Kehidupan yang kita jalani terkadang tidak sesuai dengan harapan, sehingga  diperlukan tindakan yang keluar dari garis yang lurus. Kerasnya kehidupan sering kali tak tertahankan. Walaupun begitu, terdapat hal-hal yang selalu menguatkan seorang manusia, salah satunya sebuah keluarga. Keluarga, adalah tempat untuk seorang manusia berlindung dari tekanan dunia yang tiada hentinya. Bersama orang-orang tersayang, kita menjalani kehidupan dan melewati momen-momen bersama, baik itu momen yang indah maupun momen pahit.

Ketika berbicara mengenai keluarga, tentunya yang terbayang adalah orang tua dan anak-anaknya yang saling terhubung dengan darah yang sama. Lalu bagaimana jika sebuah keluarga terbentuk dari orang-orang asing yang tinggal di atap yang sama? Bercengkrama, menangis dan tertawa bersama, akankah hal tersebut cukup untuk mempertahankan hubungan keluarga?

(© Magnolia Pictures & Magnet Releasing)

Bersetting di Jepang, Shoplifters bercerita mengenai keluarga kecil yang hidup pas-pasan. Walaupun disebut keluarga, ternyata anggotanya tidak terikat oleh hubungan darah. Osamu Shibata (diperankan oleh Lily Franky) merupakan pekerja konstruksi bangunan, Nobuyo Shibata (Sakura Ando), diperlihatkan sebagai pasangan Osamu, merupakan pekerja laundry. Aki Shibata (Mayu Matsuoka) adalah “wanita penghibur”. Hatsue Shibata (Kirin Kiki) adalah ibu rumah tangga yang sudah menua. Dan terakhir adalah Shota Shibata (Jyo Kairi), satu-satunya anak kecil didalam keluarga Shibata. Kelimanya melakukan pekerjaannya masing-masing demi bertahan hidup dan tinggal di rumah yang sama. Dengan pendapatan yang rendah, mereka terkadang melakukan pencurian kecil – kecilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Suatu hari, ketika Osamu dan Shota pulang dari aksi mencurinya, mereka menemukan seorang anak kecil yang terlihat sedih dan tersiksa. Rupanya Ia merupakan korban bad parenting kedua orang tuanya. Melihat hal itu, Osamu dan Shota memutuskan membawa pulang anak kecil tersebut dan akhirnya mengadopsinya menjadi bagian dari keluarga Shibata, dengan nama depan Lin (Miyu Sasaki).

Drama Ringan yang Menyentuh

Shoplifters memperlihatkan konflik sehari – hari di dalam lingkup keluarga. Cerita yang disuguhkan berfokus pada bagaimana keluarga Shibata bertahan hidup dengan berbagai macam pekerjaan yang dilakukan. Momen – momen haru yang lahir dari interaksi antar tokoh rasanya sangat mampu menyentuh hati penonton. Masalah yang diangkat terlihat sederhana, seperti misalnya Nobuyo yang kehilangan pekerjaan, atau Lin dengan rasa kesepiannya karena kurang kasih sayang. Namun eksekusi yang baik membuat penonton dapat menikmati cerita dengan mudah dan tetap mendapatkan kesan drama yang kuat. Shoplifters ingin menceritakan bahwa dunia yang kita tinggali terkadang tidak selalu sesuai harapan, bahkan di negara maju seperti Jepang sekalipun.

Kontradiksi Baik dan Buruk

Shouta Shibata, salah satu tokoh dalam Shoplifters (© Magnolia Pictures & Magnet Releasing)

Sesuai dengan judulnya, adegan mencuri barang dari toko seringkali diperlihatkan dalam Shoplifters. Demi bertahan hidup,  Osamu mengajarkan ilmu mencurinya ke Shouta, yang masih seorang anak – anak. Di sisi lain, keluarga Shibata digambarkan sebagai keluarga yang tampak normal, yang mencoba menikmati hidup sehari – hari. Sikap peduli satu sama lain, rasa sayang yang tulus antar anggota keluarga selalu diperlihatkan, sehingga selama film berlangsung hati penonton akan dibuat bimbang dengan tindakan dan perilaku dari keluarga Shibata.

Permainan Ekspresi yang Sempurna

Orang-orang Jepang sering disebut pintar dalam menyembunyikan emosinya. Keahlian  mempertahankan poker face dalam berbagai situasi patut diacungi jempol. Hal ini nampaknya dimanfaatkan dengan baik dalam film Shoplifters. Beberapa kali diperlihatkan para tokoh yang nampak memendam emosinya dalam berbagai momen, sehingga memperlihatkan ekspresi wajah yang tidak berlebihan. Hal ini, entah bagaimana, justru mampu membangkitkan dan menggiring emosi penonton sejalan dengan momen yang sedang diperlihatkan. Para aktor patut mendapatkan pujian dalam memainkan ekspresinya.

Kurangnya Bumbu Penyedap

Apabila diminta untuk mencari kekurangan dari film ini, maka terdapat dua hal yang mungkin dapat diutarakan. Yang pertama adalah kurangnya background song yang digunakan. Walaupun sudah terdapat beberapa iringan musik di scene tertentu, efeknya tidak terlalu kuat sehingga terkesan percuma. Sedangkan di beberapa scene sedih justru terkadang tidak ada alunan musik yang mengiringi. Hal yang kedua adalah alur cerita yang lambat di awal, dan ending yang kurang memuaskan. Tentunya hal tersebut sangat subjektif dan tergantung dari selera penonton. Cerita yang dibangun di awal – awal film mungkin terkesan sedikit membosankan oleh sebagian penonton yang lebih menyukai alur cerita yang cepat dan menggebu. Untuk endingnya sendiri, karena bersifat open ending, akan terkesan menggantung oleh beberapa penonton. Walaupun begitu, kedua kekurangan ini dapat diumpamakan sebagai bumbu penyedap dalam sebuah masakan. Tanpanya sudah bisa terasa lezat, dan apabila ditambahkan, bisa saja masakan menjadi lebih sedap atau malah menjadi tidak enak.

Kesimpulan

Sebagai sebuah film bertemakan keluarga, Shoplifters berhasil memainkan emosi para penontonnya. Dengan premis cerita yang simpel dan dikemas dengan baik, film ini mudah untuk dinikmati. Para aktor patut diacungi jempol karena telah menyuguhkan adegan yang kuat dan permainan ekspresi yang ciamik. Film yang berdurasi kurang lebih 2 jam ini mampu membuat penonton terhanyut ke dalam momen momen di dalamnya, terlebih Anda yang menyukai film bertema keluarga.

Trailer film Shoplifters dapat ditonton di bawah ini

Fakta seputar Shoplifters :

  • Sejak tayang dari November 2018 lalu, Shoplifters telah mendapatkan 83 nominasi penghargaan film, salah satunya menjadi nominasi Oscar 2019 dalam kategori ‘Film dengan Bahasa Asing Terbaik’
  • Dari 83 nominasi tersebut, Shoplifters berhasil memenangi 27 diantaranya.
  • Sutradara dari Shoplifters, Hirokazu Koreeda, sering membuat film dengan tema keluarga sebelumnya, seperti Our Little Sisters dan Like Father, Like Son

KAORI Newsline

2 KOMENTAR

  1. Bagus sih isi cerita dan apa yg ingin disampekan dalam cerita ini bener2 mengangkat tema yg ada dlm masyarakat. Tp sayang bagi saya ini tdk bisa ditonton oleh anak2 dibawah umur atau masyarakat yg agamis, krn ada bbrp adegan vulgar (telanjang) yg mestinya bisa di cut.

    • betul juga sih, walaupun mengangkat tema keluarga namun sayang yang dibawah umur nggak bisa diajak nonton, hihi 🙂

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses