Karena Gacha, Pegawai Kementrian Pendidikan Jepang Ini Gelapkan Dana 1 Milyar Rupiah!

0
Ilustrasi: Gudako dari game Fate/Grand Order digambarkan sudah dimabuk gacha (sumber: komik strip Learning with Manga! FGO karya Riyu)

Judul-judul game bertema anime saat ini telah banyak dirilis di ponsel pintar oleh berbagai developer Jepang dan kini tengah digandrungi oleh para penikmat jejepangan di seluruh dunia. Selain karena sistem permainannya, berbagai game ponsel tersebut juga banyak dimainkan karena menghadirkan para karakter item yang begitu menarik, baik dari segi penampilan serta skill-nya.

Berbagai karakter dan item ini hanya bisa didapatkan lewat sistem gacha alias undian, baik menggunakan mata uang dalam game-nya atau menggunakan uang sungguhan (terutama untuk item yang bersifat istimewa). Sayangnya, obsesi untuk menggeluti dan mengoleksi para karakter dalam gamenya dapat berujung perilaku yang tidak patut. Salah satu yang ter-ekstrim adalah dengan menggelapkan uang yang seharusnya digunakan untuk hal lain yang lebih penting. Ya, kasus ini benar-benar terjadi di Jepang!

Dilansir dari situs berita Asahi, Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Sains, dan Teknologi Jepang baru-baru ini mengumumkan bahwa salah satu pegawainya diketahui menggelapkan dana sebesar 7,7 juta yen (atau sekitar 1 milyar rupiah). Uang tersebut ternyata dipakai untuk memenuhi hobinya dalam bermain game ponsel ber-gacha. Tidak disebutkan di game apakah sang pegawai menghabiskan uangnya ini.

Lantas, darimana uang sebanyak itu berasal? Uang ini ternyata berasal dari dana dukungan pendidikan yang dibayar oleh para wali murid untuk membantu kegiatan ekstrakulikuler dan studi luar negeri para mahasiswanya yang seharusnya ia kelola. Dana ini digelapkan ketika sang pegawai bertugas menjadi asisten manajer di Universitas Pendidikan Kyoto dari April 2015 hingga Maret 2018.  Sekitar 460 ribu yen (sekitar 59 juta rupiah) dari total uang tersebut ia gelapkan ketika sang pegawai berpindah tugas ke Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Sains, dan Teknologi.

Kecurigaan pun muncul ketika sang pegawai tidak menyerahkan buku pencatatannya kepada pegawai baru yang menggantikannya karena berkasnya dinyatakan tidak ada. Pihak kampus kemudian melacak catatan transaksi sang pegawai selama masih bekerja dan akhirnya ditemukan kejanggalan. Setelah membentuk tim untuk memeriksa sang pegawai, kelakuannya menggelapkan dana sebesar itu demi bermain game gacha akhirnya terbongkar. Selain untuk game, uang itu ternyata juga ia gunakan untuk membeli plastic model.

Untungnya, sang pegawai tidak dilaporkan ke pihak kepolisian dan berakhir menginap di hotel prodeo alias penjara karena sang pegawai ternyata telah mengganti seluruh uang yang ia gelapkan.

Kasus ini tentunya menjadi pelajaran bagi kita yang sudah bermain game ponsel ber-gacha agar “menahan diri” ketika ingin mengoleksi item dan karakter idaman. Jangan sampai obsesi memburu karakter idaman membuat Anda terlalu “khilaf” dan menghabiskan uang yang seharusnya digunakan untuk hal yang lebih penting.

Baca Juga:

Opini: Ada Apa dengan Gacha dalam Game?

KAORI Newsline

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses