Peristiwa kurang menyenangkan terjadi Senin (4/4) lalu di Ibukota negeri Matahari Terbit, Tokyo, Jepang. Sebuah kereta dorong bayi terjepit pintu kereta rel listrik (KRL) dan terseret hingga menabrak pagar pembatas ujung peron di stasiun Kudanshita, jalur Hanzomon milik operator KRL bawah tanah swasta Ibukota, Tokyo Metro.
Kejadian ini bermula ketika sepasang suami-istri yang membawa bayinya dengan kereta dorong hendak menaiki KRL Tokyo Metro di stasiun Kudanshita, jalur Hanzomon. Agar mempermudah dan lebih aman ketika menaiki kereta, sang ibu menggendong bayinya keluar dari kereta dorong dan menaiki kereta terlebih dahulu sesaat setelah kereta tiba dan berhenti di stasiun. Sang ayah yang membawa kereta dorong kosong pun mengikutinya, namun sebelum kereta dorong yang dibawa sang ayah sepenuhnya berada di dalam kereta, Train Conductor atau yang lebih dikenal dengan petugas pelayanan kereta (PPK) di Indonesia langsung menutup pintu kereta, sehingga salah satu bagian kereta dorong terjepit pintu KRL.
Celakanya, celah yang ditimbulkan oleh bagian kereta dorong tersebut tak terdeteksi oleh sensor pintu dan lampu indikator pintu yang berada di dinding luar bagian atas kereta tetap padam, seolah kondisi sudah aman. Kereta pun bergerak meninggalkan stasiun Kudanshita dengan menyeret kereta dorong tersebut. Seorang penumpang di dalam kereta yang menyaksikan kejadian tersebut berupaya membantu dengan menekan tombol darurat dalam kereta agar kereta segera berhenti, namun tak membuahkan hasil. Akhirnya, kereta baru benar-benar berhenti ketika kereta dorong yang terjepit menabrak pagar pembatas ujung peron stasiun, setelah terseret sejauh kurang lebih 100 meter. Tentunya tak dapat dibayangkan apa yang terjadi jika sang bayi masih berada dalam kereta dorong tersebut.

Kejadian ini membuat Kementerian Transportasi Jepang memanggil pihak Tokyo Metro, Selasa (5/4). Keiichi Ishii, Menteri Transportasi Jepang menginstruksikan Tokyo Metro untuk segera mengusut dan menyelidiki penyebab kejadian tersebut. Kejadian ini amat sangat disesalkan karena terjadi pada perusahaan dengan tingkat ketelitian tinggi dan menjalankan standar prosedur operasional dan keamanan yang sangat ketat.
Ishii juga meminta agar Tokyo Metro mengambil langkah pencegahan agar kasus serupa tak lagi terulang. “Kejadian seperti ini (jika dibiarkan) dapat menjadi pemicu kejadian yang lebih besar lagi, dan amat sangat disesalkan.” Tutur Ishii.
Yoshimitsu Oku, Direktur Utama Tokyo Metro yang datang memenuhi panggilan Kementerian Transportasi Jepang memohon maaf kepada publik atas kejadian ini, sesaat setelah bertemu Menteri Transportasi. “Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya (atas kejadian ini yang) telah mengkhawatirkan para penumpang kami.” Ujarnya. Oku juga menyatakan Tokyo Metro akan meningkatkan pengetahuan petugas mengenai memberhentikan kereta dalam keadaan darurat dan memasang pintu pengaman pada bagian pinggir peron di seluruh jalur dan stasiun miliknya.
Sementara itu, PPK yang bertugas pada saat kejadian, seorang karyawati Tokyo Metro berusia 20 tahun, menyatakan bahwa ia mengutamakan perjalanan kereta dan gagal menghentikan perjalanan dengan segera pada saat kejadian. Ia diduga tidak memperhatikan keadaan peron dan memastikan keamanannya sebelum memberitahu masinis untuk menjalankan kereta.
Atas kejadian ini, pihak Tokyo Metro menyatakan akan meningkatkan dan memperkuat pembinaan dan pelatihan lebih lanjut terhadap para karyawannya guna memastikan keamanan dan keselamatan pengoperasian KRL di wilayahnya.
Cemplus Newsline by KAORI