Sebutan “anime moe” banyak terdengar untuk mengindikasikan adanya suatu jenis anime tertentu, tetapi seringkali tidak jelas apa yang dimaksud dengan “anime moe” saat istilah itu digunakan. Untungnya Thomas Lamarre (2013) telah memberikan suatu ungkapan yang cukup sederhana untuk menggambarkan moe, yaitu sebagai suatu “cara untuk hidup dalam dunia yang hangat dan cara untuk mewujudkan dunia yang hangat (a way of being in a warm world and a way of bringing a warm world into being).” Dan perasaan seperti itulah yang cocok untuk menggambarkan anime Touken Ranbu –Hanamaru–. Seri anime yang tayang selama musim gugur 2016 ini setiap minggu membuat saya terhibur dan nyaman dengan suasana hangat yang dibawakannya.
Touken Ranbu –Hanamaru– adalah salah satu dari dua adaptasi anime dari browser game populer Touken Ranbu yang dikembangkan oleh Nitroplus dan DMM. Dalam game itu, pemain dapat mengumpulkan antropomorfikasi dari pedang-pedang Jepang untuk melawan musuh yang berniat mengubah sejarah. Berbeda dari Kantai Collection, Touken Ranbu menggambarkan pedang-pedang bukan sebagai gadis cantik (bishoujo), tapi sebagai cowok-cowok ganteng yang disebut touken danshi.
Touken Ranbu –Hanamaru– yang diproduksi di studio Dogakobo tayang mendahului adaptasi kedua dari studio ufotable yang akan hadir tahun 2017 nanti. Sejak mengeluarkan materi promosi awalnya, baik berupa visual maupun trailer, seri Hanamaru telah menonjolkan penggambaran yang ceria dengan warna-warna cerah. Melalui materi itu, versi Dogakobo ini telah menjanjikan adaptasi yang lebih bernuansa santai dan menyenangkan daripada serius, kontras dengan kesan yang dibawakan oleh materi promosi versi ufotable yang nampak lebih gelap.
Dan Hanamaru benar-benar mewujudkan janji itu dengan lebih banyak menghadirkan kehidupan sehari-hari para touken danshi di markas mereka dibandingkan pertarungan melawan Pasukan Revisionis Sejarah. Hal ini tidak jauh berbeda dari adaptasi anime Kantai Collection, menitikberatkan pada proses untuk lebih mengenal karakter-karakternya, mengajak penonton untuk menjadi akrab dengan mereka dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Sutradara Takashi Naoya (Luck and Logic) dan penulis naskah Pierre Sugiura (Barakamon) banyak membangun keakraban dengan menggambarkan kehidupan sehari-hari para touken danshi dengan jenaka. Karakter-karakternya ditampilkan dengan sifat dan perilaku nyeleneh, seperti Tsurumaru yang usil, Yagen yang seperti ilmuwan edan, Kasen yang selalu geregetan ingin mencuci mantel Yamanbagiri, dan lain-lainnya. Mereka juga melakukan kegiatan-kegiatan yang berujung pada situasi konyol seperti menangkap burung, berbelanja, atau membuat udon dengan gaya musikal. Karakter-karakter serius seperti Hasebe yang menjadi asisten sang Saniwa menambah kejenakaan dengan menjadi tsukkomi yang direpotkan oleh perilaku-perilaku aneh karakter lainnya.

Kekocakan penggambaran karakter dalam Hanamaru semakin diperkuat dengan beragam ekspresi muka kartun yang menggelikan. Staf Dogakobo yang sudah banyak menggarap anime komedi seperti Nozaki-kun atau Sansha Sanyou mampu menghadirkan dengan baik macam-macam muka blo’on para touken danshi saat bereaksi pada situasi-situasi konyol. Bahkan Yamanbagiri saja yang sehari-harinya biasa hanya memasang muka datar bisa ikut kelepasan berekspresi lebih liar dalam beberapa situasi.

Penggambaran kehidupan sehari-hari yang seperti itu dalam seri Hanamaru bukanlah sekedar untuk senang-senang tanpa arti. Kejenakaan itu justru membangun lingkungan yang akrab dan hangat bagi perkembangan karakter para touken danshi, yang tidak sedikit masih memiliki konflik batin mengenai masa lalu.
Berbeda dengan Kantai Collection yang membiarkan hakikat kanmusu-nya ambigu (apakah mereka kapal yang diubah menjadi manusia? Kapal yang bereinkarnasi menjadi manusia? Manusia dengan kekuatan kapal?), touken danshi diceritakan secara gamblang merupakan pedang yang diberi wujud manusia oleh sang Saniwa. Mereka memiliki kesadaran mengenai hal tersebut dan mengingat dengan jelas masa lalu mereka dengan pemilik-pemilik sebelumnya. Sebagai pedang milik tokoh-tokoh sejarah, tragedi-tragedi masa lalu tidak sedikit masih menghantui mereka. Namun, dengan menjalani kehidupan sehari-hari dengan para touken danshi lainnya, mereka mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka, menerima rekan-rekan baru mereka di bawah asuhan sang Saniwa sebagai keluarga baru mereka.
Misi pertempuran yang sesekali dimunculkan pun ikut dimainkan untuk tujuan tersebut. Dibandingkan menghadirkan aksi pertempuran yang keren, misi-misi yang dijalani para touken danshi lebih memberi pendalaman karakter dengan menjelajahi masa lalu beberapa karakter dan perasaan mereka mengenai peristiwa atau tokoh di masa lalu. Misi-misi itu juga memberi kesempatan bagi para touken danshi dengan latar belakang yang berbeda-beda untuk lebih mempererat solidaritas mereka.

Perkembangan-perkembangan tersebut, misalnya, terutama terlihat di sekitar karakter Yamatonokami Yasusada yang menjadi fokus dalam seri ini. Pedang milik pendekar Shinsengumi Souji Okita ini tak bisa melupakan Okita dan menyimpan keinginan untuk menyelamatkan hidup Okita (walaupun hal itu akan mengubah sejarah). Namun perlahan-lahan Yamatonokami semakin mengenal dekat dan merasa akrab dengan para touken danshi lainnya, sehingga ia mulai mengalihkan aspirasinya untuk mewarisi semangat dan prinsip hidup Okita untuk melindungi dan mengayomi keluarga barunya.

Dengan membangun keakraban dan kehangatan di antara para touken danshi, seri ini juga membangun rasa akrab dan hangat dengan penontonnya, membuat penonton merasa simpatik dengan pertumbuhan hubungan mereka yang semakin erat, ikut merasa gembira saat mereka bersenang-senang bersama. Hal itulah yang menjadikan seri ini terasa begitu moe. Tak heran jika pengguna layanan streaming Docomo memilih anime ini sebagai salah satu anime paling moe di musim gugur 2016 ini.
Di sisi lain, penggambaran karakter dan hubungan mereka di seri ini juga melibatkan referensi-referensi yang mungkin akan sulit ditangkap oleh sebagian penonton yang tidak main game-nya atau tidak tidak begitu paham dengan sejarah Jepang; kecuali jika mau menambah usaha untuk melakukan inferensi atau melakukan riset sendiri. Banyaknya karakter yang ada juga bisa menyulitkan untuk mengingat nama-nama mereka. Tetapi tanpa sepenuhnya mengerti referensi-referensi tersebut, penggambaran karakter dan dinamika interaksi mereka yang jenaka dan hangat mungkin tetap cukup bagi penonton untuk merasa lekat dengan beberapa karakter-karakter tertentu.
Walaupun lebih menonjolkan animasi komedik, bukan berarti tidak ada animasi yang menarik pada momen-momen lainnya. Animasi aksi untuk penyerbuan Ikedaya oleh pasukan Shinsengumi, misalnya, dikerjakan dengan sangat memukau oleh Hirofumi Okita, yang mampu menangkap kerasnya suasana pertarungan di tempat tertutup. Sementara animasi pengiring lagu pembuka adalah karya asik lainnya dari Yasuomi Umetsu, yang sebelumnya juga pernah menghasilkan animasi pembuka untuk anime Soredemo Machi wa Mawatteiru. Ciri-ciri khas yang biasa ditampilkan Umetsu dalam animasi pembukanya seperti adegan menari dan membingkai mata dengan tangan juga hadir dalam animasi pembuka Hanamaru.

Akhir kata, Touken Ranbu –Hanamaru– adalah anime moe yang menyenangkan untuk ditonton. Seri ini mampu mengajak pemirsa untuk lebih akrab dan hangat bersama para touken danshi, terutama bagi penggemar Touken Ranbu yang lebih paham dengan referensi-referensi game-nya tentu saja. Tapi sebagai penonton yang tidak memainkan game-nya pun, saya tetap merasa sedih berpisah dengan Hanamaru, dan sebenarnya lebih berharap Hanamaru akan mendapat season kedua daripada menantikan Touken Ranbu versi ufotable.
Karya Asli | Game Browser produksi Nitroplus dan DMM |
Pengisi Suara | Daiki Yamashita sebagai Imanotsurugi Hidenori Takahashi sebagai Ishikirimaru Junji Majima sebagai Nikkari Aoe Kaito Ishikawa sebagai Kasen Kanesada Kazuyuki Okitsu sebagai Hachisuka Kotetsu Kento Hama sebagai Mutsunokami Yoshiyuki Mitsuhiro Ichiki sebagai Yamatonokami Yasusada Reona Irie sebagai Maeda Tōshiro Ryota Ohsaka sebagai Shishiō Seiichirō Yamashita sebagai Yagen Toushirō Sōma Saitō sebagai Namazuo Tōshirō Takuya Satō sebagai Shokudaikiri Mitsutada Tarusuke Shingaki sebagai Heshikiri Hasebe Tomoaki Maeno sebagai Yamanbagiri Kunihiro Toshiki Masuda sebagai Kiyomitsu Kashū Yuuki Tai sebagai Sōza Samonji Yuuta Kasuya sebagai Gokotai |
Sutradara | Takashi Naoya (Luck and Logic) |
Penulis Skenario | Pierre Sugiura (Kumamiko, Barakamon) |
Desain Karakter | Junichiro Taniguchi (Genshiken, Prison School, Gekkan Shoujo Nozaki-kun) |
Lagu Pembuka | “Hanamaru◎Biyori!” oleh Mitsuhiro Ichiki dan Toshiki Masuda |
Lagu Penutup | Berganti-ganti di setiap episode |
Studio | Dogakobo |
Situs resmi | http://www.touken-hanamaru.jp/ |
https://twitter.com/touken_hanamaru | |
Mulai tayang pada | 2 Oktober 2016 (1500 GMT, 2200 WIB), 3 Oktober 2016 (0000 JST) |
KAORI Newsline | Oleh Halimun Muhammad
Ka.. bahas tentang karakter kogarasumaru dong.
Susah bgt cari tentang dia di google.