Kami berempat dari KAORI Nusantara, Rafly, Dirman, Dean, dan saya berkesempatan mengunjungi Maid Cafe Miracle Kiseki yang berada di pagelaran Popcon Asia 2016 lalu.

Irrashaimase Goshujin-sama menjadi sambutan pertanda dimulainya perjalanan fisik dan spiritual kami di maid café Miracle Kiseki. Kami berempat kemudian dipersilakan duduk pada meja dan kursi yang telah disediakan. Kami dipersilakan untuk memilih ingin ditemani oleh siapa. Kami pada akhirnya sepakat untuk memilih Mai yang memiliki karakter Dandere (dere-dere pendiam) dan ditemani pula oleh Nami yang memiliki karakter Tsundere (dere-dere bikin kzl).
Dibuka Dengan Permainan Kartu

Setelah kami berempat duduk, kami ditantang dalam sebuah permainan kartu. Pada awalnya kartu poker bergambar karakter Myusu akan digunakan dalam permainan pertama tetapi entah angin badai apakah yang mengubah hati dua orang maid yang menemani kami sehingga deck bergambar karakter One Piece lah yang digunakan. Perasaan saya sedikit sedih karena tidak bisa lihat dewi beras yang lucu tetapi harus melihat cowok-cowok bajak laut berpose dalam berbagai macam gaya. Sempat pula saya melihat sekilas terdapat set kartu bertemakan serial Vampire Knight.
“Maid tidak pernah kalah” klaim dari Nami sempat membuat saya gentar. Lulusan Macau? Sleight of hand? Misdirection? Mengubah kartu di tangan pakai sihir? Sedemikian digdayakah kemampuan maid Miracle Kiseki dalam permainan kartu? Namun saya teringat bahwa permainan yang dimainkan adalah “Kartu Setan” di mana pemain saling mengambil kartu dari pemain lawan dan membuang kartu-kartu yang berpasangan tetapi terdapat sebuah kartu setan yang tidak memiliki pasangan sehingga pemain terakhir yang memegang kartu tersebut dinyatakan kalah ketika semua kartu di tangan habis.
Saya teringat bahwa kartu setan bukanlah tipikal deck building game yang memerlukan kecermatan dan strategi. Permainan ini lebih mengandalkan keberuntungan sehingga saya yakin kesempatan untuk menang masih terbuka lebar. Permainan berlangsung cukup sengit, Rafly dengan keberuntungannya menjadi pemenang dengan berhasil menghabiskan kartu, disusul oleh Dirman, Mai, dan kemudian Dean. Perasaan tidak enak mulai menyelimuti saya, akankah saya apes kali ini. Namun, nasib berkata lain, Saya berhasil mengeluarkan pasangan terakhir dari kartu sehingga Nami kalah dalam pertandingan kartu setan ini. Untunglah maid tidak pernah kalah hanya gertakan sambal belaka.
“Russian Roulette”
Beradu dengan nasib tidak hanya berhenti pada permainan kartu setan. Permainan kedua kali ini lebih memicu adrenalin kami. Para maid mengeluarkan 6 buah gelas berisikan minuman berwarna biru. Mereka juga menjelaskan bahwa satu di antara keenam minuman tersebut berisikan penderitaan dunia. Para maid kemudian mengeluarkan kocokan arisan untuk menentukan nomor gelas yang kami ambil

Kami berenam mengambil gelas sesuai dengan nomor yang tercantum dalam kocokan arisan. Hmm, nampaknya saya masih mendapatkan keberuntungan mendapatkan minuman normal, segelas citrus soda manis dan segar “hmm… boleh juga rasanya”.

Saya tatap mata tim kami, Dirman tersenyum, Dean tersenyum, Rafly sempat memberikan air muka ambigu tetapi tak lama kemudian ikut tersenyum. Pandangan mata saya alihkan kepada duo combo Mai-Nami, terbesit secercah senyuman yang tidak sinkron dengan ekspresi terpancar dari wajah Mai. Kami memberikan semangat agar Mai menghabiskan minuman ajaib tersebut tetapi sayang Mai langsung menyerah.

Kami mencoba sedikit sampel ramuan minuman rolet tersebut sebagai jawaban atas rasa penasaran kami. Rasanya tidaklah abstrak, sederhana, mudah dipahami, tidak memerlukan sommelier untuk memberikan komentar mengenai rasa yang ada tetapi cukup unik karena bukan merupakan rasa yang umum ditemukan dalam sebuah minuman. Minuman rolet ini telah berhasil membangkitkan rasa empati saya kepada sang maid maupun orang-orang yang sedikit mengalami ketidakberuntungan ketika mengunjungi Miracle Kiseki. Saya berharap semoga mereka diberikan kekuatan dan ketabahan.
Makan!
Tidak lengkap ke maid café tanpa mencoba makanan yang ada. Munculah densetsu no kare densetsu hidangan kare jepang. Potongan wortel, kentang, dan katsu disiram saus kare yang kental dan gurih hadir di mulut kami. Saya sendiri paling suka dengan daging katsu-nya rasa dan teksturnya pas dan crunchy, kentang dan wortel menurut saya kurang keras sedikit karena saya memiliki preferensi wortel dan kentang yang renyah. Saus karenya sendiri gurih-gurih nyoy khas kare jepang.

Sesuai dengan adat-istiadat per-maid-café-an tidak lengkap rasanya tanpa membubuhkan untaian seni saos tomat di atas makanan yang ada. Seperti biasa, saya perlu menanyakan bisa menulis dalam bentuk aksara apa saja. “Korea” jawab nami. Hal ini bikin saya ingat dengan drama korea dan kebetulan sebelum ke Miracle Kiseki saya menghadiri tanya jawab salah satu platform komik online dan dihadiri komikus yang penampilannya bisa dikatakan mirip dengan artis drama-drama korea. Dengan semangat saya minta ditulisin oppa saranghae. Tapi apa daya, konsensus maid dan teman-teman satu tim tidak setuju terhadap permintaan saya.

Terbesit pula dalam benak bahwa sebentar lagi merupakan hari peringatan kemerdekaan Indonesia, untuk mengenang sejarah, saya meminta untuk dituliskan Dokuritsu Junbii Chōsakai tetapi sayang sekali gagal lagi. Kehabisan ide, saya serahkan kepada maid untuk menuliskan apa saja sebebasnya.

Di sela-sela makan terdengar sayup-sayup “watashi wa romantikku… sekaijuu romantikku…”. “Wah boleh juga pilihan lagunya, cukup catchy” pikir saya. Rafly sempat berujar “Ketahuan umurnya pak.” Walaupun saya sebenarnya kurang paham apakah hubungan antara umur dan tahu lagu tersebut dari Youtube.

Ada sebuah momen spesial ketika kami hadir, ternyata para maid sedang mengadakan perayaan ulang tahun Chisato Nakagawa alias Yukitora Keiji, selamat dan semoga sukses ke depannya

Tamasya kami ditutup dengan sebuah coklat berbentuk hati (lebih tepatnya jantung) menjadi sebuah hidangan penutup yang manis dari Miracle Kiseki.

Pesan penulis: wahai pembaca yang budiman, jadilah orang yang beruntung karena masih terngiang di benak penulis rasa dari minuman rolet tersebut yang telah membuat perasaan penulis campur aduk antara galau, kusut, kalut, kacau, dan rusuh tidak keruan.
KAORI Newsline | Sebuah perjalanan hidup dari seorang anak manusia bernama Adi Wibowo Wendar yang terus bergelora mencari cinta sejatinya. | Foto oleh Dean Astarada