Seri keduabelas dari seri Atelier, yaitu Atelier Totori DX, merupakan versi remake dari seri Atelier Totori: The Adventurer of Arland yang pertama dirilis pada tahun 2010 silam. Sebelumnya versi remake Atelier Totori sudah pernah dirilis di konsol Playstation 3 dan Playstation Vita dengan judul Atelier Totori Plus, akan tetapi gim ini kembali dirilis ulang ke Playstation 4, Nintendo Switch, dan Steam di tahun 2018 oleh Gust. Co. Ltd (untuk Jepang) dan Koei Tecmo (untuk Inggris).
Jalan Cerita
Bersetting waktu delapan tahun setelah Atelier Rorona berakhir, Atelier Totori DX menceritakan petualangan Totooria Helmond (Totori) yang merupakan murid dari protagonis seri sebelumnya yaitu Rorolina Frixell (Rorona). Demi menemukan ibunya yang sudah dua tahun lamanya menghilang, Totori pada akhirnya bercita-cita menjadi petualang handal seperti ibunya. Atelier Totori memiliki latar dunia yang sama dengan Atelier Rorona, akan tetapi tempat yang dapat dieksplorasi jauh lebih luas dibandingkan dengan seri sebelumnya.
Baca Juga: Akhir September 2020, Genshin Impact Akhirnya Dirilis!
Sistem Alchemy
Gim ini masih memiliki sistem Trait dan segala costnya, namun kali ini saya sangat kesal dengan sistem sortir material dan interface di gim ini. Selain itu, saya juga kesal karena tidak bisa melihat efek Trait material selama proses alchemy berjalan. Kali ini tidak ada Trait yang bisa dikombinasikan seperti pada Atelier Rorona, tetapi tetap saja… menyebalkan….
Homunculus dan Whole Sale
Fitur Homunculus di sini tidak sepraktis di Atelier Rorona. Di sini pemain harus memberi Homunculus pie secara rutin supaya Homunculus tetap dapat dipekerjakan. Berhati-hatilah karena bila sudah mencapai jumlah pie tertentu, pemain akan otomatis mentrigger flag ending Homunculus. Sepanjang permainan, saya selalu menggunakan jasa Homunculus tanpa henti, tetapi saya tidak pernah mencapai target pie untuk ending Homunculus.

Mengenai FITUR Whole Sale, saya dibuat cukup pusing karena ada dua kota di Atelier Totori. Di awal gim di mana jarak antara satu kota dengan kota lainnya terasa sangat jauh dan memakan waktu… saya lebih baik membuat item yang saya butuhkan secara manual daripada harus pergi ke toko dan membuang waktu. Oh iya, panen material sekarang memakan waktu setengah hari.
Sistem Battle
Tidak ada perubahan pada sistem battle-nya dibanding dengan seri Atelier sebelumnya, hanya tampilan Interface-nya saja yang dirombak. Saya masih bingung mengapa tampilan giliran dan karakter pada saat battle ditaruh semuanya di bawah, sedangkan di bagian atas dan samping kosong melompong. Di Atelier Rorona, tampilan giliran di battle ditaruh di sebelah samping sehingga bar untuk assist dan special skill lebih terlihat daripada harus di-gencet di satu bar kecil di bawah HP seperti di Atelier Totori DX.

Manajemen Waktu
Ekspektasi saya pertama kali memainkan seri ini adalah sistem manajemen waktu yang tidak jauh beda dibanding Atelier Rorona. Ternyata tidak. Di sini, saya diberi kebebasan kapan saya bisa “naik kelas” untuk bisa membuka lokasi baru di world map. Sebelumnya di Atelier Rorona, saya diberi deadline setiap tiga bulan. Kini di Atelier Totori saya bebas mengerjakan assignment tanpa ada batas waktu, yang penting asal jangan sampai tidak mencapai Adventurer Rank tertentu di tahun tertentu. Pemain akan memainkan Atelier Totori hingga tahun keenam. Setelah itu? Tamat, silakan memainkan New Game Plus untuk melanjutkan permainan.
Saya memainkan gim ini dua kali dan pada akhirnya saya tetap tidak bisa perfect menyelesaikan Atelier Totori. Jangan memakai walkthrough untuk memainkan gim ini karena membuat bingung. Anggaplah gim ini seperti gim Harvest Moon dan semuanya akan menjadi lebih “menyenangkan”. Mondar mandir antara dua kota yang berbeda benar – benar membuat saya menghabiskan banyak waktu di playthrough pertama saya.

Request
Kali ini hadiah material yang diberikan akan berbeda tergantung dari rank material yang disetor atau jumlah musuh yang dibunuh dalam Request tersebut. Hal tersebut tidak terlalu penting karena kualitas material dari hadiah Request tidak sebagus material dari dungeon. Friend Request masih dipertahankan, tetapi di sini karakter akan datang secara random ke workshop untuk meminta salah satu barang random yang ada di inventory.

Ending
Oh tidak, mengapa sistem multiple ending masih ada di sini? Syarat Character Ending di sini cukup mudah dibandingkan di Atelier Rorona karena kebebasan manajemen waktu. Namun, bukan berarti dengan hal tersebut kalian bisa dengan mudah mendapatkan ending karakter (ada 6 ending) yang diinginkan. Di Atelier Totori, sekali pemain men-trigger flag character event terakhir maka pilihan ending kalian akan terkunci pada karakter tersebut. Selama pemain tidak men-trigger-nya, ada empat pilihan ending lain yang bisa didapat, yaitu true, normal, bad, dan bonus ending. Satu-satunya flag character yang bisa gagal di tengah jalan hanya Mimi. Handle her with care.

- Tootoria Helmond/Totori (CV Inggris: Cassandra Morris, CV Jepang: Kaori Nazuka)
Karakter utama kita di seri ini dan juga murid dari karakter utama seri sebelumnya, Rorona. Tinggal bertiga bersama dengan kakak perempuannya dan ayahnya, Totori berusaha untuk mencari ibunya yang hilang saat dirinya masih kecil. Serangan fisik Totori sangat lemah sehingga saya lebih cenderung menggunakannya sebagai healer utama dan pembersih musuh dalam jumlah banyak (bila sudah berhasil membuat item penyerang yang kuat di fase akhir gim). - Rorolina Firxell/Rorona (CV Inggris: Julie Maddalena, CV Jepang: Mai Kadowaki)
Guru Totori sekaligus karakter utama dari seri sebelumnya yaitu Atelier Rorona. Berbeda dengan apa yang ditunjukan di beberapa ending di seri sebelumnya, sosok Rorona di Atelier Totori lebih banyak berkelana dibandingkan menetap di workshop-nya. Dia sangat sayang pada Totori dan marah kalau Totori lebih dekat dengan orang lain. Performa Rorona di battle kali ini jauh lebih baik daripada di seri sebelumnya. Rorona paling cocok digunakan di dungeon DLC, yaitu Orthogalaxen. - Gino Knab/Gino (CV Jepang: Yuko Sanpei)
Teman masa kecil Totori, bocah super keras kepala dan hiperaktif. Demi membantu Totori mencari ibunya, Gino bertekad untuk menjadi lebih kuat. Sterk pada akhirnya (terpaksa) menjadikannya murid. Gino hanya saya pakai sekitar satu tahun saja dan saya singkirkan di sekitar level dua puluh untuk mencegah flag ending-nya. Pada awalnya dia tidak mempunyai skill aktif apapun dan akhirnya bisa didapat setelah melakukan beberapa hal. Pada akhirnya saya lebih memilih untuk membawa Sterk daripada Gino. - Sterkenburg Cranach/Sterk (CV Inggris: Liam O’Brien, CV Jepang: Jurota Kosugi)
Karakter laki-laki favorit saya dari seri Atelier Rorona. Kali ini saya sangat senang bisa membawanya dalam jangka waktu panjang di party. Menurut saya, dia adalah karakter yang paling cocok dibawa untuk battle dibanding yang lain karena skill pasifnya. Kadang saya iseng membawa dia bersama dengan Rorona karena kesal mereka tidak ada harapan bisa bersama. - Melvia Siebel/Mel (CV Jepang: Ryoko Shintani)
Teman masa kecil dari kakak Totori. Seorang petualang berpengalaman yang tenaganya sangat kuat. Melvia sangat berguna di awal gim dan mungkin juga dalam jangka waktu panjang, tetapi saya lebih memilih untuk membawa Mimi karena… dia lebih imut? - Mimi Houllier von Schwarzlang/Mimi (CV Jepang: Yuka Iguchi)
Bangsawan tsundere kenalan Cordelia. Mimi terbilang so-so alias biasa-biasa saja di battle, saya sendiri membawa dia hanya untuk melengkapi syarat endingnya yang cukup merepotkan. - Marc Mcbrine/Marc (CV Jepang: Susumu Chiba)
Seorang scientist random yang senang dengan hal-hal berbau mesin. Satu-satunya yang saya senangi dari Marc adalah dia mempersingkat waktu perjalanan di world map dengan mengupgrade kecepatan kereta kuda dan kapal. - Iksel Jahn/Iksel (CV Inggris: Johnny Yong Bosch, CV Jepang: Shinnosuke Tachibana)
Penggorengan favorit saya kembali lagi, walaupun hadir sebagai DLC (gratis di versi DX). Saya tidak pernah membawa dia karena keterbatasan waktu. - Cordelia von Feuerbach/Cordelia (CV Inggris: Wenger Lee, CV Jepang: Eri Kitamura)
Sama seperti Iksel, Cordelia hanyalah karakter DLC. Dia juga tidak pernah saya bawa karena keterbatasan waktu.
Kesimpulan
Atelier Totori DX nyaris membuat saya berhenti maraton memainkan seri Atelier. Untunglah saya pada akhirnya memutuskan untuk tidak menggunakan walkthrough kecuali untuk membuat equipment. Setelah tamat di playthrough pertama, saya sebenarnya sudah ingin langsung lanjut ke Atelier Meruru. Tapi saya belum puas kalau belum mengalahkan semua boss di Atelier Totori. Di playthrough kedua akhirnya saya berhasil mengalahkan seluruh boss yang ada di gim ini kecuali boss di Orthogalaxen. Saya harus merombak equipment saya karena tidak cukup kuat untuk Orthogalaxen. Karena lelah, mari kita anggap saja Orthogalaxen tidak ada.

Atelier Totori DX sudah masuk ke daftar gim Atelier yang saya blacklist dan tidak akan pernah saya mainkan lagi. Jelek? Tidak, tetapi Atelier Totori meninggalkan banyak kenangan buruk di otak saya. Bila kalian penasaran dengan apa yang dapat terjadi dengan memainkan gim ini, silahkan coba sendiri setidaknya sekali.
KAORI Newsline