Opini: “The Audi R8 Star of Lucis”, Perantara Kemajuan Pesat Bersama antara Car Culture dan Pop Culture Jepang

0

Ketika sebuah manufaktur mobil dunia merilis sebuah mobil edisi film ternama, jika orang Barat yang melakukannya, tentu saja istimewa, baik dari tampilan mobilnya, fitur eksklusif, jumlah produksi, harga,sampai embel-embelnya. Sebut saja seperti BMW Z3 007 Bond Edition yang dirilis bersamaan dengan film James Bond, Goldeneye, Land Rover Defender Tomb Raider Edition yang dibuat untuk memperingati peran pertama Land Rover dalam film, dan Jeep Wrangler Rubicon Tomb Raider Edition yang dirilis untuk mempromosikan film Lara Croft: Tomb Raider-The Cradle of Life, dan tentunya Aston Martin DB10 yang dibuat khusus film James Bond, Spectre, dari unit yang tidak terpakai dalam pembuatan film dijual ke publik dengan sitem lelang, serta Aston Martin DB9 Bond Edition yang dibuat untuk merayakan keterlibatan panjang Aston Martin terhadap film James Bond sekaligus menandakan dirilisnya film James Bond, Spectre.

Jeep Wrangler Rubicon Tomb Raider (sumber: ign)
Jeep Wrangler Rubicon Tomb Raider (sumber: ign)
Land Rover Defender Tomb Raider (sumber: fourwheelers.com)
Land Rover Defender Tomb Raider (sumber: fourwheelers.com)
Aston Martin DB9 GT Bond Edition (sumber: astonmartin.com)
Aston Martin DB9 GT Bond Edition (sumber: astonmartin.com)
Aston Martin DB10 (sumber: astonmartin.com)
Aston Martin DB10 (sumber: astonmartin.com)

Mobil-mobil tersebut memang istimewa dari segi mobilnya, namun dari pemasarannya tergolong biasa, seperti dijual ke publik, dengan harga dan unit sekian, siapa cepat dia dapat. Paling tidak seperti Aston Martin DB10 yang unitnya ada yang tidak terpakai dalam film, karena peminatnya banyak pada akhirnya mobil tersebut dilelang, siapa yang mampu bayar paling besar jumlahnya, dialah yang dapat. Jika mobil edisi film dengan jumlah terbatas atau dibeli dengan sistem lelang dianggap biasa dari segi pemasaran, bagaimana dengan mobil edisi film dengan jumlah hanya satu unit, pembelian sistem lelang formulir, manufaktur Barat, dan dilakukan oleh orang Jepang melalui dealernya di Jepang?

audi-r8-cg-video-work-kingsglaive-final-fantasy-xv-and-collaboration-1
“The Audi R8 Star of Lucis” (sumber: motorcars.jp)

Baru-baru ini, Audi selaku manufaktur yang berkolaborasi dengan Square Enix dalam pembuatan film Kingsglaive: Final Fantasy XV, menjual Audi R8 dengan nama “The Audi R8 of Star of Lucis” dari film CGI tersebut ke publik di Jepang, berbarengan dengan launching video game-nya. Dijualnya mobil tersebut bisa dibilang termasuk yang mengejutkan dimata para penggemar otomotif dan juga para penggemar pop kultur Jepang terutama franchise Final Fantasy. Bagaimana tidak, pada awalnya mobil tersebut hanya diperkenalkan pada world premiere-nya saja, namun pada akhirnya mobil tersebut dijual.

World Premiere film Kingsglaive: Final Fantasy XV (sumber:jp.playstation.com/blog)
World Premiere film Kingsglaive: Final Fantasy XV (sumber:jp.playstation.com/blog)

Tentunya berawal dari tampilan mobilnya yang menggoda dengan tampilan eksterior yang lebih aristokratik dan berbeda dengan Audi R8 standar atau opsional pabrikan, dengan paduan warna hitam dan corak ukiran pada beberapa bagian eksterior yang menyerupai versi film CGI tersebut, tampilan interior yang bedanya hanya di posisi setir, di film setirnya di kiri sedangkan mobil produksi setirnya di kanan, dijual versi mobil sungguhannya oleh pabrikannya langsung dengan harga sekitar 50.0000.000 JPY, sekitar 1.7x lebih mahal dari Audi R8 termahal yang dijual di dealer resmi Jepang yang berkisar 29.060.000 JPY berdasarkan sumber goo-net.com, dengan jumlah satu unit dengan sistem formulir untuk penentuan pelanggan dengan deadline sebelum tanggal launching game yaitu 21 November 2016 berdasarkan sumber response.jp. Itu berarti, jika Anda punya uang untuk membeli mobil tersebut, belum berarti Anda mampu membelinya, karena sistem pemasaran mobil ini memakai sistem lelang formulir yang diajukan dan pelanggan baru bisa membelinya apabila formulirnya terpilih.

Meskipun franchise Final Fantasy lebih dikenal dikalangan para gamer dan tidak se-hype film-film Barat, seperti James Bond 007 yang filmnya sudah mendunia dari generasi ke generasi, pemasaran mobil ini tergolong tidak biasa bagi manufaktur ketika menjual sebuah mobil yang dijual terbatas. Setidaknya ada satu manufaktur selain Audi yang memakai sistem pemasaran yang sama, yaitu Ford ketika memasarkan Ford GT yang dijual dengan harga sekitar 400.000 USD sebanyak 500 unit dengan sistem lelang formulir ber-deadline untuk menentukan pelanggan. Jadi istilahnya, produk memilih pembeli, bukan sebaliknya seperti jual-beli pada umumnya. Manufaktur sengaja memakai sistem pemasaran ini dengan tujuan mengejar eksklusivitas dari sebuah loyalitas pelanggan terhadap manufaktur dan biasanya produk yang dipasarkan seperti ini adalah produk termahal mereka yang punya sejarah panjang. Untuk Audi R8 ini, mungkin karena orientasi branding Square Enix selain soal unit.

Ford GT 2017 (sumber: ford.com)
Ford GT 2017 (sumber: ford.com)

Perlu diingat juga bahwa Final Fantasy bukan franchise film atau video game mengenai otomotif, begitu juga Square Enix tidak seperti Sega atau Bandai Namco yang getol memproduksi video game otomotif, seperti Initial D dari Sega atau Wangan Midnight dari Bandai Namco. Itu berarti Square Enix bisa menjadi produser video game pertama secara keseluruhan yang salah satu properti filmnya dijual ke publik dengan sistem pemasaran lelang formulir, meskipun masuk akal jika bisa seperti itu, lantaran mobil dalam filmnya dibuat dalam film CG yang tidak membuat mobil sungguhannya hancur setelah melakukan adegan stunt-driving.

Boleh dikatakan, dirilisnya “The Audi R8 Star of Lucis” ini merupakan salah satu contoh terbaik untuk titik temu antara otomotif dengan pop culture Jepang yang sudah menembus franchise non-otomotif dengan objek mobil non-Jepang. Ibarat franchise film James Bond 007 era Pierce Brosnan, BMW sebagai sponsor film sempat memproduksi BMW Z3 Roadster007 Bond Edition seperti mobil James Bond di film Goldeneye sebagai bagian dari marketing, padahal franchise film tersebut lebih menekankan ke-Inggrisannya pada penokohan James Bond, termasuk mobil dari MI6 yang dipakai tugas. Kalau orang Barat yang melakukannya mungkin sudah tidak aneh, tetapi kalau orang Jepang yang melakukannya, bisa jadi ini suatu hal yang sangat menarik. Apalagi objek mobilnya mobil non-Jepang, yang bisa membuka pikiran bahwa yang namanya jejepangan tidak selamanya mengandalkan produk Jepang secara keseluruhan.

BMW Z3 Bond Edition (sumber: carpixel.net)
BMW Z3 Bond Edition (sumber: carpixel.net)

Seperti yang penulis pernah nyatakan pada artikel KAORI Nusantara yang berjudul Jejepangan Otomotif di Event Indonesia Diecast Expo 2016, bahwa menerima produk impor meski Jepang negara industri otomotif, sehingga menjadikan car culture-nya maju. Itu terlihat sekali dengan munculnya mobil non-Jepang pada pop culture Jepang, seperti manga, anime, dan video game, bahkan sudah menembus ke genre yang bukan otomotif. Meskipun bukan hal yang baru, namun baru kali ini sampai mobil sungguhannya dirilis dan itupun pemasarannya dilakukan oleh manufakturnya langsung melalui kolaborasinya dengan produsen video game.

Dengan dijualnya “The Audi R8 Star of Lucis” ke publik, boleh dikatakan sudah menjadi perantara kemajuan pesat bersama antara car culture Jepang dengan keterlibatan manufaktur dunia dengan mobil yang dimodifikasi dan dibuat eksklusif untuk film yang menyiratkan aspek car culture Jepang, dan industri pop culture Jepang, manakala industri video game seperti Square Enix bisa bersaing dengan negara Barat, yaitu sampai membuat manufaktur merilis mobil edisi film yang dijual hanya satu unit, dengan harga dan metode pemasaran setara pemasaran supercar langka untuk penentuan pelanggan.

Ditulis oleh Julfikri Ahmad Mursyid | Penulis merupakan Panelis “Mengontrol Fanatisme Pop Culture Jepang untuk Masyarakat Indonesia” pada event Road to KAORI Expo, penggemar otomotif lebih dari 10 tahun.

KAORI Nusantara membuka kesempatan bagi pembaca utk menulis opini tentang dunia anime & industri kreatif Indonesia. Opini ditulis 500-1000 kata dlm bhs Indonesia/Inggris & kirim ke [email protected]

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses