Selamat datang di rubrik Locomotive Sunday! dalam rubrik ini, KAORI akan membahas secara mendalam berbagai unit lokomotif dengan berbagai fakta menarik yang mungkin mengena di hatimu, di setiap edisinya. Simak juga KRL Wednesday yang fokus membahas rangkaian KRL!
Kami dari segenap tim redaksi Locomotive Sunday meminta maaf yang sebesar-besarnya pada seluruh pembaca setia rubrik Locomotive Sunday karena pada minggu lalu rubrik Locomotive Sunday tidak dapat terbit.
Dalam dua edisi berturut, pekan ini dan pekan depan akan dibahas tentang lokomotif-lokomotif yang menjadi saksi bisu tragedi Cirahayu pada tahun 1995 silam. Pada pekan ini, akan dibahas tentang Lokomotif CC 201 05 sebagai Part 1.
CC 201 Batch Pertama
CC 201 adalah seri lokomotif Diesel bertransmisi Elektrik (DE) bertipe CC generasi kedua yang didatangkan ke Indonesia, setelah CC 200 yang menjadi lokomotif DE pertama berseri CC. CC 201 kelompok kedatangan (batch) pertama dihadirkan pertama kali pada tahun 1977 – 1978 oleh Perusahaan Nasional Kereta Api (PNKA) sebanyak 38 unit (CC 201 01R – CC 201 38) guna menambah dan meremajakan armada lokomotif saat itu, dimana masih banyak lokomotif – lokomotif uap peninggalan Belanda yang beroperasi. Dengan tenaga yang cukup besar, perlahan-lahan seri lokomotif ini menjadi tulang punggung perkeretaapian pada saat itu. Lokomotif ini dialokasikan di dipo lokomotif Bandung yang memang merupakan dipo Lokomotif tercanggih di pulau Jawa.

Mengalami Tragedi Cirahayu
Kejadian naas ini terjadi pada tahun 1995 silam kala lokomotif in sedang berdinas Kereta Api (KA) Galuh relasi Pasar Senen – Banjar. Awalnya, perjalanan KA yang berangkat dari Ibukota Jakarta ini lancar-lancar saja dengan membawa rangkaian berstamformasi 1 Lokomotif + 6 kereta kelas Ekonomi (K3). Namun saat sampai di stasiun Cibatu, KA Galuh mengalami kerusakan hingga harus menunggu perbaikan. Akhirnya, demi meminimalisir waktu keterlambatan, KA Galuh digandengkan dengan KA Kahuripan relasi Bandung – Kediri. Setelah selesai digabungkan, rangkaian ini pun berjalan dengan formasi 2 Lokomotif + 13 K3.

Sekitar pukul 00.03 dinihari saat akan mendekati stasiun Trowek (Sekarang Cirahayu), kedua KA yang digabungkan tersebut mengalami masalah pada sistem pengereman yang diperkirakan berasal dari rangkaian KA Kahuripan, hingga membuat kedua kereta ini semakin lama semakin melaju dengan kencang. Hingga akhirnya Peristiwa Luarbiasa Hebat (PLH) tersebut tak terhindarkan ketika rangkaian KA sampai pada lokasi kejadian yang berada di km 241, tepat di tikungan jembatan sungai Cirahayu yang panjangnya sekitar 100 m.
Lokasi kejadian tersebut memiliki bentuk jalan rel yang menikung sekaligus turunan. PLH tersebut terjadi diduga karena kecepatan KA yang terlalu tinggi dan rem kereta yang tidak berfungsi, sehingga mengakibatkan rangkaian KA ini anjlok dan terguling ke sisi kanan dan kiri rel hingga terperosok ke dalam jurang. 4 unit Kereta masing-masing bernomor K3-66545R, K3-81761, K3-64551 dan KMP3-80501 terlempar ke bagian kanan rel , kereta terakhir ini berada di bawah jurang sedalam 10 m. Sementara itu, kereta bernomor seri K3-93505 terlempar ke arah kiri rel yang jaraknya sekitar 10 m. Sedangkan 3 unit kereta lain masing-masing K3-93559, K3-61502 dan K3-66715 masih berada di atas rel. 5 unit kereta yang selamat dan tidak anjlok maupun terlempar berhasil dievakuasi ke Stasiun Cibatu. Lokomotif CC 201 05 sendiri kondisinya berantakan setelah menabrak tebing sehingga bagian depannya hancur dan bagian bodi belakang rusak parah.

Pindah Rumah ke Surabaya
Setelah berhasil dievakuasi, lokomotif CC 201 05 dibawa menuju Balai Yasa Yogyakarta (BY YK) untuk menjalani perbaikan pada tanggal 6 November 1995. Setelah 3 bulan menjalani perbaikan, tepatnya pada tanggal 26 Februari 1996 akhirnya lokomotif ini kembali berstatus Siap Operasi (SO) dan mulai menjajaki kembali rel di tanah jawa. Setelah 28 tahun berada di naungan dipo lokomotif Bandung, pada tahun 2005 lokomotif ini dipindahkan ke dipo lokomotif Sidotopo, Surabaya yang berada di wilayah Daerah Operasi 8 Surabaya (Daop 8 SB).

Saat menghuni dipo Sidotopo, kondisi lokomotif ini cukup baik, namun sesekali mengalami kecelakaan-kecelakaan ringan yang hanya membutuhkan sedikit perbaikan. Pada tahun 2012 lokomotif ini menjalani Perawatan Akhir (PA) di BY YK dan berubah seragam dari seragam putih bergaris biru menjadi seragam baru khas PT Kereta Api Indonesia (KAI), putih dengan garis jingga di samping lokomotif, tak lupa dengan logo barunya serta format penomoran baru lokomotif Indonesia yang menjadi identitas barunya yaitu CC 201 77 04.

Menuju Medan
Pada tahun 2014, setelah 37 tahun bertugas mengabdi untuk perkeretaapian di tanah Jawa, lokomotif ini terpilih untuk dimutasi menuju Divisi Regional 1 Sumatera Utara & NAD (Divre 1 Sumut & NAD) bersama keempat rekannya diantaranya CC 201 10, CC 201 70, CC 201 66 dan CC 201 96, menyusul ketiga saudaranya yakni CC 201 50, CC 201 76R dan CC 201 82 yang sudah sejak 2012 berpindah ke Medan karena kebetulan lokomotif ini juga sudah menggunakan Electric Governor.

Selain itu, tujuan lain pemindahan dinasan lokomotif ini adalah untuk meratakan alokasi lokomotif besar, juga untuk mendukung KA angkutan barang dan penumpang yang ada disana karena tenaganya yang besar serta lebih efisien. Hal ini sangat diperlukan selama ini angkutan barang dan penumpang disana masih mengandalkan lokomotif BB 302 atau BB 303 yang sudah berdinas sejak tahun 1970-an di tanah Deli.
Tunggu kelanjutan bahasan lokomotif eks-PLH Cirahayu berikutnya di Part 2 pekan depan. Coming soon…
Cemplus Newsline by KAORI