Salah satu aspek yang menawan dari karya-karya sutradara Mamoru Hosoda adalah, sekalipun menampilkan unsur-unsur fantastis seperti penjelajah waktu (The Girl Who Leapt through Time), kecerdasan buatan yang lepas kendali (Summer Wars), atau manusia serigala (Wolf Children); penekanannya tetap pada penggambaran kehidupan manusia yang sangat membumi. Beberapa tokoh industri animasi seperti Hayao Miyazaki (Nausicaa, Princess Mononoke, Spirited Away) atau Yoshiyuki Tomino (Ideon, Mobile Suit Gundam) telah mengutarakan kritik terhadap pembuat animasi Jepang masa kini yang mereka anggap tidak mengamati dan memahami pengalaman-pengalaman hidup dunia nyata dalam berkarya. Namun, Hosoda adalah salah satu contoh dari pembuat animasi kontemporer yang memperoleh inspirasi karyanya dari pengalaman kehidupan nyata.
Ambillah contoh Summer Wars. Saat ditanya mengenai sumber inspirasi filmnya dalam beberapa wawancara, Hosoda berulang kali menyebutkan pengalamannya saat berkenalan dengan keluarga besar istrinya. Ia merasa terkesima merasakan menjadi kerabat dengan orang-orang yang tadinya merupakan orang asing baginya, dan terlibat dalam kehidupan keluarga mereka. Suatu pengalaman yang membingungkan dan agak merepotkan. Tapi bagi Hosoda yang merupakan anak tunggal, membangun hubungan keluarga baru seperti itu adalah pengalaman yang ajaib. Perasaan itu dapat terasa disampaikan dalam film lewat kebingungan tokoh utamanya, Kenji, saat harus berbaur bersama keluarga besar Jinnouchi.
Film ini menggambarkan ikatan hubungan antara manusia, khususnya keluarga, tapi juga jaringan sosial secara umum. Jaringan yang digambarkan dalam film ini ada yang menggunakan perantara teknologi canggih, namun bukan berarti jaringan sosial hanya bergantung padanya. Di satu bagian, nenek Sakae Jinnouchi mendemonstrasikan jaringan sosial ekstensif yang dimilikinya, menjangkau orang-orang yang memiliki posisi penting, yang diperolehnya selama hidup bersama banyak orang selama 90 tahun, dan semuanya digerakkan hanya melalui sebuah telepon antik yang sederhana. Tema hubungan sosial inilah yang bisa dibilang merupakan unsur kunci yang membuat film ini bisa disukai oleh penonton dari berbagai kalangan usia.
Wolf Children juga memperoleh inspirasi dari pengalaman kehidupan nyata, walau bukan pengalaman pribadi Hosoda sendiri. Hosoda dan istrinya suka dengan anak-anak; baginya kelahiran tiap anak itu merupakan mukjizat kehidupan. Ia juga terkesima oleh orang tua yang membesarkan anak-anak itu; karena mereka Nampak begitu cerah sekalipun membesarkan anak itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Dalam Wolf Children, dengan menggambarkan rentang waktu 13 tahun dalam waktu 117 menit, Hosoda menggambarkan sedetail mungkin, segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tua untuk membantu anaknya tumbuh besar dan mampu hidup di dunia dengan kemampuannya sendiri, serta semua perasaan yang dialami selama waktu tersebut.
Hosoda juga berpesan bahwa dengan menempatkan seorang ibu sebagai tokoh utama, film ini memiliki tokoh utama yang bisa saja merupakan orang yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari di manapun, bukan tokoh yang hanya ada satu-satunya di dunia. Aspek-aspek sederhana dari pengalaman hidup orang-orang biasa itu kurang banyak diperhatikan oleh media populer dibandingkan tema skala besar seperti pertempuran atau petualangan; tema-tema yang seringkali dicirikan sebagai pengalaman hidup “maskulin.” Tapi bagi Hosoda, pengalaman hidup “feminin” tidak kalah menarik, tidak kalah intens, dan tidak kalah menakjubkan sebagai cerita dan sebagai bagian dari hidup.
Memahami pengalaman hidup di dunia nyata memang dapat menghasilkan karya yang menyentuh dan bermakna bagi pemirsa. Keberadaan insan kreatif seperti Hosoda yang memperkaya ranah media populer dengan semangatnya untuk menggambarkan hal-hal yang menakjubkan dari hidup adalah suatu hal yang patut untuk disyukuri. Mulai tanggal 11 Juli 2015 ini, karya terbaru Hosoda, The Boy and the Beast (Bakemono no Ko), akan mulai ditayangkan di bioskop-bioskop di Jepang. Penonton internasional pun menanti dengan antusias, kisah memikat seperti apa lagi yang akan dihadirkan dalam film kali ini.

Referensi:
- “Miyazaki: The Problem with the Anime Industry Is It’s Full of Otaku”.
- 富野由悠季監督「アニメの未来?アニメに未来なんてねえよ!」 「アニメ好きがアニメに特化した専門職になってアニメを作ったら、自由な作品なんてできるわけがねえだろ」
- “Summer Wars: Filmmaker Mamoru Hosoda, famous for his animated version of “The Girl Who Leapt Through Time” presents an exciting hot film for the summer of 2009”.
- Jonathan Clements, “Christmas in August: Mamoru Hosoda’s Summer Wars”.
- “Mamoru Hosoda Talks Summer Wars: Interview with Andrew Osmond”.
- sdshamshel (Carl Li), “Everything That Is: Summer Wars”.
- sdshamshel (Carl Li), “Any 5-Year-Old Can Tell You Why Summer Wars is Great”.
- “Interview: Mamoru Hosoda”.
- “Interview: Mamoru Hosoda, Director of Wolf Children”.
- “Interview with Wolf Children Director Mamoru Hosoda”.
Sumber gambar: Summer Wars, Wolf Children, Tsunekichi News
KAORI Newsline | Oleh Halimun Muhammad
Terkadang justru cerita yg memikiki tema biasa adl yg terbaik.