Selamat datang dalam Unik Dunia, rubrik yang menghadirkan tulisan-tulisan mengenai anime dari penulis-penulis internasional. Rubrik ini adalah rubrik uji coba. Silakan sampaikan saran dan kritik Anda melalui Halo Kaori ([email protected]) maupun grup #Kaoreaders di Facebook.

Dalam edisi kali ini, kami menghadirkan analisis sdshamshel dari blog Ogiue Maniax mengenai karakter Megumi Kato dari seri anime Saenai Kanojo (Heroine) no Sodatekata/Saekano yang telah selesai tayang di akhir Maret 2017. Analisis ini melihat peran Kato sebagai karakter non-otaku di dalam sebuah kelompok otaku, dibandingkan dengan karakter yang memiliki posisi serupa dari seri-seri lainnya.

Kesan apa yang terbayang ketika mendengar judul Saenai Kanojo no Sodatekata, atau yang dalam bahasa Inggris kurang lebih dapat diartikan How to Raise a Boring Girlfriend? Mengingat adanya game bergenre “dating simulation,” kesuksesan  game bergenre “raising simulation” seperti seri Princess Maker dari studio Gainax, dan juga kecenderungan mengikuti elemen-elemen yang populer dalam fiksi bagi otaku seperti menempatkan karakter nerd sebagai tokoh utama cerita harem; sangat mudah untuk berasumsi bahwa seri yang lazim disebut sebagai Saekano ini berkisah tentang upaya menghasilkan karakter love interest yang datar dan penurut. Apakah ini suatu usaha untuk membangkitkan kembali heroine atau cewek utama ala dating sim jadul seperti Akari Kamigishi dari To Heart, si karakter teman masa kecil yang pernah menjadi cewek harem paling top? Apakah Megumi Kato, karakter yang disebut oleh judul ceritanya sebagai “kekasih yang membosankan” —atau lebih tepatnya “heroine membosankan” mengikuti bacaan furigana-nya— adalah  waifu ideal seperti Asuna dari Sword Art Online, ataukah dia sosok yang berbeda dari itu semua?

Di luar dugaan saya, kesemenjanaan Megumi Kato yang agresif ternyata menggoyahkan perwatakan yang disematkan kepadanya sebagai love interest yang tidak memiliki kepribadian atau sebagai karakter model Yamato Nadeshiko. Meskipun karakter-karakter lain dalam Saekano sering membahas betapa semenjananya Megumi, perannya dalam Saekano sebenarnya lebih seperti Saki Kasukabe dari seri Genshiken—seorang “normal” yang mempengaruhi lingkungan otaku dengan berlaku sebagai orang luar.

Dalam cerita-cerita tentang kelompok otaku, terkadang ada karakter yang bukan otaku di antara mereka, tapi peran mereka dalam cerita beragam. Dalam Otaku no Video, sang karakter utamanya, Ken, adalah “orang biasa” yang akhirnya jatuh cinta dengan gaya hidup otaku, sementara pacarnya, Yoshiko, semakin merasa jijik akan hal tersebut. Dalam game dating sim Comic Party (dan juga dalam adaptasi animenya), pola yang sama juga diikuti, di mana sang tokoh utama, Kazuki, terjun semakin dalam di dunia doujinshi, sedangkan Mizuki, teman masa kecilnya yang sporty (sekaligus love interest yang canon), sepertinya tidak bisa memahami apa yang diocehkan oleh para nerd itu.

Sementara di Genshiken, ceritanya secara bertahap mendorong para karakternya dari lingkungan universitas yang cenderung aman menuju dunia nyata. Di situ, Saki sebagai karakter non-otaku menjadi keberadaan yang memandu mereka. Meskipun di awal cerita ia memusuhi kehidupan otaku dan berat hati menerima kenyataan bahwa pacarnya adalah seorang otaku, akhirnya dia menjadi seorang teman akrab dengan pemahaman mengenai interaksi sosial (yang kurang dimiliki oleh para otaku) dan dapat memberikan jawaban yang tidak terpikirkan oleh karakter-karakter lainnya. Walaupun tidak seagresif dan terus terang seperti Saki, Megumi di Saekano memberi dampak yang sama dengan menjadi seorang yang lebih memperhatikan situasi dibandingkan teman-teman otaku-nya yang terus-menerus bersikap egois dan hanya berwawasan sempit.

Jika perkembangan Saki bermula dari situasi yang mirip dengan Yoshiko di Otaku no Video dan Mizuki di Comic Party, Megumi tidak mengalami perkembangan yang sama dengannya. perubahan hubungan antar karakter yang berkaitan dengan Megumi tidak bermula dari konflik melawan gaya hidup otaku, melainkan dari terungkapnya secara perlahan-lahan kenyataan bahwa Megumi memiliki pemikirannya sendiri, dan sifat semenjana yang ditampakkannya mengusik asumsi-asumsi karakter lain mengenai dirinya. Terlebih lagi, statusnya sebagai karakter “membosankan” menyuguhkan kontras yang tajam dengan karakter-karakter perempuan lainnya yang ada di seri tersebut, yang mengikuti tipe-tipe sifat karakter yang lazim seperti tsundere, adik kelas yang manis, kuudere, dan sepupu yang tomboi.

Walaupun karakter-karakter lainnya itu memiliki asal-usul yang sama, dari masa ketika Akari dari To Heart dan Mizuki dari Comic Party berasal, selera konsumsi otaku telah berubah seiring berjalannya waktu. Perubahan itu menyebabkan karakter-karakter yang menonjolkan elemen sifat masing-masing secara ekstrim menjadi lebih populer. Rupa “moe” telah berubah, dan semua karakter di Saekano, kecuali Megumi, mengikuti kecenderungan tersebut. Akan tetapi, keberadaan Megumi sebagai karakter yang ditonjolkan oleh judul Saekano, seperti meruntuhkan bangunan elemen-elemen yang telah disusunnya, dan seolah hendak menyatakan bahwa masih ada tempat juga bagi karakter yang sifatnya lebih memiliki nuansa.

Karena itu, Saekano dan Megumi Kato mengingatkan saya pada dua seri lainnya. Yang pertama adalah Yahari Ore no Seishun Love Come wa Machigatteiru (Oregairu). Bertentangan dengan makna yang tersirat dari judulnya, Oregairu justru memainkan elemen-elemen tipe kepribadian karakter yang digunakannya untuk lebih mendalami karakter mereka. Yang kedua adalah The World God Only Knows atau Kami Nomi zo Shiru Sekai, yang menampilkan karakter Chihiro Kosaka. Walaupun Chihiro memiliki kepribadian yang berbeda dengan Megumi, dan dalam Kaminomi hanya ada satu karakter otaku, Chihiro mengisi peran sebagai sosok yang karakteristik normalnya menantang. Perilakunya bertentangan dengan semua asumsi Keima Katsuragi, yang memandang hidupnya dari kacamata pengalamannya memainkan berbagai game dating sim. Megumi, dengan karakteristik semenjana dan membosankan yang disematkan padanya, menimbulkan dampak yang kurang lebih sama dengan Chihiro.

Baca juga:

Ulasan Saekano Flat: Adaptasi yang Terjebak Dalam Krisis Identitas

Ditulis oleh sdshamshel dari OGIUE MANIAX | Penulis adalah penggemar anime dan manga yang telah menulis blog sejak November 2007 | Diterjemahkan oleh Zacky Dhaffa Pratama dari The Indonesian Anime Times | Tulisan ini adalah pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili kebijakan editorial KAORI | Artikel Asli: https://ogiuemaniax.com/2017/06/27/nerds-in-the-mist-katou-megumi-and-the-role-of-the-non-otaku/

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.