Penggemar sejarah (khususnya Perang Dingin) dimanjakan dengan dua buah film yang rilis dalam waktu bersamaan pada awal 2016: Deutschland 83 dan Schwarzesmarken. Keduanya sama-sama berlatar Jerman yang terbelah dua, sama-sama berlatar pada tahun 1983, sama-sama berlatar Stasi, dan sama-sama memiliki tokoh utama yang terjebak dalam konflik ideologi. Dari sini, ceritanya terbelah.
Jerman masih berada dalam Perang Dingin dan Tembok Berlin masih berdiri di antara dua buah negara yang terbelah secara ideologi. Di tengah-tengahnya, ada Theodor Eberbach (disuarakan oleh Kenichi Suzumura) yang bergabung dalam skuardon penerbang nomor 666 (juga disebut Schwarzesmarken). Skuardon yang dikomandani oleh Irisdina Bernhard (Nozomi Yamamoto) ini menjadi sokoguru pengentasan BETA, entitas asing yang kebal terhadap senjata konvensional dan hanya bisa dilawan oleh TSF (Tactical Surface Fighter, mecha khusus yang dipakai untuk melawan BETA) yang dipakai mereka.
Theodor tidak menyukai Irisdina dan tidak suka pula bekerja di dalam militer; ia punya pengalaman buruk dengan militer yang menyandera keluarganya dan dengan Irisdina yang dianggapnya sebagai anjing Stasi (lembaga intelijen Jerman Timur). Kemudian pada suatu hari, ia menyelamatkan Katia Waldheim (Minami Tanaka), tentara Jerman Barat yang kemudian membelot ke Jerman Timur dalam misi penting. Sempat dicurigai oleh Gretel Jeckeln (Kiyono Yasuno), Katia berhasil bergabung dengan Schwarzesmarken. Belakangan, datanglah Lise Hohenstein (Yoshino Nanjou) yang ternyata adik Theodor yang lama terpisahkan.
Penonton yang tidak paham dengan dunia Muv-Luv akan mudah mengikuti dunia ini dengan 30 detik pengantar di awal yang sangat ringkas (persis sebagaimana BBC mengompres pengantar War and Peace dalam 10 detik perdananya) dan bila sebelumnya sudah menonton Total Eclipse, alih-alih disambut oleh F-22 dan Shiranui, kali ini penonton disambut oleh MiG-21 dan F-5. Kondisi medan perang yang dingin dan kelam ditampilkan di sini dan terus menerus sepanjang seri ini: nyaris tidak terlihat hari di mana barak militer maupun medan tempur terlihat di bawah cerah dan teriknya matahari.
Seakan membeku dalam kapsul waktu, animasi seri ini (yang kali ini digarap oleh Liden Films alih-alih Satelight) pun langsung terasa familiar bagi penonton Total Eclipse, namun akan terasa mengintimidasi bagi penonton yang terbiasa dengan animasi ala Aldnoah Zero. Bahkan animasi Macross Frontier (yang tayang pada 2008) terasa lebih sedap ditonton ketimbang Total Eclipse dan Schwarzesmarken. Walau demikian, berkat desain karakter asli yang memang sudah bagus sejak awalnya, seri ini masih bisa dinikmati dan rasa “jadul” yang terasa bukan gangguan besar dalam seri ini. Sisi lain juga perlu diberi pujian dalam eksekusi musik: baik lagu pembuka yang digarap oleh fripSide (yang sangat powerful), lagu penutup dengan animasi yang menggoda, maupun lagu latar dalam seri ini bisa dikatakan pas untuk mengisi seri ini dan memperkuat tontonan secara keseluruhan.

Dalam nuansa Jerman Timur dengan segala kemegahannya, hal yang justru bisa sangat mengganggu (bagi pemerhati sejarah, penggemar Ostalgie, atau penggemar Perang Dingin pada umumnya) adalah rasa Jepang yang terasa dalam seri ini. Penonton awam mungkin akan mengabaikan hal ini, namun kemunculan ojigi (membungkuk ala Jepang) yang terjadi pada episode perdana antara Katia dan Theodor terasa mengganggu. Begitu pula teriakan Banzai yang terdengar pada episode 8 anime ini saat menyambut sidang CC PSJ (Commitee Central Partai Sosialis Jerman). Walau secara kebahasaan bisa dipahami penggunaan istilah Banzai, namun bagaimanapun istilah ini sangatlah Jepang dan perlu dicari kata-kata lain yang bisa menggantikan istilah ini. Setidaknya, mereka tidak lupa menampilkan mobil Trabant (episode 12) walau apakah pemimpin Jerman Timur saat itu benar-benar menaiki Trabant, bisa jadi perdebatan tersendiri.
Pengembangan cerita dalam seri ini secara singkat bisa digambarkan sebagai drama masa lalu yang dibungkus dengan bumbu politik dan pertempuran melawan alien. Bila pada Total Eclipse pergulatan melawan BETA menjadi topik utama dan pusat grativasi dari segala premis dalam seri tersebut (masa lalu Yui Takamura dan BETA diceritakan penuh dalam tiga episode awalnya), maka dalam seri ini peran BETA direduksi dalam tempatnya sebagai musuh utama bersama, sebagai alat legitimasi yang dipakai oleh Irisdina, Katia (kemudian Ursula), dan Beatrix demi membenarkan manuver mereka masing-masing. BETA yang sejatinya merupakan musuh utama keberadaan mereka dalam seri ini dipandang sebagai pekerjaan harian sembari menyiapkan kudeta. Ketegangan dalam seri ini ironisnya lebih terasa saat Beatrix menembaki Theodor pada akhir cerita, lebih dari pertempuran melawan BETA yang nyaris merenggut nyawa mereka.
Kematian dalam seri ini juga menjadi aspek penting. Banyak karakter yang mati dengan begitu realistis karena situasi dan kondisinya sehingga rasa kehilangan yang dirasakan pun terasa sebagaimana hal yang lazim dan natural. Suka tidak suka, lebih banyak tokoh-tokoh penting dan signifikan yang mati dalam seri ini namun karena matinya tidak sedramatis “hap”-nya Charlotte dan Mami dalam Madoka Magica dan karena tidak ada hubungannya dengan dekonstruksi mahou shoujo, tentunya tidak ada yang meributkannya di internet.
Sisi realistis ini yang menjadi masalah terbesar dalam seri ini: agar kematian yang sejatinya realistis itu bisa beresonansi dengan penonton, perlu pengembangan karakter yang baik di awal. Premis-premis baik tersebut menjadi terasa tidak berkesan karena pengembangan karakter yang dipercepat dan kurang mendalam. Walau secara umum penonton bisa memahami dengan logis mengapa Theodor begitu enggan untuk berpisah dengan Lise, penonton tidak sempat diperlihatkan mengapa Lise begitu penting bagi Theodor selain karena mereka yang terpisah saat hendak kabur ke Jerman Barat. Begitu pula masa lalu Irisdina yang digambarkan begitu merasuki alam bawah sadar dan membentuk kepribadiannya: penonton tidak bisa beresonansi dengan suasana kebatinan Irisdina. Walau demikian, Beatrix Brehmer (Yukari Tamura) menjadi karakter paling menarik dalam seri ini. Ambisinya yang besar (bersama ukuran dadanya yang besar) dan telikung kanan-kirinya mengingatkan akan Francis Underwood, tokoh utama House of Cards yang dikenal karena kemampuannya memutarbalikkan fakta dan memanipulasi orang di sekitarnya.
Pada akhirnya Schwarzesmarken berakhir dengan tumbangnya Jerman Timur dan Tembok Berlin, berbeda dari Moritz Stamm yang hanya “berhasil” menggagalkan perang termonuklir Soviet. Celakanya, kesamaan antara Deutschland 83 dan Schwarzesmarken justru kembali terjadi pada titik yang tidak diduga: apa iya akhirnya sesederhana itu?
Positif
- Menghadirkan premis dasar yang solid, baik, dan menarik; khususnya bagaimana hubungan interpersonal dengan selingkuh kepentingan yang realistis
- Adegan-adegan pertempuran yang (sebagian besar) dikerjakan dengan baik
- Desain karakter yang sejatinya bagus
- Pengisi suara kelas atas
- Sejumlah bagian dalam cerita (ya, termasuk bagian hubungan haram Theodor – Lise) ternyata membantu membangun cerita
Negatif
- Nuansa gelap yang hendak disajikan tak harus jadi pemaklum gambar yang “terasa 2010”
- Stasi memang jahat, tapi rasa-rasanya cara permainannya “lebih cantik” dari yang dijelaskan di seri ini
- Sejumlah detail yang terasa janggal
Yang Disayangkan
- Dengan premis dasar dan pertempuran yang bagus, eksekusi medioker dan kurangnya kedalaman cerita menurunkan persepsi terhadap anime ini secara keseluruhan (yang sebenarnya tidak seburuk yang dibayangkan).
KAORI Newsline | oleh Kevin W
Fakta dan Data
Karya Asli | Novel ringan buatan Hiroki Uchida dan diilustrasikan oleh CARNELIAN // prekuel dari Muv Luv Alternative, novel visual buatan Age |
Pengisi Suara | Kenichi Suzumura sebagai Theodor Eberbach Chika Anzai sebagai Anett Hosenfeld Emiri Katō sebagai Pham Thi Lan Ken Narita sebagai Heinze Axmann Kenta Miyake sebagai Walther Kruger Kiyono Yasuno sebagai Gretel Jeckeln Manami Numakura sebagai Circe Steinhoff Michiyo Murase sebagai Sylwia Krzasińska Minami Tanaka sebagai Katia Waldheim Nozomi Yamamoto sebagai Irisdina Bernhard Yoshino Nanjou sebagai Lise Hohenstein Yukari Tamura sebagai Beatrix Brehmer |
Sutradara | Tetsuya Watanabe (Kimi ga Nozomu Eien, Akane Maniax) |
Penulis Skenario | Tetsuto Higuchi |
Desain Karakter | Shuichi Hara |
Musik | Elements Garden |
Lagu Pembuka | white forces oleh fripSide |
Lagu Penutup | Kanashimi ga Jidai o Kakeru oleh Zähre |
Studio | Ixtl dan LIDEN FILMS jo Sanzigen |
Situs resmi | http://schwarzesmarken-anime.jp/ |
http://twitter.com/schwaken_anime | |
Mulai tayang pada | 10 Januari 2016 pukul 2305 WIB |