Kematian adalah sebuah keniscayaan yang akan menimpa setiap insan makhluk hidup, siapapun dia. Namun akankah kematian itu akan datang dengan damai, atau sebaliknya? Itulah tema dari Rage in Peace, sebuah game petualangan side-scrolling karya Rolling Glory yang dikembangkan bersama dengan publisher Toge Productions.
Baru-baru ini, pihak pengembang telah resmi mengumumkan bahwa Rage in Peace akan dirilis pada 8 November 2018 mendatang. Game ini akan dirilis untuk PC dan Mac, melalui Steam, dan juga Nintendo Switch.
Two weeks from now, you will decide how Timmy dies.
Be part of the special day here!
Steam: https://t.co/NiY5tl7QNv
eShop: https://t.co/z41QYvnPfr#rageinpeace #indiedev #gamedev #nindies #madewithunity pic.twitter.com/V58aTdBYus— Rage in Peace (@rageinpeacegame) October 23, 2018
Dalam Rage in Peace, pemain akan berperan sebagai Timmy Malinu, seososok orang berkepala putih yang memiliki impian yang sederhana: Bisa mati secara damai di rumah, tanpa drama, tanpa konflik, tanpa masalah, tanpa tragedi. Suatu hari, dirinya didatangi oleh Dewa Kematian bahwa dirinya akan segera mati dengan kepala terpenggal. Namun sang Dewa Kematian tidak menyebutkan kapan, di mana, atau apa yang akan membunuhnya.
Dirundung akan kepastian bahwa umurnya akan segera berakhir, namun juga ketidakpastian akankah ia mati dengan damai atau tragis, Timmypun bergegas pulang ke rumahnya, demi bisa mati dalam tenang dan damai. Namun siapa sangka, perjalanan Timmy demi mati dengan damai ternyata tidaklah mudah dan banyak halangan?
Dalam Rage in Peace, pemain harus membimbing Timmy untuk pulang ke rumah demi bisa menyongsong kematian yang damai. Namun dalam perjalanan pulang, ternyata banyak sekali halangan dan rintangan yang bisa saja merenggut nyawanya secara tragis.
Di sinilah tantangan yang harus dihadapi pemain. Setiap kali Timmy gagal menghindari sejumlah halangan dan rintangan yang membuatnya mati secara tragis, pemain harus mengulang permainan dari awal, yang berarti, pemain harus mengingat-ingat kembali di mana halangan dan rintangan tersebut berada, demi bisa menghindarinya ketika harus mengulang permainan kembali.
Selama permainan akan ada banyak berbagai jenis halangan dan rintangan yang akan muncul secara tiba-tiba, seperti bambu runcing yang muncul di lantai secara tiba-tiba, hingga ikan hiu yang muncul dan menyerang secara tiba-tiba entah dari mana. Berbagai halangan tersebut harus diingat dengat baik supaya Timmy tidak terjebak dalam halangan yang sama ketika harus “mengulang” perjalanannya.
Dengan balutan grafik 2D yang digambar dengan tangan, Rage in Peace akan memberikan tantangan kepada setiap insan-insan yang memainkannya untuk bisa belajar dari kesalahan, dan terus maju ke depan, sembari mengarungi kisah akan hidup, mati, dan legowo. Selain itu, dalam game ini, pemain juga akan dihibur dengan sejumlah alunan musik yang beragam, yang digubah oleh berbagai grup-grup band indie kawakan, dalam sebuah petualangan menuju kematian yang damai dan hakiki.
Beberapa musisi yang turut menyumbangkan talentanya untuk Rage in Peace di antaranya adalah Monkey Melody, Marsh Kids, lightcraft, Peonies, L’Alphalpha, Ikkubaru, Okky Ade Chandra, Peonies, Rina Nurhasanah, Sajama Cut, Fin The Pop Kid, Gardika Gigih, hingga UTBBYS. Lagu-lagu gubahan mereka untuk Rage in Peace sendiri juga akan dirilis dalam sebuah album di bawah naungan label Nanaba Records.
KAORI Newsline