Now With Good-Ass Tekken Tournament! (oleh Tanto D)

Selain menjadi pasar kreator, gelaran Creators Super Fest 2019 juga terasa berbeda karena banyaknya konten gaming yang dihadirkan di acara ini. Selain booth gaming dari para exhibitor ternama seperti PlayStation dan Bandai Namco, ada juga turnamen game yang digelar di acara ini, yaitu Auto Chess dan tentu saja Tekken 7.
Seperti di Surabaya, turnamen Tekken di event Creators Super Fest 2019 Jakarta juga digelar oleh komunitas game fighting (FGC), yaitu D’Fox Dojo. Walau digelar oleh komunitas, turnamen ini langsung diserbu oleh komunitas FGC Tekken 7 dan juga para pemain yang sudah sering mengikuti berbagai turnamen baku hantam digital ini, seperti DRivals, UwU hingga salah satu player top di Indonesia Alter Ego|R-TecH.
Turnamen pun diadakan selama dua hari. Babak penyisihan diadakan di booth dekat area karaoke pada hari Sabtu, sementara itu babak semifinalnya diadakan pada hari Minggunya langsung di panggung utama. Animo penonton yang menyaksikan babak penyisihan di hari pertama hingga babak semi-final di hari kedua begitu ramai. Namun sedikit disayangkan, babak Grand Final yang mempertemukan AE|R-TecH melawan DRivals|RTM.Hybrid terpaksa harus digelar di booth D’fox Dojo yang ada di dekat pintu masuk karena keterbatasan waktu. Meskipun hype-nya sempat menurun di awal-awal, animo penonton pun akhirnya naik lagi di pertengahan karena pertandingannya benar-benar seru dan sengit.

Match final Tekken 7 pun digelar dengan format Best of 5 (BO5). Sejak awal pertandingan, R-TecH yang menggunakan karakter andalannya, Jack-7 langsung tampil menekan RTM yang awalnya menggunakan Kazumi hingga skor menjadi 1-0. Sempat mengganti karakternya menjadi Negan dari seri The Walking Dead dan tetap kalah, RTM akhirnya menemukan permainannya ketika tampil memakai Geese dari seri Fatal Fury. Dengan memanfaatkan punish dan combo bertubi-tubi, RTM sempat menyamakan skor menjadi 2-2. Tetapi, R-TecH berhasil membuktikan dirinya sebagai salah satu player Tekken papan atas di tanah air dengan memenangkan pertandingan Grand Final ini dengan skor 3-2.
Menjajal Dunia Virtual Reality Sampai Tepar (oleh Reza L)

Event Creators Super Fest 2019 terasa sedikit berbeda karena menghadirkan booth gaming, mulai dari booth resmi PlayStation hingga salah satu publisher gim papan atas Bandai Namco. Tidak jauh dari main stage, terdapat 2 booth milik Bandai Namco, yaitu gim action RPG Code Vein yang merupakan gim action-RPG dan Taiko no Tatsujin yang merupakan gim rhythm unik seperti memainkan taiko (alat perkusi tradisional Jepang) sungguhan. Tampaknya, game pukul beduk ala Jepang ini mendapatkan perhatian lumayan dari pengunjung. Dengan pilihan lagu yang familiar di kuping pecinta anime, para pengunjung langsung mencari lagu favoritnya ketika mendapatkan giliran bermain. Tentunya kita bisa melawan pengunjung di sebelah kita untuk mengadu skor dan akurasi dalam gim ini. Tampaknya cukup seru jika kita bermain di depan umum seperti ini dibandingkan bermain sendiri di rumah, di mana kita bisa unjuk gigi dalam bermain gim rythym.

Sementara itu, di booth sebelahnya kita bisa memainkan demo gim Code Vein. Gim Code Vein ini sendiri juga baru rilis pada September lalu. Tetapi, apalah jika punya internet cepat tapi spesifikasi PC yang dimiliki masih “kentang”. Mau tidak mau, saya juga wajib mencoba gim yang katanya adalah “Dark Souls” versi anime. Setiap pengunjung diberi waktu 15 menit untuk mencoba gim ini yang dimainkan di konsol PS 4, lengkap dengan kontroller DS4 untuk menjajalnya.
Tampaknya saya cukup sial karena di giliran saya, saya melanjutkan permainan dari pengunjung sebelumnya, tetapi saya juga diberi arahan oleh staf boothnya tentang tutorial gerakan dasar, bertahan, dan menyerang. Tentunya karena saya yang iseng dan suka penasaran, saya pun mengganti class dan senjata saya sendiri untuk mendapatkan pengalaman lebih baru dibandingkan pemain sebelumnya. Jujur, alur permainan di gim ini persis dengan bermain Dark Souls, yaitu lambat, serta perlu waktu dan timing yang akurat untuk menyerang musuh dan bertahan dari serangan musuh. Saya juga tidak bisa menggunakan item sembarang waktu, karena menggunakan item di sini bisa digagalkan oleh musuh jika terlalu dekat. Di penghujung waktu giliran bermain, saya sepertinya sudah mengitung tepat kematian saya ketika bermain gim ini. Kira-kira saya sudah 6 kali mati, dan itu pun saya belum mencapai boss pertama di gim-nya.

Setelah puas bermain di booth Bandai Namco, dan akhirnya saya mengunjungi booth PlayStation yang lokasinya persis di seberang booth Bandai Namco. Terlihat disana banyak sekali demo gim yang bisa dimainkan para pengunjung, mulai dari FIFA 2019, Nioh, Iron Man VR, dan Beat Saber. Akhirnya perhatian saya pun tertarik ke booth PlayStation VR di mana kita bisa memainkan 2 gim, yakni Iron Man VR dan Beat Saber. Ternyata untuk mencoba gim Beat Saber perlu kesabaran yang tinggi karena antriannya sangat panjang, bisa dibilang harus menunggu sampai sekitar 10 orang lebih untuk bermain. Akhirnya saya pun ikut masuk ke dalam antrian tersebut. Selagi menunggu antrian yang panjang, para pengunjung juga disuguhi dengan display gim Death Stranding besutan Hideo Kojima dan studio Kojima Productions. Trailer yang berdurasi sekitar 10-20 menit itu mengalihkan kebosanan saya, yang kebetulan saya juga masih menunggu antrian selama 30 menit lamanya.

Akhirnya giliran saya untuk mencoba gim tersebut tiba. Tampaknya audio dari PS 4 yang begitu kecil terdistorsi oleh keramaian sekitar. Maka dari itu, saya meminta izin untuk memasang earphone saya untuk mendapatkan pengalaman yang lebih mewah. Staf booth-nya pun memperbolehkan saya dan membantu memasangkan earphone ke perangkat PSVR yang dipakai ke kepala saya dan kemudian memberikan 2 stik PlayStation Move Controller. Setelah saya masuk ke dalam dunia Virtual Reality untuk yang pertama kali dalam hidup saya dan melakukan kalibrasi dalam beberapa gerakan, saya merasakan seperti sudah “familiar” dengan cara mainnya. Memegang 2 pedang layaknya Kirito dari anime Sword Art Online, akhirnya saya memilih lagu random dengan difficulty paling susah, Expert. Saya yakin sebelum saya bermain, pengunjung lain belum ada yang bermain di difficulty Expert, Maka dari itu saya penasaran dan ingin mencoba bagaimana dan seberapa susahnya sih bermain gim ini.
Jujur saja, saya baru pertama kali mencoba bermain gim Beat Saber. Setelah itu saya langsung memilih lagu untuk bermain gimnya. Pada beberapa detik pertama beat-nya memang pelan, tetapi ketika sudah memasuki fase reff, saya sepertinya terlalu meremehkan gim ini. Sangat gila! Beat lagunya seketika menjadi cepat dan banyak blok yang harus di-hit dalam waktu singkat. Saya di saat itu merasa kalau saya adalah Kirito yang menggunakan jurus pamungkasnya, Starburst Stream. Jujur saja, saya setelah bermain gim tersebut tidak akan menyangka akan lelah seperti ini. Tangan saya merasa lumpuh setelah bergerak secepat itu hanya dalam waktu 3 menit, padahal saya yang biasanya menikmati acara anikura sampai berjam-jam masih kuat, tetapi hanya dengan bermain Beat Saber VR dengan difficulty Expert dalam waktu 3 menit, saya mengakui kesombongan saya yang besar. Saya terlalu meremehkan gim ini sampai lupa untuk pemanasan sebelum bermain gim ini, dan jujur saja esoknya saya lumpuh total sampai 3 hari, karena otot lengan saya kaku dan tidak bisa digerakkan.
————
Inilah keseruan acara Creators Super Fest 2019 Jakarta yang telah digelar pada akhir Oktober lalu. Sebagai salah satu acara jejepangan yang ramai dikunjungi di Jakarta, semoga saja event ini akan kembali digelar pada tahun depan.
Apakah #Kaoreaders juga memiliki pengalaman menarik ketika jalan-jalan ke acara ini? Ayo ceritakan pengalaman Anda di kolom komentar maupun post medsos KAORI Nusantara!