Pada 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu. Keesokan harinya, kaisar berkuasa saat itu Hirohito mengumumkan penghentian perang dan menyerahnya Jepang melalui siaran radio (Gyokuon-housou).
Segera setelah Jepang menyerah, Sekutu yang dipimpin oleh jenderal Douglas MacArthur mendirikan Supreme Commander for the Allied Powers (SCAP) yang secara de facto mengambil alih jalannya pemerintahan Jepang dalam keseharian. Salah satu program yang dijalankan oleh SCAP adalah pembubaran zaibatsu, satuan ekonomi terintegrasi yang dijalankan oleh keluarga-keluarga konglomerat, di mana di dalamnya terdapat beberapa perusahaan yang beroperasi di bawah payung sebuah perusahaan induk yang saling memenuhi kebutuhannya. Perusahaan zaibatsu seperti Mitsui, Mitsubishi, Sumitomo, dan Yasuda umumnya sudah ada sejak era Restorasi Meiji.
Latar Belakang
Istilah zaibatsu mulai ada sejak zaman Restorasi Meiji, ketika keluarga pedagang pada era Tokugawa seperti Mitsui dan Sumitomo ikut berkiprah dalam membangun industri. Mitsubishi didirikan oleh Yataro Iwasaki sebagai perusahaan perdagangan dan kemudian melakukan diversifikasi usaha.
Pemerintah Jepang memberikan insentif dan kemudahan usaha bagi para zaibatsu, yang saking dekatnya diasosiasikan dengan praktisi abu-abu. Melalui praktik ini, mereka mampu mengembangkan solusi bisnis terintegrasi. Mitsubishi misalnya, memiliki bank, usaha tambang, kapal perdagangan, pabrik, industri berat, minyak, elektronik, dan fudousan (properti).
Setelah perang Jepang-Rusia tahun 1905, muncul berbagai zaibatsu baru seperti grup Nakajima, Furukawa, dan Okuda. Kemudian saat ekspansi Jepang ke Manchuria, model baru seperti Nissan muncul di mana shinko zaibatsu ini tidak dikuasai oleh perusahaan tertentu, namun memiliki pola terintegrasi tertutup seperti zaibatsu konvensional.
Pada Perang Dunia II, perusahaan zaibatsu mendapatkan konsesi besar dalam mendukung ekspansi Jepang ke Asia Timur dan Tenggara. Mitsubishi dan Nakajima misalnya, memproduksi pesawat dan kapal yang dipergunakan dalam perang.
Pembubaran Zaibatsu
Setelah Perang Dunia II, jenderal MacArthur melalui SCAP mengambil kebijakan membubarkan zaibatsu.
Melalui Komisi Likuidasi Perusahaan Holding, MacArthur membubarkan perusahaan zaibatsu yang memimpin lebih dari 4.000 perusahaan-perusahaan di seluruh Jepang yang menyumbang 75% perekonomian Jepang. Selain itu, Diet Jepang mengesahkan UU Anti Monopoli.
Segera setelah kebijakan pembubaran zaibatsu dijalankan, inflasi meroket tajam, mencapai 700 persen pada Agustus 1948. Jepang yang ekonominya hancur setelah PD II semakin terpukul karena tanpa zaibatsu, tidak ada mekanisme efektif agar perusahaan-perusahaan kecil Jepang bisa bersaing.
Salah satu zaibatsu yang bubar akibat kebijakan ini adalah Yasuda yang resmi dibubarkan pada November 1945.
Pembatalan Pembubaran zaibatsu dan Pemulihan Ekonomi Jepang
Pemerintah Amerika di bawah Truman melihat manuver paham komunisme yang dibawa oleh Uni Soviet. Amerika, yang membantu kelompok nasionalis Cina pimpinan Chiang Kai-sek melawan kelompok komunis Mao Zedong, melihat harapan baru ada di Jepang. Prediksi Amerika menjadi kenyataan kemudian saat pasukan nasionalis Cina kalah dan terusir ke Taiwan.
Pada Desember 1948, Joseph Dodge kemudian diutus oleh pemerintah Amerika ke Tokyo untuk meminta MacArthur menghentikan kebijakan pembubaran zaibatsu. Dibantu PM Yoshida yang meraih kemenangan telak pada pemilu sebelumnya, sekitar 200an kebijakan pembubaran zaibatsu dibatalkan atau dihentikan. Kebijakan ini digabungkan dengan pengetatan fiskal dan stimulus ekonomi melalui kemudahan perdagangan dan kurs yang menguntungkan perusahaan Jepang, yang diberikan oleh Amerika Serikat.
Namun pemulihan ekonomi Jepang tidak benar-benar terjadi sampai Perang Korea terjadi pada 1952, di mana untuk memenuhi kebutuhan Perang Korea, industri Jepang diberdayakan hingga outputnya kembali ke masa sebelum Perang Dunia II.
Zaibatsu Hari Ini
Zaibatsu hari ini telah digantikan dengan konsep keiretsu. Meskipun dari luar sama-sama dicirikan dengan dikuasai oleh keluarga dan bersifat terintegrasi, dalam keiretsu integrasi bersifat horizontal di mana hubungan antar perusahaan lebih bersifat setara.
Sejumlah keluarga lama penguasa zaibatsu hari ini masih menguasai keiretsu, baik secara mandiri maupun bergabung bersama yang lain, seperti Sumitomo dan Mitsui (Sumitomo Mitsui Banking Corporation) maupun Mizuho.
Zaibatsu sebagai satuan ekonomi terintegrasi yang unik di Jepang memiliki peranan yang sangat vital dalam menopang ekonomi Jepang. Usaha pemerintah pendudukan Amerika (SCAP) untuk membubarkan mereka justru berdampak sangat buruk bagi perekonomian Jepang. Dengan mempertahankan zaibatsu, selain membangun ekonomi Jepang yang hancur akibat perang, Amerika Serikat juga mendapatkan mitra strategis untuk mengamankan kepentingannya di Asia Timur.
KAORI Newsline | oleh Kevin W