4 bulan setelah penayangan film live-action pertamanya, pertengahan tahun ini Moxienotion beserta Encore Films mempersembahkan kelanjutan kisah Shinichi Izumi (diperankan oleh Shota Sometani) dan Migi (disuarakan oleh Sadao Abe) untuk mengungkap serangan para parasit dalam flim Parasyte 2. Film live-action ini merupakan adaptasi dari seri komik berjudul Parasyte karangan Hitoshi Iwaaki yang pertama kali terbit pada tahun 1988. Sebelumnya studio animasi Madhouse telah merilis adaptasi seri anime dari komik ini.
Teror Parasit Berlanjut
Melanjutkan kisah Shinichi sang manusia dan Migi, parasit yang seharusnya menguasai otak Shinichi namun gagal dan berakhir di tangan kanannya, film Parasyte 2 dibuka dengan pihak kepolisian yang mulai menyadari adanya para makhluk asing dalam berbagai pembunuhan misterius yang terjadi akhir-akhir ini. Shinichi beserta sang parasit yang gagal mencapai otak, yakni Migi mulai mencari dan menghabisi satu persatu parasit yang membunuh manusia untuk dimakan. Akibat berbagai tragedi yang disebabkan oleh serangan parasit yang menyerang orang-orang terdekat Shinichi, ia pun mulai melakukan perlawanan sendiri. Disisi lain, kini pemerintah kota telah dikuasai oleh para parasit yang terpilih sebagai walikota dan staf ahli yang duduk di pemerintahan.
Meski para parasit telah berhasil duduk di pemerintahan, namun hal tersebut tidak bisa membuat parasit tenang. Keberadaan Shinichi dan Migi yang hidup secara berdampingan sebagai manusia dan parasit membuat kekhawatiran dari para parasit di pemerintahan. Tindakan Shinichi dan Migi yang tidak jarang membunuh parasit lainnya mengancam keberadaan parasit. Ditengah banyaknya opini untuk menghabisi Shinichi dan Migi, Tamiya Ryoko (diperankan oleh Eri Fukatsu), mantan guru Shinichi yang sekaligus seorang parasit di organisasi pemerintahan kota menyarankan untuk membiarkan Shinichi apa adanya karena ia merupakan aset penting dalam penelitian Tamiya Ryoko mengenai kehidupan manusia dan parasit.
Meski demikian, salah satu staf dari walikota, Goto (diperankan oleh Tadanobu Asano) yang memiliki 5 parasit dalam 1 tubuh bermaksud untuk menghabisi Shinichi demi keberlangsungan hidup para parasit. Disisi lain, pihak kepolisian yang telah menaruh kecurigaan akan keberadaan para parasit ini mulai merancang strategi untuk membantai para parasit. Ancaman bagi Shinichi pun datang juga dari salah seorang wartawan bernama Kuramori (diperankan oleh Nao Omori) yang secara diam-diam selalu membuntuti setiap aktivitas Shinichi dan hendak membeberkan identitas aslinya kepada media massa.
Membawa Konsep Yang Unik
Disutradarai oleh Takashi Yamazaki (Juvenille, Ballad, & Space Batteship Yamato), Parasyte memiliki konsep yang tidak biasa dan juga penceritaan yang sangat khas. Secara umum cerita mengenai kedatangan parasit dari luar bumi yang hinggap di otak manusia dan menjadikan manusia tersebut sebagai seorang monster merupakan konsep yang cukup unik serta menarik untuk disimak. Membawakan konsep body horror mampu membangun suasana yang cukup menegangkan dari film ini.
Meski film live-action Parasyte ini merupakan adaptasi dari komik karangan Hitoshi Iwaaki, namun film ini memiliki beberapa perbedaan dari segi cerita. Beberapa karakter dan kisah yang ada di seri komik dan animasinya tidak disertakan pada film live-action ini. Meski demikian inilah salah satu kekuatan dari film ini dimana mampu membawa konsep yang sedikit berbeda dari karya aslinya namun tetap menyajikan alur yang cukup nyaman untuk diikuti.
Adegan Aksi Yang Lebih Memukau
Jika pada film live-action pertamanya penonton akan dibawa menjalani drama kehidupan Shinichi dan Migi sebagai pasangan manusia-parasit dalam menghadapi serbuan parasit lainnya, film keduanya ini menawarkan sesuatu yang berbeda dimana muatan aksi menjadi perhatian lebih dari film bagian kedua ini. Akibat sudah mulai banyaknya parasit yang duduk di tampuk kekuasaan kota, serta mulai munculnya kecurigaan dari pihak polisi akan adanya sosok parasit dibalik tragedi pembunuhan misterius yang terjadi akhir-akhir ini.
Film kedua Parasyte ini memiliki porsi aksi yang lebih banyak dibanding film pertamanya. Dengan munculnya kecurigaan para polisi terhadap keberadaan parasit, pihak berwajib pun menyiapkan satu pasukan khusus yang dilatih untuk melawan para parasit. Jika pada film pertama penonton hanya disuguhkan aksi pertempuran Shinichi dan Migi melawan parasit dengan saling beradu kekuatan organ tubuh yang berubah bentuk menjadi senjata, film kedua ini menawarkan aksi penyerbuan pasukan khusus dengan sekawanan parasit yang tidak bisa dilewatkan.
Kemunculan Goto, sang parasit dengan 5 ekor parasit dalam 1 tubuh juga menjadikan suasana ketegangan dalam aksi di film ini semakin terasa. Tidak hanya Goto, di film ini Tamiya Ryoko juga mulai menunjukkan kekuatan sebenarnya sebagai seorang parasit. Adegan aksi yang ditampilkan di film ini banyak yang mengandung unsur kekerasan yang menjurus kepada adegan gore. Oleh karena itu bagi anda yang tidak terlalu kuat menonton adegan-adegan kekerasan semacam ini tidak terlalu disarankan untuk menonton film ini.
Masih Berkutat Di Seputar Dilema
Salah satu tema utama dari film live-action Parasyte adalah elemen dilematis yang ada dari cerita di film ini. Mulai dari perseteruan antara Tamiya Ryoko dengan rekannya sesama parasit terkait keberadaan Shinichi dan Migi. Disatu sisi keberadaan Shinichi beserta Migi merupakan sebuah ancaman bagi keberlangsungan parasit karena terus menghabisi parasit yang tengah memangsa manusia, namun disisi lain Tamiya Ryoko merasa bahwa keberadaan Shinichi dan Migi merupakan aset penting untuk bisa memahami bagaimana cara agar parasit bisa hidup berdampingan dengan manusia.
Perkembangan karakter pada film ini juga menunjang elemen dilematis yang ditampilkan. Sosok Shinichi yang kini sudah perlahan kehilangan sisi kemanusiaan nya harus menghadapi berbagai dilema ketika ia berinteraksi dengan Murano Satomi (diperankan oleh Ai Hashimoto). Tamiya Ryoko yang mempelajari bagaimana cara manusia berinteraksi juga menghadapi dilema ketika berbaur dan berusaha menerangkan pemikirannya kepada rekannya sesama parasit lain. Premis utama film ini yang disampaikan dari film sebelumnya, bahwa umat manusia harus dikurangi jumlahnya demi menjaga stabilitas alam kembali dibawakan pada film keduanya ini.
Salah satu dilema yang cukup kuat dimainkan pada film ini adalah posisi baik-jahat antara manusia dan parasit. Jika manusia pada umumnya menganggap parasit merupakan ancaman karena menggunakan manusia sebagai bahan makanan dan kerap dibunuh hanya untuk dimakan, namun para parasit menganggap bahwa manusia lah yang sebenarnya memberikan ancaman bagi keberlangsungan hidup di muka bumi. Tidak hanya karena mengotori alam namun sifat egois dari manusia juga menjadikan keseimbangan hidup di bumi menjadi goyah. Bahkan di film ini muncul lagi sebuah pemahaman yang menyatakan bahwa parasit-lah yang justru dibutuhkan oleh manusia untuk mampu menjaga populasi umat manusia demi keseimbangan kehidupan seluruh makhluk hidup.
Penutup
Berawal dari sebuah pertanyaan, “jika umat manusia berkurang separuh, apakah separuh kerusakan alam bisa teratasi” film Parasyte dimulai. Parasyte menampilkan kisah perjuangan manusia yang bertempur melawan serbuan parasit yang memangsa manusia, namun pada akhirnya justru menimbulkan pertanyaan baru terkait keberadaan manusia dan parasit. Apakah manusia benar-benar makhluk yang menjaga bumi? Apakah parasit memang menjaga keseimbangan alam dengan mengurangi jumlah manusia? Berbagai dilema yang ada menjadi kekuatan dari film ini.
Pada film kedua ini, selain menampilkan adegan aksi yang lebih intens dibanding film pertamanya, namun aspek perkembangan karakter dan kisah drama yang ada juga tidak luput menjadi sorotan. Di film kedua ini penonton akan dibawa mendalami drama kehidupan Shinichi dan Migi sebagai manusia dan parasit yang hidup berdampingan, Tamiya Ryoko sang parasit yang harus mengurusi bayi manusia, serta Kuramori, manusia biasa yang merupakan seorang wartawan yang terpaksa harus terlibat dalam konflik antara manusia dengan parasit.
Secara konsep, tema, dan cerita film kedua Parasyte live-action ini memiliki banyak sisi menarik terutama karena mengangkat konsep body horror sebagai ide dasar cerita yang cukup jarang diangkat di kisah-kisah baik film, novel, maupun animasi di Jepang. Dari segi adaptasi, meski menghilangkan berbagai unsur yang ada dari seri anime dan manga, namun film ini masih mampu menampilkan sebuah cerita yang solid. Meski digadang-gadang sebagai film yang akan menjawab pertanyaan di film pertama, namun bagian akhir dari film ini masih belum bisa menerangkan situasi yang ada termasuk keberadaan para parasit yang masih berada di muka bumi.
Bagi anda yang masih merasa kurang puas dengan akhir dari kisah Parasyte yang ada pada seri anime besutan Madhouse, tidak ada salahnya untuk menonton live-action kedua dari kisah Parasyte yang akan mulai tayang di bioskop mulai tanggal 10 Juni ini karena di film ini menampilkan sesuatu yang cukup berbeda dari seri anime nya.
KAORI Newsline | Diulas oleh Rafly Nugroho