Setelah sekian lama menunggu, akhirnya DKI Jakarta memiliki moda transportasi baru yaitu Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta. Sebutan tersebut kemudian memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia yang dimaknai sebagai Moda Raya Terpadu.
Moda transportasi kereta api baru ini sejatinya mirip dengan kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek yang sudah jauh lebih dahulu meluncur. Hanya saja, MRT Jakarta telah menggunakan fitur-fitur yang lebih canggih dan modern.
Sebagai pengenalan, tidak ada salahnya untuk sedikit mengetahui tentang dengan sarana kereta dari MRT Jakarta ini. Tak kenal maka tak sayang, bukan?
Kereta MRT Jakarta dibuat oleh pabrikan kereta api ternama dari Jepang, yaitu Nippon Sharyo Seizo Kaisha. Ltd yang sudah berpengalaman membuat berbagai jenis kereta api baik di Jepang maupun di negara lain. Nippon Sharyo dibantu Sumitomo untuk memperoleh kontrak pengadaan 16 rangkaian formasi 6 kereta untuk MRT Jakarta. Mulai diproduksi pada tahun 2017, sebanyak 96 unit kereta yang dipesan telah tiba di Jakarta di tahun 2018 dan siap untuk dilakukan uji coba serta sertifikasi. Desain eksterior dari kereta MRT Jakarta ini sendiri juga mengikuti tren kekinian dari banyak seri KRL terbaru di Jepang, seperti Tokyu seri 2020.
Kereta MRT Jakarta ini sudah menggunakan penggerak propulsi Variable Voltafe Variable Frequency bertipe Insulated Gate Bipolar Transistor (VVVF-IGBT) buatan Toyo Denki dan juga sudah menggunakan, teknologi Automatic Train Operation (ATO) yang memungkinkan kereta dikendalikan tanpa pengendalian masinis. Teknologi ATO yang dipakai di kereta MRT Jakarta ini juga telah memenuhi kriteria tingkatan otomasi atau Grade of Automation (GoA) Level 2. Kereta ini sudah diatur dan diprogram untuk dapat secara otomatis bergerak, berhenti dan mematuhi sinyal. Tugas masinis di sini hanya untuk melakukan buka tutup pintu dan berjaga untuk mengaktifkan rem darurat jika diperlukan, serta mengendalikan kereta secara manual jika terjadi kendala dalam perjalanan atau kegagalan pada sistem ATO.
Yang tidak kalah menarik, sistem persinyalan yang digunakan pada MRT Jakarta ini sendiri sudah memakai sistem Communication Based Train Control (CBTC). Sistem ini menggunakan komunikasi antar rangkaian kereta sebagai sistem pengamanan perjalanan, dimana kereta dapat mendeteksi jarak kereta di depan dan belakangnya, sehingga memiliki keamanan perjalanan dan ketepatan waktu yang lebih presisi dan bisa diandalkan ketimbang menggunakan sinyal konvensional.
Untuk desain interior kereta MRT Jakarta tergolong simpel seperti layaknya KRL pada umumnya. Namun, yang berbeda adalah rak barang yang hanya tersedia di atas kursi paling pinggir dan kursinya menggunakan bahan fiber tapi masih tetap nyaman diduduki.
Mengapa dinamakan “Ratangga”? Asal usul nama Ratangga ini diambil dari bahasa Jawa kuno yang berasal dari kitab karya Mpu Tantular yang memiliki arti kekuatan dan perjuangan. Filosofinya adalah bahwa penumpang yang menaiki MRT ini adalah pejuang yang menghidupi keluarga dan kehidupannya sendiri, serta diharapkan nama Ratangga sendiri juga sebagai doa agar kereta ini selalu kuat dan tahan banting melayani masyarakat Ibukota.
Cemplus Newsline by KAORI Nusantara.
masih igbt belum SiC
Alhamdulillah diberi kesempatan mencoba moda transportasi masal ini..https://www.pojokcerita.com/2019/06/mencoba-mrt-jakarta-alias-ratangga.html