Partai Sanseito semakin menarik perhatian publik Jepang, terutama generasi muda, lewat pendekatannya yang unik dan penuh retorika nasionalistik. Dikenal sebagai partai populis sayap kanan, Sanseito mencuat dengan kampanye anti-imigran, kritik terhadap kebijakan COVID-19, hingga ajakan untuk menulis ulang Konstitusi Jepang yang berlaku sejak Perang Dunia II.
Dari Media Sosial ke Lapangan Politik
Sejak berdiri di masa awal pandemi pada 2020, Sanseito tumbuh cepat dengan memanfaatkan media sosial sebagai senjata utama. Pidato-pidato sang pemimpin Sohei Kamiya di YouTube berhasil memikat kaum muda yang merasa kecewa dengan kondisi ekonomi dan sosial di Jepang. Banyak dari mereka merasa suara mereka tak lagi terwakili oleh partai-partai besar.
Anak Muda yang Mulai Bergerak
Tak sedikit anak muda yang langsung terjun dalam aktivitas politik Sanseito. Seorang mahasiswa berusia 18 tahun dari Prefektur Nara mengaku tertarik pada partai ini karena merasa pemerintah terlalu memanjakan warga asing, sementara rakyat Jepang sendiri kesulitan. Ia bahkan ikut membagikan selebaran partai di upacara kedewasaan di daerahnya.
Daya Tarik Karisma dan Isu Sehari-Hari
Tokoh seperti Sohei Kamiya tak hanya dikenal karena ideologinya, tapi juga karismanya yang disebut-sebut mirip idola. Seorang siswi sekolah vokasi di Wakayama, misalnya, bergabung karena kebijakan partai tentang pelonggaran penggunaan masker dan keinginan kembali ke makanan lokal Jepang. Isu seperti keamanan pangan dan penolakan makanan cepat saji asing jadi daya tarik tersendiri bagi pendukung Sanseito.
Nasionalisme Baru atau Tanda Kekecewaan?
Fenomena ini menandakan meningkatnya ketidakpuasan publik terhadap arah kebijakan negara, terutama di kalangan muda. Meski banyak pihak menilai Sanseito ekstrem, tidak bisa dipungkiri bahwa partai ini berhasil membentuk ruang baru bagi suara-suara yang sebelumnya tak terdengar di dunia politik Jepang.
KAORI Newsline | Sumber