Tahun 2016 menjadi tahun yang cukup cerah bagi perkembangan industri game khususnya mobile gaming. Beberapa judul game untuk platform Android maupun iOS yang dirilis tahun ini berhasil menjadi sebuah fenomena tersendiri. Tentu masih lekat ingatan kita akan demam game Pokemon GO yang menjadi sebuah fenomena bahkan di Indonesia. Dalam industri game di Jepang sendiri, perkembangan mobile gaming atau yang juga kerap disingkat sebagai Mobage (meskipun nama Mobage mengacu kepada salah satu portal gaming dari DeNA) sudah cukup pesat. Beberapa judul game ponsel seperti Granblue Fantasy, Fate/Grand Order, serta The Idolm@ster Cinderella Girls Starlight Stage menjadi primadona bagi para pemain.
Banyaknya jumlah pemain game tersebut juga berpengaruh pada keberlangsungan bisnis pihak industri yang ada di balik game tersebut. Tak jarang beberapa game ponsel juga diadaptasi menjadi serial anime pada tahun 2016. Beberapa judul game ponsel bahkan meraup keuntungan yang tidaklah sedikit. Terkait dengan pendapatan ini Sony disebut-sebut menjadi perusahaan yang meraup keuntungan besar dari game ponsel bahkan melebihi Nintendo. Pada hari Minggu (4/12) Bloomberg Technology merilis laporan yang menyebutkan bahwa ternyata pendapatan yang diraih oleh game Fate/Grand Order jauh lebih besar melampaui Pokemon GO.

Dalam laporannya, Bloomberg melansir data dari App Annie yang membandingkan Pokemon GO dengan game Fate/Grand Order. Sejak pertama kali debut pada bulan Juli tahun 2015, game yang akrab disebut sebagai F/GO ini telah mencapai lebih dari 7 juta unduhan serta hampir berada di puncak peringkat aplikasi dengan penghasilan tertinggi di Jepang. Dalam 133 hari, selama 104 hari game F/GO meraup untung lebih banyak dibandingkan Pokemon GO di Android. Untuk di iOS sendiri game ini lebih untung selama 54 dari 133 hari.
Sebagai game dengan sistem Free to Play, baik Pokemon GO maupun Fate/Grand Order mengandalkan pemasukan dari in-game purchase. Dalam dunia game sistem ini juga cukup dikenal dengan sebutan freemium. Pemain bisa bermain game ini secara gratis namun ada opsi berbayar untuk pemain yang menginginkan experience yang lebih. Dalam kasus Pokemon GO, in-game purchase dilakukan bagi pemain yang ingin membeli beberapa item yang bisa digunakan dalam permainan seperti PokeBall, Incense, serta Lure Module untuk mempermudah menangkap Pokemon. Sedangkan dalam Fate/Grand Order, pemain dapat membeli in-game currency dalam bentuk kristal yang bisa digunakan untuk mendapatkan karakter ataupun Craft Essence baru melalui Gacha (undian).
“Dalam soal jumlah uang yang dikeluarkan oleh pemain, Fate/Grand Order jauh berada di atas Pokemon GO. Intensitas dan engagement yang dilakukan oleh pemain di F/GO juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Pokemon GO.” ujar Damian Thong, seorang analis dari Macquarie Group Ltd. asal Tokyo.
Baca juga: Game Ponsel Fate/Grand Order Diangkat Menjadi Anime
Kontribusi game Fate/Grand Order yang diproduksi oleh Aniplex yang merupakan unit dari Sony ini juga membawa dampak positif bagi divisi musik dari Sony itu sendiri. Hal tersebut disebutkan oleh Chief Financial Officer Sony, Kenichiro Yoshida dalam laporan kuartal terbaru Sony pada bulan November 2016 lalu. Kontribusi F/GO menyumbang peningkatan pendapatan operasional Sony Music sebesar 23 persen yang menembus angka 16.5 Milyar Yen (sekitar hampir 2 Trilyun Rupiah). Angka keuntungan dari Sony Music sendiri mengalami peningkatan sebesar 8 persen menjadi 150 Milyar Yen (sekitar 18 Trilyun Rupiah). CEO Sony, Kazuo Hirai menyatakan kesuksesan game ini menjadi tanda dari pentingnya bisnis gaming dan hiburan Sony disaat perusahaannya kini bersaing ketat di bidang teknologi perangkat keras.

Kesuksesan game Fate/Grand Order ini dimulai saat Atsuhiro Iwakami, 44, presiden dari Aniplex menyadari kompleksitas karakter dan narasi yang dimiliki oleh seri Fate bisa dipecah menjadi sebuah game tersendiri pada 3 tahun lalu. Dalam sebuah wawancara, Iwakami menyatakan pihak Sony Music cukup loyal dalam mengalokasikan anggaran untuk proyek ini. Ia juga menyatakan bahwa jumlah unduhan dan pendapatan dari game F/GO ini telah melebihi ekspektasi mereka.
Iwakami memaparkan bahwa salah satu kunci kesuksesan dari game Fate/Grand Order ini terletak dalam narasinya. Bahkan bisa dibilang game ini sangat bergantung pada sisi narasi, oleh karena itu tantangan terbesar yang dihadapi oleh game ini adalah untuk terus menyajikan cerita dan konten yang baru kepada para pemainnya. Iwakami menyatakan bahwa game ini akan berhenti sementara jika tim penulis kehabisan ide cerita. Seperti seri utamanya yang digerakkan melalui narasi, game ini membutuhkan cerita dan narasi baru untuk menjaga engagement dari pemainnya. Saat sedang tidak ada konten cerita baru tingkat penggunaan game ini pun menurun.
Serkan Toto, founder dari konsultan Kantan Games Inc. yang berbasis di Tokyo mengungkapkan bahwa tantangan dari Aniplex untuk terus menjaga kesuksesan game ini adalah dengan terus menghadirkan cerita dan karakter baru, namun hingga kini pihaknya telah sukses dalam menghadapi tantangan tersebut.
Selain F/GO, Aniplex juga merilis game ponsel bertema musik dengan judul Band Yarouze. Selain itu di bulan Maret tahun 2017 direncanakan pihak Aniplex akan rilis game ponsel yang diadaptasi dari serial Puella Magi Madoka Magica. Damian Thong dari Macquarie pun menyatakan bahwa langkah Aniplex untuk menciptakan ulang kesuksesan Fate/Grand Order akan cukup menantang karena game ini berkaitan erat dengan popularitas dari seri Fate itu sendiri. Ia juga menambahkan bahwa Sony butuh lebih banyak eksperimen dan keinginan untuk mengambil resiko tinggi.
Fate/Grand Order merupakan game ponsel yang bercerita mengenai dunia di tahun 2015 dimana para peneliti tengah mengembangkan teknologi perpaduan antara sains dengan sihir. Organisasi bernama Caldea merupakan tempat pengembangan teknologi bernama Shiva berada. Caldea merupakan organisasi yang bertugas untuk menjaga keberlangsungan hidup umat manusia. Melalui alat ciptaannya tersebut, Caldea mampu menyelidiki berbagai sejarah di masa lampau.
Dalam penyelidikannya, Caldea menemukan bahwa jalannya sejarah umat manusia berjalan dengan tidak teratur dan berdampak pada kemusnahan umat manusia di tahun 2016. Mencegah hal tersebut, Caldea pun menunjuk kandidat Master baru yang akan memanggil Servant dengan sistem Fate untuk menjalani 7 misi yang disebut sebagai Grand Order of Holy Grail. Game Fate/Grand Order ini telah dirilis untuk platform ponsel berbasis iOS serta Android.
Pokemon Go sendiri merupakan sebuah aplikasi yang dikembangkan oleh Niantic Labs, perusahaan pecahan dari Google yang berkolaborasi dengan Nintendo. Dalam aplikasi ini, para pemakai ponsel pintar bisa ‘menangkap’ dan bertarung dengan Pokemon dengan bertualang di dunia nyata, memakai teknologi Augmented Reality. Aplikasi ini telah dirilis untuk wilayah Indonesia.
KAORI Newsline | Sumber: Bloomberg