Vocalo Malang menghimpun penggemar seri Vocaloid dalam satu komunitas. Dengan berkomunitas, minat dan hobi yang ditekuni bisa dikembangkan bersama teman-teman.
Di tengah hiruk pikuk “drama” dalam berkomunitas di jejaring sosial, Malang adalah tempat di mana kalangan penggemar anime masih bisa merasakan suasana guyub baik di dalam maupun sesama komunitasnya.
Dalam acara Utsuru Matsuri yang diselenggarakan oleh Japan Culture Daisuki bekerja sama dengan KAORI Nusantara pada 12 Oktober lalu, berbagai komunitas anime di Malang berkumpul, membuka stan, serta memeriahkan acara. Sebagian dari mereka tidak hanya berasal dari Malang dan Surabaya, namun juga datang jauh dari Blitar dan Pasuruan.
Bambang dan Naufal dari komunitas Vocalo Malang menuturkan pengalamannya saat mengikuti acara ini. Menurut mereka, ini acara yang ramai.
“Pengunjung ada yang datang baik dari komunitas maupun dari bukan komunitas. Umumnya mereka langsung mencari pernik seperti pin dan stiker.”
Komunitas yang berdiri pada 20 Agustus 2014 ini juga menyajikan DJ yang membawakan aransemen lagu-lagu Vocaloid, lengkap dengan proyektornya.
Eri, pengunjung yang datang bersama dua orang temannya pun menikmati sajian acara.
“Ada dance cover, ada komunitas Love Live, juga ada acara menyanyi lagu dubbing berbahasa Indonesianya.”
Tetapi konsep acara yang memecah konsentrasi ke beberapa titik bagi mereka menjadi hal yang membingungkan.
“Bingung juga yah, ada yang main gim, ada yang vocaloidan, ada yang konser di panggung. Terus mestinya setiap komunitas yang hadir diperkenalkan satu-satu di panggung.”
Pengamatan KAORI pada acara Utsuru Matsuri menunjukkan hal menarik yang agak langka di Jakarta. Pada satu blok, ketika ada lagu yang diputar oleh satu stan komunitas, sontak anggota dari komunitas lain langsung ikut berkumpul dan menyanyi serta bergoyang bersama, mulai dari yang bergoyang ala wota sampai yang menari ala konser dangdut.
Alan, ketua pelaksana dari Japan Culture Daisuki, mengungkapkan antusiasme pengunjung yang melebihi rata-rata. Dengan harga tiket Rp8.000, pengunjung berjubel dan telah menunggu antrian sejak pukul 9.30 meski pintu baru dibuka sejam kemudian.
“Kalau umumnya event kami hanya mendatangkan sekitar 1000 orang, pada event ini ada 2.500 lembar tiket terjual dan ini prestasi membanggakan.”
Tidak hanya pengunjung, bintang tamu pun rela datang jauh-jauh. Salah satu grup musik beraliran J-Rock, mengontak Alan dua hari sebelum acara dan bela-belain untuk datang meski tidak dibayar.
Kaori juga eksis di Utsuru Matsuri lho
Walau begitu, ia mengeluh karena acara jejepangan di Malang masih kesulitan untuk mendapatkan sponsor. Masyrakat masih belum percaya bahwa acara jejepangan mampu mendatangkan pengunjung yang besar.
“Padahal band-band itu setahu saya pengunjungnya cuma 600 orang. Saat kami tawari ke sponsor, mereka lebih sering ragu dan tidak percaya kalau event kita bisa lebih ramai dari acara musik pop.”
Hambatan lain yang dihadapi adalah adanya rasa sentimen dari komunitas antar kota. Ia mencontohkan rivalitas antara komunitas di kota Surabaya dan Malang, meski tidak signifikan.
Mengenai karakteristik pengunjung, Alan masih menyayangkan perilaku pengunjung yang belum mempedulikan kebersihan.
“Masih banyak sampah berserakan dan panitia cukup kewalahan. Kami menyediakan tong sampah di tiap sudut tapi kok ya orang malah menaruh sampah di samping tong sampah itu.”
Ditanya mengenai perkembangan cosplayer, ia melihat kini di Malang kegiatan cosplay mulai menggeliat. Banyak yang mulai coba-coba ber-cosplay dan datang baik sendiri atau dengan teman-temannya.
“Tapi tetap, kualitas cosplay yang sendiri ini tentu cukup jauh dibandingkan yang tergabung dengan komunitas cosplay.”
KAORI Newsline | oleh Kevin W
keren :3