Pada tahun 2018 lalu, tim Litbang KAORI sempat bertemu dengan Ibu Ratna Sari Abubakar, Managing Editor divisi komik Elex Media Komputindo untuk berbincang tentang seluk-beluk penerbitan manga di Indonesia. Laporan ini akan dibagi ke dalam tiga bagian: Bagian pertama akan membahas tentang sejarah penerbitan manga oleh Elex Media, bagian kedua akan membahas tentang proses dan kendala dalam mendapatkan lisensi serial manga untuk dipublikasikan di Indonesia, dan bagian ketiga akan membahas berbagai macam hal terkait pembaca manga di Indonesia, serta kegiatan-kegiatan lain Elex Media selain menerbitkan manga.

Mempopulerkan Manga di Indonesia: Sebuah Sejarah Singkat

Elex Media Komputindo merupakan salah satu unit penerbitan dalam grup media Kompas Gramedia. Selain Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia juga terdiri dari Kompas, penerbit koran cetak dengan oplah terbesar di Indonesia; Gramedia, perusahaan percetakan sekaligus toko buku terkemuka; Kompas TV, dan berbagai koran daerah, tabloid, majalah, dan lainnya.

Elex Media Komputindo didirikan di tahun 1985 sebagai unit penerbitan buku tentang elektronika dan komputer. Menurut Ibu Sari, awal mula Elex Media menerbitkan manga berasal dari kunjungan Jakob Oetama, salah satu pendiri Kompas, ke Jepang di akhir tahun 80an. Bapak Oetama menunjukkan ketertarikan terhadap manga, dan melihat kesempatan untuk mencoba menerbitkan manga di Indonesia. Manga pertama yang diterbitkan oleh Elex Media adalah Candy Candy, manga shoujo yang dibawa pulang oleh Bapak Oetama dari kunjungannya ke Jepang. Setelah Candy Candy, Elex Media juga menerbitkan DoraemonKungfu Boy, dan Dragon Ball di tahun 90an.

elex media
Serial komik Doraemon yang masih dicetak selama 2 dekade lamanya

Kesempatan untuk menerbitkan komik Jepang memang sedang terbuka karena saat itu ada kekosongan pasar akibat meredupnya penerbitan komik domestik. Sebagai konteks, sebuah talkshow dalam acara pameran komik Indonesia di tahun 2015 sedikit membahas bahwa alasan utama komik Indonesia sempat pudar pada masanya dikarenakan oleh berhentinya penerbit-penerbit kecil yang menerbitkan komik-komik Indonesia karena pemiliknya meninggal dunia. Tahun 90an juga membuka kesempatan bagi manga untuk naik daun di Indonesia, ketika pemerintahan Orde Baru mengizinkan stasiun TV swasta untuk beroperasi. Pada waktu itu, industri TV Indonesia sangat minim pengalaman dan pendanaan untuk memproduksi acara sendiri. Maka dari itu, stasiun-stasiun TV tersebut melisensi banyak acara dari negara lain, termasuk serial animasi TV dari Amerika Serikat dan Jepang. Beberapa di antaranya adalah DoraemonDragon BallSailor Moon, dan Detective Conan, sehingga industri percetakan dan TV bisa saling bahu-membahu untuk mempromosikan satu sama lain.

Pada awalnya, Elex Media menerbitkan manga di Indonesia menggunakan western binding, sehingga halaman-halaman manga dibalik agar bisa dibaca dari kiri ke kanan. Menurut Ibu Sari, alasan utama dari proses ini adalah karena sebagian besar buku-buku di Indonesia diterbitkan dalam western binding, kecuali Al-Qur’an yang dibaca dari kanan ke kiri. Referensi terhadap lokasi di Jepang, nama organisasi, bahkan nama karakter juga mengalami penyesuaian, salah satu penyebabnya adalah karena tulisan-tulisan di luar balon kata akan ikut menjadi terbalik sehingga harus ditulis ulang.

manga di indonesia
Perbandingan antara western binding dengan Japanese binding. Detektif Conan (atas) dibaca dari kiri ke kanan karena masih menggunakan western binding sejak tahun 90an; Sweetness and Lightning (bawah) dibaca dari kanan ke kiri seperti terbitan asli dari Jepang

Praktik penggunaan western binding ini mulai berubah ketika Elex Media menerbitkan Samurai X (Rurouni Kenshin). Sang penulis manga meminta secara spesifik agar tidak mengubah posisi luka berbentuk X sang karakter utama di pipi kiri. Karena memindahkan kembali luka tersebut setelah membalik gambarnya dianggap tidak praktis, maka Elex Media memutuskan untuk menerbitkan Samurai X menggunakan Japanese binding. Walaupun keputusan ini sempat diragukan pada awalnya, Samurai X tetap laku keras, membuktikan bahwa pembaca dapat menerima penggunaan Japanese binding. Sekarang, sebagian besar manga yang diterbitkan oleh Elex Media menggunakan Japanese binding, kecuali Detective Conan dan Q.E.D, karena kedua manga tersebut telah diterbitkan terus-menerus oleh Elex Media sejak sebelum penggunaan Japanese binding.

penerbitan manga elex media komputindo
Rurouni Kenshin (Samurai X) mempelopori penggunaan Japanese binding sebagai standar penerbitan manga di Indonesia

Seiring waktu, referensi budaya Jepang juga dipertahankan dalam manga terbitan Elex Media. “Pembaca kita sudah tahu bahwa manga berasal dari Jepang, dan dengan akses Internet yang meluas, pembaca menjadi lebih mudah untuk mengetahui dan belajar tentang Jepang”, sebut Ibu Sari. “Secara tidak langsung, ini membuat proses penerjemahan menjadi lebih mudah, berhubung kita tidak perlu mengubah nama atau referensi tentang Jepang. Pembaca kita juga aktif dan kritis; mereka bisa komplain kalau ada perubahan-perubahan.”

Semenjak tahun 2005, Elex Media telah meluncurkan label komik dewasa, bernama Level Comics. Selain itu, Elex juga mulai menggunakan rating usia untuk komik-komik yang mereka terbitkan. Awalnya, semua komik dengan rating “dewasa” diterbitkan di bawah label Level Comics, sementara komik lain yang diterbitkan Elex Media memiliki rating “semua umur” atau “remaja”. Belakangan ini, Elex Media telah mengubah sistem rating usia dengan kategori numerik. Menurut Ibu Sari, alasan di balik perubahan sistem rating ini adalah untuk memenuhi persyaratan registrasi ISBN Nasional dari Perpustakaan Nasional. Sistem rating yang digunakan oleh Elex Media adalah sebagai berikut:

SU: Semua Umur
12+: Akhir jenjang SD sampai dengan SMP
15+: Jenjang SMA sampai dengan Kuliah
18+: Dewasa (Khusus Level Comics)

penerbitan manga di indonesia
Contoh rating usia dalam manga yang diterbitkan oleh penerbit Indonesia di tahun 2018

Dalam menentukan rating, Elex Media tidak mengikuti kategori Jepang seperti ShounenSeinen, dan sebagainya, namun menyesuaikan dengan standar Indonesia. Sebagai contoh, manga Attack on Titan yang diterbitkan Bessatsu Shounen Magazine di Jepang, mendapatkan rating dewasa dan diterbitkan dalam label Level Comics karena konten kekerasan yang ada di dalamnya. Selain kekerasan, terdapat beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan pemberian rating dewasa, seperti konten seksual dan alur cerita yang kemungkinan sulit dipahami pembaca dalam jenjang usia lebih muda. Elex Media sendiri tidak menerbitkan pornografi.

Beberapa judul manga yang diterbitkan dibawah label Level Comics

Harga manga di Indonesia tergolong lebih murah dibandingkan di Amerika Serikat ataupun Jepang sendiri, walaupun harganya telah berkali-kali mengalami peningkatan. Untuk edisi reguler, satu jilid manga di Indonesia dijual dengan harga di 25-28 ribu rupiah, sedangkan harga manga di Amerika sebesar 13 USD (sekitar 180 ribu rupiah). “Pembaca kita sangat sensitif terhadap harga, kenaikan harga Rp. 1000 pun akan menuai banyak protes”, jelas Ibu Sari. Untuk mempertahankan harga agar tetap terjangkau bagi para pembaca, percetakan menggunakan tipe kertas paling murah untuk menekan biaya. Halaman berwarna pun juga dicetak hitam-putih; walaupun untuk halaman depan dapat dicetak berwarna. Elex Media juga tidak lagi menerbitkan manga dengan sampul luar (dust jacket), sebuah keputusan yang disambut positif oleh pembaca karena sampul tersebut seringkali rusak dan/atau hilang.

Untuk beberapa judul populer, Elex Media dapat menerbitkan ulang komik tersebut dengan edisi “premium” yang menggunakan kertas dengan kualitas lebih tinggi. Salah satu contohnya merupakan terbitan ulang Fullmetal Alchemist dalam edisi “premium”, berdasarkan edisi Kanzenban dari terbitan Jepang. Walaupun harganya dua kali lebih mahal dibanding rilisan manga pada biasanya, angka penjualan edisi premium ternyata cukup laku, tutur Ibu Sari.

Terbitan ulang manga Fullmetal Alchemist dalam edisi premium sangat diapresiasi pembaca

“Judul-judul manga yang populer di Indonesia tidak selalu sama dengan judul yang populer di Jepang,” sambung Ibu Sari. Judul seperti One Piece dan Naruto mungkin populer di mana-mana, namun, Naruto memiliki angka penjualan yang lebih besar dibanding One Piece; sebuah fenomena yang berbeda dibandingkan dengan Jepang. Kungfu Boy dan Detective Conan juga merupakan beberapa contoh judul manga yang populer dari Elex Media. Hai, Miiko! yang diterbitkan m&c! juga merupakan judul manga yang populer di Indonesia. Ibu Sari menjelaskan bahwa seringkali rekan bisnis dari Jepang terkejut mengetahui popularitas Hai, Miiko! di Indonesia.

Dalam bagian selanjutnya, kita akan membahas tentang proses penerjemahan dan lisensi manga serta kendala yang dihadapi, ditambah dengan sedikit diskusi tentang lisensi novel ringan.

Bersambung di bagian kedua.

KAORI Nusantara | Terjemahan dari artikel The Indonesian Anime Times | Laporan oleh Halimun Muhammad, Dody Kusumanto, dan Videtra Reynaldi | Dokumentasi foto oleh Halimun Muhammad | Terjemahan oleh Videtra Reynaldi

3 KOMENTAR

  1. Hai Miko memang cukup populer, tapi saya tidak tahu sejauh mana kepopulerannya atau mengapa ia populer. Semoga suatu hari nanti juga di bahas oleh KAORI Nusantara.

    Terimakasih atas pembahasan ini, sangat bermanfaat. Angkat juga penerbit-penerbit komik yang lain.

  2. Samurai X ternyata turut andil besar dalam pengelanan Japan Binding, saya juga salah satu pembeli nya waktu itu akibat euforia penayangan samurai x di tv. beli komik sebagai koleksi, tak peduli cara bacanya kiri atau kanan yg penting tetap bisa di baca..

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses