Dalam setiap penyelenggaraan acara Jejepangan di Indonesia, drama-drama di media sosial hampir selalu bermunculan. Baik di acara skala besar seperti Comifuro ataupun acara level sekolahan, suara miring mengenai acara tersebut selalu ada. Tidak jarang ada beberapa orang yang bersuara untuk men-cancel suatu acara di media sosial karena terpengaruh oleh drama-drama medsos.

Namun, apakah pengunjung yang datang ke acara benar-benar peduli soal drama-drama medsos tersebut? Bagaimana sebenarnya mereka mendapatkan informasi tentang drama? Pada acara Utsuru 7 yang diselenggarakan di Malang bulan Oktober 2022 lalu, staf KAORI Malang mengadakan sebuah survei kecil-kecilan tentang persepsi pengunjung mengenai drama-drama yang terjadi di acara Jejepangan. Survei sendiri dilakukan di stan komunitas KAORI Nusantara, di mana pengunjung diajak untuk mengisi Google Form yang berisi pertanyaan pertanyaan yang berhubungan dengan drama media sosial. Berikut hasilnya!

Demografi Pengisi Kuesioner

Survei drama medsos ini sendiri diisi oleh 38 responden. Dilihat dari kelompok usia, 21 responden (55,3%) berumur antara 19 sampai 24 tahun. Kelompok usia terbanyak kedua adalah remaja di antara 16 sampai 18 tahun dengan 8 orang (21,1%). Kelompok usia terbanyak ketiga adalah antara 25 sampai 30 tahun dengan 7 orang (18,4%). Terakhir adalah kelompok usia di atas 30 tahun dengan 2 orang (5,3%). Pada survei ini kami tidak mendapatkan responden dengan usia 15 tahun ke bawah.

drama event
Umur pengisi survey

Berdasarkan jenis kelamin, jenis kelamin laki-laki masih mendominasi. Terlihat 33 responden berjenis kelamin laki-laki (86,8%) dan hanya 4 responden (10,5%) yang berjenis kelamin perempuan. Terdapat pula 1 responden (2,6%) yang memilih tidak memberitahukan jenis kelaminnya.

drama medsos
Jenis kelamin pengisi survey

Dilihat dari pekerjaan saat ini, 19 orang dari responden merupakan mahasiswa (50%). 8 orang dari responden merupakan karyawan (21,1%). 5 responden merupakan pelajar (13,2%). 4 orang merupakan pekerja lepas (10,5%). 1 orang merupakan wirausahawan (2,6%), dan 1 orang tidak/belum bekerja (2,6%).

drama event
Pekerjaan pengisi survey

Ditinjau dari pemasukan per bulan, mayoritas dari responden merupakan orang dengan pemasukan total di bawah 1 juta per bulan. 12 orang (31,6%) memiliki pendapatan di bawah 500 ribu per bulan, sedangkan 10 orang (26,3%) memiliki pendapatan di antara 500 ribu hingga 1 juta. 5 orang (13,2%) memiliki pendapatan di antara 1 juta hingga 2,5 juta. 3 orang (7,9%) memiliki pendapatan di antara 2,5 hingga 5 juta, dan 2 orang berpendapatan di antara 5 hingga 7,5 juta. Terdapat juga beberapa responden yang memilih tidak menyertakan pendapatannya.

drama medsos
Pemasukan pengisi survey

Terakhir, kami mencoba untuk menanyakan media sosial yang digunakan oleh responden saat ini. Instagram merupakan media sosial yang paling banyak digunakan, di mana 29 responden (76,3%) mengaku aktif di Instagram. Facebook merupakan media sosial populer kedua dengan 26 responden (68,4%). Twitter merupakan media sosial terpopuler ketiga dengan 20 responden (52,6%). Tiktok sebagai media sosial yang naik daun digunakan oleh 11 responden (28,9%). Di luar itu, Line, Quora, dan YouTube dimasukkan masing-masing 1 responden (2,6%) sebagai media sosial yang mereka gunakan melalui opsi pilihan “lain-lain”.

drama event
Sosial media pengisi survey

Kebiasaan dan Keaktifan ke Acara Jejepangan

Sebelum menanyakan persepsi, kami mencoba untuk menanyakan seberapa sering mereka datang ke acara Jejepangan dalam setahun. Dari 38 responden, 15 orang (39,5%) mengaku pergi ke acara jejepangan lebih dari 5 kali setahun. 14 orang (36,8%) mengaku pergi ke acara Jejepangan 2-3 kali setahun. 5 orang (13,2%) mengaku pergi ke acara Jejepangan 1 kali setahun, dan 4 orang (10,5%) mengaku belum pernah datang ke acara Jejepangan. Dari sini terlihat orang-orang yang mengisi survey ini cukup sering datang ke acara Jejepangan

drama medsos
Seberapa sering pengisi survey mengunjungi acara Jejepangan dalam setahun?

Ketika kami tanyakan soal alasan mengapa mereka datang ke acara Jejepangan, 24 orang (63,2%) mengatakan mereka datang untuk sekedar melepas penat. Jawaban yang paling banyak dipilih selanjutnya adalah bertemu teman yang dipilih 23 orang (60,5%). 20 orang (52,6%) menjawab mereka datang karena ingin menyalurkan hobi-hobi seperti hobi cosplay, fotografi, itansha, dll. 17 orang (44,7%) menjawab mereka datang untuk menonton guest star, dan 17 orang lainnya menjawab untuk foto bareng cosplayer. Dari sini, terlihat responden bisa memiliki alasan yang beragam untuk datang ke acara jejepangan.

Uniknya untuk opsi pilihan “lain-lain”, ada 1 orang yg mengatakan mereka datang untuk menjadi panitia dan 1 orang lagi datang hanya untuk mencari Ruka. 1 orang lagi menjawab mereka datang untuk “bunkasai”.

drama event
Alasan pengisi survey datang ke acara Jejepangan

Untuk acara yang pernah didatangi, mayoritas menjawab acara yang diselenggarakan di Malang seperti Utsuru, Daisuki! Japan, dan Isshoni Tanoshimasu. Kemudian, acara yang diselenggarakan di Surabaya seperti Japan Matsuri, Chibi Daisuki, Starnifest, dan Chocodays. Terdapat juga acara Jejepangan Malang yang tidak kami cantumkan di survey seperti DISB Project, Bunkasai, atau Misaki. Hal ini cukup wajar mengingat jajak pendapat ini sendiri diadakan di Malang. Menariknya, 1 orang mengatakan pernah mengunjungi Comic Frontier 15 yang diadakan di Jabodetabek, dan 5 orang menyatakan belum pernah mengunjungi acara Jejepangan.

drama medsos
Acara jejepangan yang pernah dikunjungi responden

Persepsi Tentang Drama

Ketika kami tanyai apakah mereka tahu dan mengikuti drama di media sosial, mayoritas dari mereka ternyata mengetahui drama-drama medsos yang terjadi. 29 orang (76,3%) menjawab tahu tapi tidak mengikuti. 6 orang (15,8 %) menjawab tahu dan aktif mengikuti atau mencari update. Hanya 3 orang (7,9%) yang menjawab tidak tahu.

Aktif atau tidak mengikuti drama?

Setelah mengetahui ada drama di suatu acara, apakah mereka akan tetap datang? Ternyata hanya 3 orang (7,9%) yang secara tegas menyatakan tidak akan datang. 18 orang (47,4%) dari responden mengatakan mereka akan tetap datang, sementara 17 orang (44,7%) mengatakan mereka menjadi ragu-ragu untuk datang.

Apakah pengisi survey akan tetap berkunjung ke suatu acara yang terkena drama?

Ketika kami tanyakan mengapa mereka memilih jawaban tersebut, beberapa yang menjawab ya mengatakan tidak peduli dengan drama dan sebagian lain justru mengatakan drama membuat mereka penasaran. Beberapa yang memilih ragu-ragu mengatakan akan melihat-lihat dulu seberapa parah drama yang beredar sebelum mengambil keputusan. Sebagian responden ragu-ragu lain merasa mixed feeling; Di satu sisi takut terjadi apa-apa, di sisi lain masih ingin ngevent. Dari 3 orang menjawab tidak menyatakan tidak datang, 2 di antaranya menghubungkan drama dengan track record penyelenggara dan 1 orang menyatakan tidak ingin datang karena tidak ingin terlibat drama.

Berikut adalah jawaban responden:

Karena saya ragu ragu, di satu sisi saya ingin berangkat namun di sisi lain khawatir apabila akan terjadi hal yang tidak diinginkan” (Pengunjung ragu-ragu, laki-laki, umur 19-24 tahun, Malang).

Jika penyelenggara memiliki track record yang buruk tentu menyebabkan adanya rasa ragu dan malas untuk datang di event tersebut karena takut jika sudah datang ternyata eventnya mengecewakan” (Pengunjung yang memilih tidak datang, perempuan, umur 25-30 tahun, Malang).

Karena menurut saya drama di media sosial tidak terlalu berpengaruh terhadap event” (Pengunjung yang memilih tetap datang, laki-laki, umur 16-18 tahun, Mojokerto).

Karena di balik drama pasti ada hal yang menarik” (Pengunjung yang memilih tetap datang, laki-laki, umur 25-30 tahun, Malang).

Ketika membicarakan drama, peran penyelenggara (EO) biasanya tidak bisa dipisahkan dari hal ini. Ketika ditanyai soal seberapa penting reputasi EO bagi pengunjung, 22 orang (57,9%) mengatakan reputasi EO sangat penting dalam pengambilan keputusan mereka untuk datang ke acara jejepangan. 11 orang (28,9%) menyatakan reputasi EO penting bagi mereka. 4 orang (10,5%) menyatakan reputasi EO tidak begitu penting, sedangkan 1 orang (2,6%) menyatakan mereka tidak peduli dengan reputasi EO.

Reputasi EO penting atau tidak

Berikut adalah komentar mereka soal EO:

Saya tetap memilih meng-apreciate acara tersebut dari pada siapa yang membuat acara tsb” (Pengunjung yang tidak peduli reputasi EO, laki-laki, umur 25-30 tahun, Malang).

Karena yg penting asik” (Pengunjung yang merasa EO tidak begitu penting, perempuan, umur 19-24 tahun, Malang).

Bagus tidaknya acara sebagian ditentukan organizer.” (Pengunjung yang merasa EO penting, laki-laki, umur diatas 30 tahun, Malang).

Agar tidak terjadi hal tidak mengenakkan di tengah-tengah acara” (Pengunjung yang merasa EO sangat penting, perempuan, umur 16-18 tahun, Malang).

Hal menarik lain yang kami temukan adalah soal media sosial tempat mereka mendapatkan informasi drama. Lebih dari setengah responden yang mengetahui drama medsos menjawab mereka mengetahui drama medsos melalui Facebook dengan 19 orang (54,3%). 9 orang (25,7%) menjawab mereka mengetahui drama melalui Instagram. Tiktok, Twitter, dan chatgrup WA mendapatkan masing masing 2 suara (5,7%). Hal ini menarik karena seperti yang sudah kami sampaikan di bagian demografi, Facebook bukanlah media sosial yang paling banyak dipakai. Namun Facebook justru menempati tempat teratas untuk sumber informasi drama.

Sumber informasi drama

Kuesioner ini berlanjut ke halaman berikutnya.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses