karena itu kita harus kurangi 15, yang 15 sebagai cadangan jika misal ada trouble,” kata Ilyas Hariyanto, general manager Perum Damri Makassar, pada Senin (21/5)

Meskipun begitu, Ilyas menegaskan bahwa Perum Damri akan berupaya untuk tetap menjalankan layanan BRT ini. Pasalnya, BRT yang merupakan salah satu angkutan perkotaan sudah menjadi bagian dari program pemerintah untuk menyediakan angkutan massal kepada masyarakat kota Makassar.

Cemplus Newsline by KAORI

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.