Pandemi COVID-19 telah melanda Indonesia selama hampir 8 bulan telah mengubah cara hidup masyarakat secara keseluruhan, termasuk ketika menggunakan moda transportasi umum. Seluruh moda transportasi umum terkena dampaknya, tidak terkecuali MRT Jakarta.
Pada Forum Jurnalis MRT Jakarta yang digelar Rabu (30/9) kemarin, MRT Jakarta memberikan gambaran dampak pandemik COVID-19 ini terhadap kegiatan usahanya. Seperti apa dampaknya?
Jumlah Penumpang Hingga September 2020
Dibandingkan tahun kemarin yang bisa mencatatkan hingga 100.000-an penumpang per hari, angka tersebut jatuh pada tahun 2020 ini. Pada awal tahun 2020, yakni pada Januari-Februari 2020, MRT Jakarta masih bisa mengantarkan penumpang sebesar 80.000-an per hari.
Namun, ketika pandemi COVID-19 melanda Indonesia pada Maret 2020, angka tersebut mulai turun ke angka 46.279 penumpang per hari. Angka tersebut semakin parah ketika Mei 2020 hanya mencatatkan 1.405 penumpang per hari, hampir 1/100 dari tahun 2019. Pada Juni 2020 angka tersebut naik, dikarenakan Pemprov DKI Jakarta sudah melonggarkan PSBB menjadi PSBB Transisi. Tetapi, PSBB jilid 2 yang diterapkan kembali pada pertengahan September 2020 sedikit menurunkan angka penumpang menjadi 13.101 per 28 September 2020.
MRT Fase 2 yang menghubungkan Bundaran HI – Kota – Ancol Barat ini pun ikut terganggu dikarenakan pandemi. Pada Fase 2A (Bundaran HI – Kota) baru area project CP 201, yaitu Stasiun Thamrin dan Monas yang telah berjalan. Sementara untuk CP 202 (Harmoni, Sawah Besar, dan Mangga Besar) dan CP 203 (Glodok dan Kota) masih belum ada tanda-tanda konstruksi.
Menurut Dirut MRT Jakarta, William Sabandar hal ini terjadi dikarenakan turunnya minat kontraktor Jepang dalam tender Fase 2A ini. Hal ini disebabkan besarnya tanggungan pada saat pandemi seperti ini, sehingga beresiko untuk mengambil proyek. Akibatnya, target konstruksi yang semula pada akhir 2024 telah selesai mundur ke Maret 2025, bahkan untuk CP 202 dan CP 203 mundur hingga Maret 2026.
Ia mengharapkan Pemerintah Jepang untuk mendorong para kontraktor dari negeri Sakura tersebut untuk berkontribusi pada Fase 2 ini. Ia pun mengakui tidak punya banyak pilihan kontraktor selain dari Jepang dikarenakan terikat perjanjian peminjaman dari JICA.
Cemplus Newsline by KAORI