Lanjutan dari halaman sebelumnya.

Fokus

Drama Medsos Apa Saja yang Pernah Kalian Dengar di Media Sosial?

Di survey kali ini, kami juga menanyakan drama jejepangan yang pernah mereka dengar di media sosial. Jawaban dari pertanyaan ini dijawab dalam bentuk isian (essay). Menggunakan Voyant Tools, kami mencoba mencari keyword dari jawaban yang telah diberikan serta menganalisis jawaban-jawaban tersebut.

Drama apa yang pernah kalian dengar di media sosial? Inilah kata-kata yang paling sering keluar dari jawaban responden

Selain keyword “tidak”, “yang”, dan “drama” yang tidak dapat memberikan kita insight terhadap drama yang terjadi, terlihat “cosplayer” merupakan keyword paling dominan di jawaban ini. Dari 32 orang yang mengisi jawaban ini, ada 10 jawaban yang menampilkan kata “cosplayer” dan “cosplay”. Kebanyakan jawaban tersebut menjelaskan soal pelecehan yang dialami para cosplayer saat acara ataupun pakaian cosplay mereka yang dianggap tidak senonoh.

Keyword lain yang cukup sering muncul adalah kata-kata yang berhubungan dengan tata krama pengunjung seperti “pelecehan“, “senonoh“, dan “pengunjung“. Terdapat 8 jawaban yang menggunakan ketiga keyword tersebut. Ketiga keyword tersebut juga cukup sering dimunculkan bersamaan dengan keyword cosplayer sehingga dapat kita simpulkan bahwa ada keterikatan diantara keywordkeyword tersebut.

Selain cosplay dan tata krama, drama lain yang cukup sering di-mention adalah soal teknis acara. Meskipun tidak ada keyword yang dominan, terlihat beberapa jawaban yang menyatakan permasalahan seperti antrian, perizinan, ticketing, dan permasalah EO. Jika kami hitung, terdapat 11 jawaban yang mengatakan bahwa drama yang pernah mereka dengar di medsos berhubungan dengan teknis acara.

Berikut adalah beberapa jawaban soal drama medsos yang pernah pengunjung dengar:

Makima pose, pengunjung cabul di event tunjungan plaza” (Pengunjung laki-laki, umur 16-18 tahun, Malang).

Cosplayer yang dikejar sampai ke kamar mandi or something like that” (Pengunjung perempuan, umur 19-24 tahun, Malang).

Drama EO yg eventnya sering bermasalah, atau cosplayer yg kena pelecehan” (Pengunjung laki-laki, umur 25-30 tahun, Malang).

ICC, CF15, cosplayer Makima, drama wibu delusional” (Pengunjung laki-laki, umur 25-30 tahun, Surabaya).

Apa Tanggapan Pengunjung Terhadap Drama Medsos yang Sering Muncul di Media Sosial?

Dengan pertanyaan yang bersifat isian, kami juga menanyakan tanggapan mereka terhadap drama-drama yang terjadi di media sosial. Tidak seperti pertanyaan sebelumnya, tidak ada kata-kata yang benar-benar mendominasi pada jawaban ini. Lima kata pertama yang sering dipakai adalah kata yang sifatnya umum seperti “tidak” (8 kali), “dan” (8 kali), “hal” (7 kali), “tersebut” (6 kali), dan “yang” (5 kali).

Apa tanggapan teman-teman terhadap drama yang sering muncul di media sosial? Inilah kata-kata yang paling sering keluar dari jawaban responden

Namun meskipun tidak mendominasi, terdapat benang merah yang dapat kita ambil dari jawaban-jawaban tersebut. Sekitar 8 orang responden menanggapi soal perilaku pengunjung acara menggunakan keyword seperti “sosialisasi”, “sopan santun”, dan “tempat umum”. Beberapa orang yang lain menyayangkan drama yang terjadi. Sekitar 6 orang juga menganggap drama adalah sesuatu yang biasa saja dan dibesar-besarkan, serta terdapat sekitar 5 orang yang menganggap drama harus dijadikan pembelajaran. Selain itu, terhadap satu orang yang memberi tanggapan “semoga bukan saya yang kena“.

Berikut adalah beberapa jawaban soal tanggapan drama media sosial:

Lebih ke biasa aja. Kecuali memang drama kecil yang dibesar-besarkan bagi saya cukup menyulut emosi saya. Kayak, ngapain sih hal kecil aja didramain. Kecuali memang persoalan besar yang didramakan memang cukup menarik untuk diikuti.” (Pengunjung laki-laki, umur 19-24 tahun, Malang).

Bahwasanya pendidikan moral dan pengetahuan sopan santun adalah hal yang penting baik di dalam hidup maupun berkomunitas.” (Pengunjung laki-laki, umur 19-24 tahun, Surabaya).

Sedih, kecewa, prihatin.” (Pengunjung perempuan, umur 16-18 tahun, Malang).

Mengapa Drama Media Sosial Bisa Terjadi?

Terakhir, kami juga menanyakan soal penyebab drama yang terjadi dalam bentuk isian. Lagi-lagi tidak ada keyword yang benar-benar mendominasi. Berikut adalah kata-kata yang sering muncul dari jawaban tersebut:

Mengapa drama media sosial bisa terjadi? Inilah kata-kata yang paling sering keluar dari jawaban responden.

Salah satu benang merah yang muncul dari jawaban yang diberikan adalah soal perilaku pengunjung. Sekitar 18 responden merasa terdapat beberapa pengunjung yang tidak berperilaku dengan semestinya. Dalam kasus ini, responden menggunakan keyword seperti “pansos”, “egois”, “oknum”, dan “fanatis”. Sekitar 6 pengunjung juga berpendapat bahwa drama media sosial disebabkan oleh panitia atau EO. Terdapat 4 pengunjung lain yang berpendapat bahwa drama dapat disebabkan oleh peristiwa penting yang terjadi di dunia nyata. Untuk kasus terakhir, responden menggunakan keyword seperti “pandemi”, “bencana”, dan “insiden Kanjuruhan” sebagai faktor terciptanya drama.

Berikut adalah beberapa tanggapan responden mengenai penyebab drama:

Karena adanya pelaku yang otaknya tidak berfungsi dengan baik.” (Pengunjung perempuan, umur 25-30 tahun, Malang).

Kurangnya informasi dan edukasi kepada pengunjung serta abainya komponen event.“(Pengunjung laki-laki, umur diatas 30 tahun, Malang).

Untuk konteks pandemi, karena adanya keramaian. Untuk konteks lain, mungkin bisa disebabkan oleh fans yang terlalu fanatis atau masalah-masalah kepentingan.” (Pengunjung laki-laki, umur 19-24 tahun, Malang).

Karena termakan arus globalisasi yang buruk/pansos.” (Pengunjung laki-laki, umur 16-18 tahun, Malang).

Kesimpulan

Secara umum, sepertinya responden menganggap perilaku pengunjung sebagai suatu hal yang memengaruhi terciptanya drama medsos. Dari tiga pertanyaan isian yang kami tanyakan, perilaku pengunjung menjadi hal yang sering dibahas oleh responden. Beberapa responden menganggap pengunjung perlu memahami soal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di suatu acara Jejepangan.

Ketika membicarakan penyelenggara, mayoritas responden merasa EO sangat penting dalam sebuah acara. Namun ketika kami menanyakan apakah responden tetap akan mengunjungi acara yang terkena drama, hanya sedikit responden untuk dengan tegas mengatakan tidak akan datang. Setidaknya walaupun terkena drama, sebagian pengunjung tetap akan menyempatkan diri untuk mengujungi acara tersebut dan sebagian pengunjung hanya bersikap ragu-ragu.

Terakhir ketika kita membicarakan kebiasaan responden dalam mengkonsumsi drama, mayoritas mengatakan mereka hanya mengetahui drama yang terjadi namun tidak secara aktif mencari tahu. Untuk sumber drama tersebut, Facebook menjadi tempat utama untum mendapatkan drama walaupun para responden sebenarnya lebih aktif di Instagram. Untuk jenis drama, terlihat “cosplay” atau “cosplayer” menjadi keyword yang paling sering muncul di tanggapan responden. Keyword yang berhubungan dengan tata krama pengunjung menempati posisi kedua, dan keyword yang membahas EO atau penyelenggara menempati urutan ketiga.

Pada akhirnya, masih banyak hal yang dapat dibenahi di survei ini. Survei ini sendiri hanya diisi oleh 38 responden dari total sekitar 2000 pengunjung acara. Survei ini juga hanya diisi oleh 4 pengunjung perempuan, yang berarti jawaban-jawaban responden ini sangat bias ke perspektif responden laki-laki. Namun, kami berharap survei ini dapat memberikan insight terhadap persepsi pengunjung acara Jejepangan serta memberikan batu loncatan untuk penelitian-penelitian tentang perilaku pengunjung event ke depannya.

KAORI Newsline

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses