Usia yang telah mencapai 55 tahun pada tahun 2016 untuk ukuran lokomotif langsir memang sudah dianggap tua, terlebih lagi beban yang dilangsir saat ini semakin lama semakin berat. Lokomotif bermesin Maybach Mercedes-Benz (MB) tipe 836B ini dirasa sudah melewati puncak kejayaannya dan dianggap sudah tiba waktunya untuk mengistirahatkan diri dari hiruk pikuk perkeretaapian Indonesia.

Terbukti, beberapa unit lokomotif D 301 yang masih beroperasi sering mengalami gangguan operasional dalam beberapa waktu terakhir, mulai dari minyak pelumas pada mesin yang bocor hingga mesin Diesel yang gagal dinyalakan (starting failure). Pabrikan pembuatnya yang sudah tutup disertai suku cadang yang sudah langka dan harganya mahal di pasaran, menjadi alasan utama lokomotif ini umumnya dibiarkan begitu saja saat mengalami kerusakan.

Meski tetap diperbaiki agar tetap bisa hidup dan berdinas, hal tersebut tidak banyak membantu lokomotif ini untuk tetap bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama. Kini, lokomotif seri ini sulit ditemui untuk melangsir di beberapa wilayah di pulau Jawa. Hanya beberapa Balai Yasa (BY) seperti BY Manggarai (MRI) dan BY Surabaya Gubeng (SGU) dan beberapa dipo sarana yang masih setia menggunakan lokomotif ini sebagai lokomotif langsir, seperti di dipo Cilacap (CP).

Walaupun tugasnya saat ini telah banyak digantikan oleh lokomotif-lokomotif DE, tentunya besar harapan dari kalangan railfans dan pelestari benda-beda bersejarah agar unit-unit lokomotif D 301 yang masih sehat dan masih bisa beroperasi tetap dijaga kelestariannya oleh KAI.

Selain itu, sebagai bukti sejarah lokomotif ini pernah berdinas di Indonesia, banyak pula saran dan masukan agar beberapa unit lokomotif seri ini diperbaiki dan diremajakan (repowering) lalu digunakan sebagai lokomotif penarik kereta wisata seperti seri kakaknya, D 300 23 yang menjadi salah satu penarik kereta wisata di museum kereta api Ambarawa, Jawa Tengah hingga saat ini, meskipun hanya digunakan sesekali.
Cemplus Newsline by KAORI