Kevin Cirugeda, salah satu tokoh pendiri situs database animasi Sakugabooru, pernah menulis bahwa ketika menilai animasi yang “bagus,” kebanyakan orang cenderung masih memiliki bias kepada animasi aksi/pertarungan yang heboh dan menggunakan banyak efek, sementara animasi karakter yang menggambarkan sifat dan perasaan karakter secara halus melalui gerak-gerik tubuh mereka kurang mendapat perhatian. Meski kelihatannya sederhana, animasi karakter yang dibuat dengan peka dapat mendukung aspek cerita dan dialog untuk membuat sifat dan perasaan karakter mudah dipahami oleh penonton, seperti yang biasa ditunjukkan oleh anime-anime Kyoto Animation, misalnya dalam Tamako Love Story, Free!, atau Sound! Euphonium. Begitu pula dengan Tsurune, anime terbaru dari Kyoto Animation yang hadir belakangan di musim gugur 2018 ini menunjukkan bagaimana karakter yang digambarkan dengan peka dapat membuat kisah mereka enak untuk diikuti.
Dalam anime yang diadaptasi dari novel yang ditulis oleh Kotoko Ayano, dengan ilustrasi dari Chinatsu Morimoto ini, dikisahkan Minato Narumiya yang telah menekuni olahraga panahan tradisional (kyūdō) sejak kecil karena terpesona mendengar tsurune atau suara tali busur saat melepas anak panah saat diajak mendiang ibunya melihat menonton pertandingan kyūdō. Kini memasuki SMA Kazemai yang tengah berniat mengaktifkan kembali tim kyūdō-nya, Minato justru enggan untuk bergabung karena sejak terakhir kali tampil dalam pertandingan bersama timnya di SMP, ia mengidap kondisi psikologis yang disebut target panic (dalam kasus Minato, kondisi ini membuatnya melepas anak panah terlalu awal dari semestinya). Tapi pertemuannya dengan seorang pemanah bernama Masaki Takigawa memberinya semangat baru untuk mencoba kembali memanah dan belajar mengatasi target panic, agar ia bisa ikut dalam pertandingan beregu bersama teman-teman masa kecilnya, Seiya Takehaya dan Ryōhei Yamanouchi, serta anggota tim panahan lainnya, Nanao Kisaragi dan Kaito Onogi.

Drama olahraga yang diceritakan dalam anime ini mungkin tidak bisa dibilang istimewa, tetapi tim KyoAni dapat membawakan ceritanya dengan karakter-karakter yang menarik dan interaksi antar karakter yang hidup. Seperti biasa, salah satu andalan anime KyoAni dalam menggambarkan karakter adalah animasi gestur yang peka. Berbagai perasaan karakter dari keraguan, kecemasan, keakraban, hingga kebulatan tekad dapat tersampaikan melalui animasi gerakan-gerakan halus dari tangan hingga langkah kaki. Perhatikan misalnya, bagaimana perubahan lambaian tangan Seiya saat berpisah dengan Ryōhei di episode kedua mempertegas rasa cemas yang ia pendam. Atau ketika Minato hendak mengambil busur dari tangan Takigawa di episode yang sama, gerak tangan Minato yang tersendat-sendat menunjukkan masih ada keraguan dalam hatinya pada saat itu. Detil-detil halus seperti ini yang membantu saya dapat ikut merasakan perasaan-perasaan karakternya.
Selain itu, akting para seiyuu juga turut mendukung dalam menghidupkan karakter-karakternya. Misalnya di episode ketiga, Shōgo Yano dan Kaito Ishikawa membawakan obrolan di KRL antara karakter-karakter mereka, Nanao Kisaragi dan Kaito Onogi, dengan keluwesan yang meyakinkan bahwa mereka memang akrab karena telah bersama sejak lama, sehingga dapat dipahami bagaimana Onogi yang sangar kepada orang-orang lain itu dapat merasa nyaman menunjukkan sisi dirinya yang lebih rapuh (gap moe!) pada Kisaragi.

Tidak hanya karakter cowoknya, para cewek di tim kyūdō Kazemai pun juga bisa mencuri perhatian! Walaupun mereka bukan fokus utama dari konflik di anime ini, Hanazawa, Shiragiku, dan Seo tetap mendapat momen-momen yang menonjolkan warna-warna dari karakter mereka. Misalnya dari bagaimana mereka menanggapi ujaran-ujaran ganjen Kisagari: “kita gak bakal dere sama Kisaragi,” atau, “Seo lebih ganteng daripada cowok-cowok di sini.” Ya, mereka bukan cuma “hiasan latar belakang” di tim panahan ini, tapi bagian dari tim yang setara dalam mengembangkan diri melalui panahan, membuat tim ini terasa benar-benar hidup.

Berhubung anime ini tentang olahraga kyūdō, tentu saja tetap penting bagi anime ini untuk bisa melukiskan keindahan kyūdō, membuat penonton tertarik pada olahraga ini dan tidak hanya kepada karakter-karakternya saja. Sesuai dengan judulnya, Tsurune, salah satu aspek yang diangkat sebagai unsur penting keindahan kyūdō adalah suara tali busur. Mengingat cepatnya anak panah melesat dari busur, perlu perhatian yang seksama untuk mengamati bagaimana penggunaan suara tersebut dalam anime ini, seiring dengan animasi adegan memanah yang digarap dengan teliti, mampu memancarkan perasaan dan jiwa dari sang pemanah yang ikut bersama lepasnya anak panah.
Dari ceritanya sendiri, konflik Minato untuk menyembuhkan target panic yang dialaminya juga bisa menjadi jalan untuk menggambarkan keindahan kyūdō, karena agar bisa kembali percaya diri dan nyaman memanah, ia perlu menemukan kembali keindahan kyūdō, menemukan ulang apa yang membuatnya cinta pada olahraga ini. Masih ada waktu pada episode-episode yang tersisa untuk menunjukkan apakah cerita yang diadaptasi oleh sutradara baru Takuya Yamamura dan penulis naskah veteran Michiko Yokote mampu mewujudkan hal itu dengan meyakinkan. Tapi terlepas dari itu, dengan ditemani karakter-karakternya yang menarik, setidaknya saya yakin mengikuti perkembangan cerita ini hingga akhir akan tetap menyenangkan.
Data dan Fakta
Judul lain | – |
Karya asli | Novel karya Kotoko Ayano |
Pengisi suara | Aoi Ichikawa sebagai Seiya Takehaya Ayaka Nanase sebagai Noa Shiragiku Kaito Ishikawa sebagai Kaito Onogi Kensho Ono sebagai Shū Fujiwara Miyuri Shimabukuro sebagai Yūna Hanazawa Ryōta Suzuki sebagai Ryōhei Yamanouchi Shintarō Asanuma sebagai Masaki Takigawa Shōgo Yano sebagai Nanao Kisaragi Katsumi Suzuki sebagai Tomio Morioka/Tomy-sensei Yō Taichi sebagai Rika Seo Yūto Uemura sebagai Minato Narumiya |
Sutradara | Takuya Yamamura (debut sebagai sutradara utama) |
Penulis naskah | Michiko Yokote (ReLIFE, Shirobako) |
Desain karakter | Miku Kadowaki (Kyoukai no Kanata, Dragon Maid) |
Lagu pembuka | “Naru” oleh Luck Life |
Lagu penutup | “Orange-iro” (The Color Orange) oleh ChouCho |
Studio | Kyoto Animation |
Situs resmi | http://tsurune.com |
https://twitter.com/tsurune_anime | |
Mulai tayang sejak | 21 Oktober 2018 (1510 GMT, 2210 WIB), 22 Oktober 2018 (0010 JST) |
KAORI Newsline | Ditulis oleh Halimun Muhammad