Ulasan Komik: Coro VS Sindikat Perdagangan Kecoa Wanita

1

Perlahan namun pasti industri komik di Indonesia mulai kembali menunjukkan taringnya. Di toko-toko buku kini berbagai komik lokal mulai dapat dijumpai di sela-sela hingar-bingar komik asing terjemahan. Para kreator komik pun makin menggeliat dari yang melahirkan karya melalui komik di media sosial, penerbitan indie, hingga mulai munculnya beragam majalah kompilasi komik.

Para kreator komik lokal pun kini sudah sangat beragam. Kini sudah banyak sekali komik-komik yang ditulis oleh komikus dari luar daerah sentral Jabodetabek. Bahkan beberapa daerah kini sudah memiliki asosiasi ataupun perkumpulan komikus sendiri. Secara demografi pun, komikus wanita tak kalah kreatifnya dengan berbagai karya komiknya yang khas. Dan kali ini, giliran seorang karakter komik yang ikut menulis komik. Komik yang ditulis oleh karakter komik?

Salah seorang mahasiswa fiktif (bukan artian hobi titip absen, namun karena ia adalah karakter fiksi) dengan nama panjang M.Marzuki ini merilis sebuah mahakarya berjudul Coro VS Sindikat Perdagangan Kecoa Wanita. Bagi anda yang hobi mengikuti “Lika-Liku” kehidupan Si Juki, tentu sudah tidak asing lagi dengan sosok Coro. Bermodalkan kreativitas yang bangkit dari kurangnya uang untuk bayar kos, Si Juki pun kini menuliskan kisah Coro sang kecoa ke dalam sebuah komik. Bagaimanakah kiprah Si Juki dalam komik perdananya ini? Simak selengkapnya dalam artikel ulasan ini.

Sinopsis

Alkisah di sebuah tempat di dunia ini, hiduplah Coro, se-ekor kecoa yang tidak biasa. Meski se-ekor kecoa namun Coro sangat menjaga kebersihan, mandi 3 kali sehari, cuci tangan sebelum makan, dan gosok gigi sebelum tidur, sesuai anjuran iklan-iklan di televisi. Suatu hari Coro sangat percaya diri hendak bertemu dengan gadis kecoa idaman hatinya. Dengan bermodalkan kepercayaan diri, berangkatlah ia dengan maksud menemui sang pujaan hati.

Syahdan Coro tengah dalam perjalanan bertemu Coronah, kecoa yang telah mencuri perhatian dirinya. Naas, dalam perjalanannya ia malah melihat Coronah tengah bercengkrama dengan kecoa lain. Bagai mahasiswa yang melihat lembaran skripsinya penuh coretan, hancurlah hati Coro melihat pemandangan tersebut. Dalam sedihnya, ia justru mendengar jeritan suara se-ekor kecoa yang meminta pertolongan. Coro mencium adanya sindikat perdagangan kecoa wanita di pojokan tempat sampah pimpinan tuan Coa Coa. Dapatkah Coro mengatasi para penjahat tersebut?

Kisah Penuh Perjuangan

"My name is Coro and i'm the fastest roach alive"
“My name is Coro and i’m the fastest roach alive”

Meskipun hadir dengan kemasan sederhana dan tidak terlalu mewah (yang entah kenapa mengingatkan saya akan komik yang di jual seharga Rp1.500 saat masih SD di abang-abang tukang mainan) namun isi dari komik ini sangat tidak biasa. Penggunaan kecoa sebagai tokoh dalam komik ini sesuatu yang cukup unik, bagaimana sebenarnya jika kecoa, hewan yang banyak ditakuti apalagi kalau sudah terbang, justru hadir dalam sebuah kisah pernuh perjuangan. Konsep ini mungkin bisa menjadi sebuah terapi bagi anda-anda yang jijik dan takut dengan kecoa karena ternyata kecoa pun memiliki kisah yang tidak kalah spektakuler.

Berbicara mengenai komik dengan kisah kecoa mungkin teman-teman penggemar anime dan manga akan langsung ingat dengan salah satu seri fiksi ilmiah bernama Terraformars. Dalam komik tersebut dihadirkan sosok kecoa yang telah mengalami mutasi gen dan menjadi ancaman bagi umat manusia dengan kemampuan bertarung yang tidak bisa diremehkan. Pada komik Coro ini, meskipun menampilkan karakter kecoa namun komik ini juga hadir dengan penuh aksi.

Beragam adegan aksi di komik ini hadir dengan cukup menegangkan mulai dari Coro jatuh ke selokan, hingga aksi pertempuran Coro melawan sekumpulan kecoa jahat. Adu jotos dan saling tukar pukulan tak dapat terhindarkan lagi. Meski hanya dengan narasi dan penggambaran seadanya namun intense nya pertarungan yang ada sangat terasa jelas.

IMG_20160811_125732

Tak hanya perjuangan secara fisik, kisah Coro dalam komik ini juga semakin penuh perjuangan karena ia adalah kecoa yang mengabdi kepada kebenaran. Di komik ini dikisahkan bahwa Coro berusaha untuk membongkar sindikat jahat demi menyelamatkan kecoa-kecoa lainnya. Komik ini menghadirkan sebuah kisah perjuangan yang tak terduga dari para kecoa.

A Whole New World

Ditampilkannya para kecoa dalam komik ini sebagai karakter juga berpengaruh dalam penggambaran universe dari komik ini. Seperti premis yang ada di kolom pertama dari halaman pertama komik ini. Di bagian ini tertulis bahwa “Coro adalah kecoa yang tidak biasa, kecoa yang bersih.. mandi 3 kali sehari, cuci tangan sebelum makan, dan gosok gigi sebelum tidur sesuai anjuran iklan di televisi.” Kalimat ini mendeskripsikan bahwa Coro adalah seorang… eh maaf.. se-ekor kecoa yang tidak biasa. Jika kita membaca kalimat ini dengan penggambaran Coro sebagai manusia, atau karena kita sang pembaca adalah manusia, mungkin akan bertanya-tanya “apa yang ‘tidak biasanya’ dari hal ini? bukankah hidup bersih adalah suatu hal yang biasa?”

IMG_20160811_125629

Namun tentu akan lain jika kita membaca kalimat ini dengan penggambaran Coro adalah se-ekor kecoa. Dalam konsepsi yang ada di pikiran manusia (terutama oleh orang-orang yang takut terhadap kecoa), kecoa adalah se-ekor serangga yang jorok, kotor dan memang hidup di tempat-tempat yang jauh dari definisi bersih, indah dan asri. Keseharian Coro yang menerapkan gaya hidup bersih tentu sebuah hal yang tidak biasa, yang berbeda dari kecoa kebanyakan. Bagi kita para manusia mungkin hidup bersih merupakan hal yang biasa namun bagi kecoa tentu tidak demikian. Ini pula satu kunci penting dalam mengikuti kisah Coro, banyak hal yang sebenarnya biasa bagi kita manusia namun akan terasa berbeda karena yang melakukan hal demikian adalah se-ekor kecoa.

Selain itu, mengangkat kisah mengenai para kecoa juga menjadikan pembaca mendalami lingkungan kehidupan para kecoa. Penggambaran lingkungan dan latar tempat di komik ini banyak digambarkan menggunakan benda-benda yang kita anggap kecil namun sebenarnya besar bagi para kecoa. Seperti bungkusan mie instan, rerumputan yang bagaikan hutan lebat bagi para kecoa, maupun batang permen lolipop yang bisa menjadi senjata pamungkas. Melihat penggambaran latar belakang dalam komik ini bisa jadi akan membawa ingatan kita kembali kepada film A Bug’s Life, bagaimana para serangga digambarkan hidup dalam lingkungan yang terdiri dari barang-barang yang manusia anggap sebagai sampah, dimana dunia yang bagi kita kecil ternyata besar bagi para serangga.

Ulasan komik Coro VS Sindikat Perdagangan Kecoa Wanita berlanjut ke halaman berikutnya

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses