Komunitas Kristen Tersembunyi Jepang yang Semakin Ditelan Zaman

0
kakure kirishitan
Sosok Rin Tohsaka dari seri FATE disebut-sebut sebagai keturunan dari kaum Kristen Tersembunyi © TYPE-MOON ・ ufotable ・ FSNPC © TYPE-MOON

Masaichi Kawasaki tengah berlutut di hadapan altar bergambar Bunda Maria, sambil merapalkan doa-doa. Kawasaki, 69 tahun, adalah salah satu anggota dari komunitas Kakure Kirishitan atau Kristen Tersembunyi, sebuah komunitas penganut Kristen di Jepang yang menyembunyikan iman mereka selama berabad-abad demi menghindari penindasan pemerintah di masa lalu. Kerasnya persekusi dari pemerintah, mengakibatkan ritual mereka begitu tersembunyi dan penuh rahasia dan penuh dengan “penyesuaian”, hingga akhirnya lambat laun ritual keagamaan mereka menjadi tercampur dengan ajaran Buddha dan Shinto, termasuk dengan doa-doa yang turut dirapalkan Kawasaki terdiri dari campuran bahasa Latin, Jepang, dan Portugis.

Kaum “Kristen Tersembunyi” yang umumnya berdomisili di Nagasaki ini tengah menjadi sorotan di sela-sela lawatan Paus Fransiskus ke Jepang. Meskipun begitu, masa depan komunitas ini tengah berada di persimpangan jalan yang tak menentu akibat banyak kaum mudanya yang tak lagi tertarik dengan agama, dan memilih untuk merantau. Kawasaki misalnya. Ia selama ini tak pernah yakin anaknya akan tertarik meneruskan ajaran warisan leluhur yang telah dianutnya ini. Hal ini cukup ironis ketika kaum Kristen Tersembunyi berhasil bertahan dari penindasan pemerintahan Shogun di masa lalu, keberadaan mereka di masa damai kini justru terancam punah ditelan zaman.

Ditindas selama berabad-abad

Ajaran Kristen masuk ke Jepang sekitar tahun 1549, dengan dibawa oleh kaum Jesuit. Akan tetapi pada tahun 1614 pemerintah setempat melarangnya, hingga mengusir para misionaris asing. Warga Jepang yang beragama Kristenpun dipaksa untuk berpindah keyakinan, atau terancam hukuman mati.

Banyak umat Kristen yang menyembunyikan keyakinan mereka, dan bergabung dengan ajaran Buddha ataupun Shinto. Hal ini mengakibatkan tradisi keagamaan mereka bercampur-baur, hingga membentuk sebuah “ajaran baru” yang menggabungkan ritual-ritual Kristen, Buddha, dan Shinto. Seperti misalnya hilangnya ritual komuni dan pengakuan dosa akibat tiadanya sosok Pendeta, hingga praktek pemujaan leluhur maupun perapalan doa orasho — dari bahasa Latin “oratio” — yang berbahasa campuran Latin, Portugis, dan Jepang, dan ironisnya, banyak umat kini yang tidak terlalu mengetahui makna di balik doa-doa orasho tersebut.

Ketika pemerintah Jepang pada tahun 1873 menghapuskan larangan terhadap ajaran Kristen, umat Kristen yang tersisa pada saat itu akhirnya kembali kepada ajaran Katolik. Namun ada juga yang memilih untuk mempertahankan ritual campur baur yang telah dijalankan kaum Kristen Tersembunyi selama berabad-abad dengan alasan demi menjaga tradisi leluhur. Para Kristen Tersembunyi yang memilih untuk mempertahankan ritual sinkretisme ala leluhur tersebut belakangan juga dikenal sebagai Hanare Kirishitan atau Kristen Terpisah, lengkap dengan ritual yang masih penuh rahasia, dan tak banyak dikenali masyarakat, bahkan oleh penganutnya sendiri.

Paus Fransiskus direncanakan akan bertemu dengan kaum tersembunyi dan terpisah ini kala dirinya mengunjungi monumen martit di Bukit Nishizaka, Nagasaki, tempat di mana setidaknya terdapat 26 martir Kristen yang dieksekusi pada tahun 1597. mantan utusan Jepang untuk Vatikan Kagefumi Ueno menyebutkan bahwa Paus Fransiskus kemungkinan akan menyampaikan pesan mengenai kaum Kristen Tersembunyi. Paus Fransiskus sendiri memiliki ketertarikan terhadap kaum Kakure Kirishitan ini, terutama kisah mereka yang terus merawat iman mereka di tengah-tengah penindasan selama hampir 2 setengah abad merupakan pelajaran dan inspirasi bagi masa kini.

Di Ambang Kepunahan

Shigenori Murakami, 69 tahun, adalah seorang chokata, atau pemimpin dari kaum Kristen Terpisah yang berdomisili di Nagasaki, tepatnya di distrik Sotome yang sempat menjadi setting dari film Silence karya Martin Scorsese, yang berkisah mengenai penindasan umat Kristen di Jepang di masa lalu. Murakami yang merupakan generasi chokata ketujuh ini menggantikan ayahnya yang telah tutup usia 14 tahun yang lalu. Ia membutuhkan waktu 3 tahun untuk mempelajari orasho dari dari perkamen tua abad ke-18 yang sudah lapuk ditelan zaman.

Di Pulau Ikitsuki tempat Masaichi Kawasaki tinggal, ritual doa biasanya dirapalkan, bahkan dinyanyikan. Namun di Sotome tempat Murakami tinggal, banyak umat yang masih berdoa dengan diam dan tidak ingin terekspos. Saat ayah Murakami masih hidup, setidaknya terdapat 100 orang umat Kristen Terpisah. Namun kini hanya tersisa setengahnya saja.

Murakami mengakui bahwa anak-anak mereka sudah tidak tertarik dengan agama. Apalagi jumlah penganut Kristen di Jepang secara keseluruhan sendiri juga hanya 1 persen dari keseluruhan populasi Jepang. Sebagaimana pertumbuhan populasi penduduk Jepang, jumlah kaum Kakure Kirishitan atau Hanare Kirishitan ini tengah mengalami penurunan yang signifikan.

Kurator museum di Ikitsuki, Shigeo Nakazono meyakini bahwa kaum ini setidaknya ada sebanyak 300 orang, dan terbagi dalam 4 grup. Jumlah ini berkurang drastis dari 3 dekade lalu, di mana pada masa itu sedikitnya ada 2000 umat, yang terbagi dalam 20 grup. Apalagi dengan menurunnya industri perikanan setempat, banyak kaum muda yang sudah tak tertarik dengan agama sendiri juga telah memutuskan untuk merantau. Tiadanya pemimpin formal dan juga sikap mereka yang begitu tertutup dan penuh rahasia juga membuat kaum tersembunyi ini sulit beradaptasi di tengah perubahan masyarakat yang begitu cepat dan dinamis.

Para umat yang tersisa seperti Murakami sendiri bertekad untuk terus menjaga ajaran leluhurnya ini hingga nafas terakhir. Dan meski ia belum mendapatkan penerus, namun ia bertekad untuk menurunkan ajarannya kepada generasi penerus. bagaimanapun, ia tidak ingin ajaran yang terus dilindungi leluhurnya di tengah-tengah penindasan ini justru lenyap ditelan zaman.

KAORI Newsline | Sumber: Reuters & The Japan Times

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses