Acara Pekan Sinema Jepang 2018 telah digelar pada 7-16 Desember 2018 di bioskop CGV Cinemas Grand Indonesia, Jakarta. Menjadi salah satu bagian dari rangkaian acara Japanese Film Festival 2018 yang diselenggarakan di 4 kota besar di Indonesia, acara ini menghadirkan banyak film-film Jepang Jepang dari berbagai genre yang siap menghibur para penonton yang datang di bioskop. Salah satu film yang diputar di sini adalah film live-action One Week Friends (Isshukan Friends).
Film One Week Friends sendiri merupakan film live-action yang diadaptasi dari serial manga dan anime yang sudah begitu terkenal di kalangan penikmat jejepangan tanah air. Cerita dari serial manga yang ditulis oleh Matcha Hazuki serta animenya yang digarap oleh studio Brain’s Base ini konon katanya menghadirkan cerita drama remaja yang begitu mengharu biru. Salah satu staf KAORI yang belum mencicipi serialnya (namun sudah sering mendengar isi ceritanya yang begitu sedih dan “makjleb” di media sosial) akhirnya berkesempatan untuk menonton versi film live-actionnya yang diputar di Pekan Sinema Jepang 2018. Lantas, apakah film ini memang benar-benar menghadirkan cerita yang begitu mengharukan?
Sinopsis
Cerita di film live-action One Week Friends sendiri tentunya tidak jauh berbeda dengan versi anime dan manganya. Di film ini dikisahkan seorang anak SMA kelas 2 bernama Yuuki Hase (Kento Yamazaki) yang suatu hari bertemu dengan seorang gadis bernama Kaori Fujiyima (Haruna Kawaguchi) di perpustakaan. Yuuki pun mulai mencoba untuk mendekati Kaori, namun kemudian menyadari bahwa sang gadis memiliki sifat yang begitu tertutup, dingin, dan penyendiri. “Tidak mungkin” katanya ketika diminta berteman. Belakangan, Yuuki kemudian mengatahui ingatan Kaori tentang teman-temannya akan selalu hilang setiap hari Senin. Pantang menyerah, Yuuki tetap berusaha untuk berteman dengan Kaori dan menjalin persahabatan dengan bertukar buku harian. Di buku inilah mereka saling menulis pengalaman sehari-harinya selama seminggu. Apa yang akan selanjutnya terjadi pada mereka?
Drama Remaja Mengharu Biru

Film One Week Friends diputar dengan waktu cukup panjang, 2 jam, dan durasi tersebut dimanfaatkan oleh sang sutradara Shosuke Murakami untuk membangun cerita hubungan Yuuki dan Kaori secara perlahan di bagian awal. Di bagian ini Anda akan melihat keseharian dua karkater utamanya dan bagaimana mereka saling berinteraksi. Ya, awal pertemuan mereka diwarnai dengan humor-humor ringan dan berbagai bumbu khas yang ada di berbagai kisah drama remaja. Tak hanya itu, akting ciamik yang ditampilkan oleh Kento dan Haruna juga berhasil membuat penontonnya akrab dengan karakter mereka. Porsi penampilan dua karakter pendukung temannya Yuuki di bagian ini, Shougo si jenius yang suka tidur di kelas (Takashi Matsuo) dan Saki teman kecil sang protagonis (Haori Takanashi), juga terasa pas untuk membuat bagian ini semakin berisi sebagai pijakan ke bagian cerita selanjutnya.
Setelah penonton sudah tercantol dengan chemistry Yuuki-Kaori serta teman-temannya, cerita di film ini mulai memasuki fase serius di mana alasan mengapa Kaori lupa ingatan setiap minggu pelan-pelan mulai terkuak. Di bagian inilah emosi penonton berhasil dibuat naik turun melalui naskah cerita yang ditulis oleh Yoko Izumisawa. Hubungan mereka yang awalnya berjalan baik-baik saja pun kemudian mulai menemui rintangan yang dipicu oleh kemunculan Hajime (Shuhei Uesugi) yang mengetahui masa lalu sang gadis. Satu hal yang bagi saya terasa kurang adalah sosok Hajime yang di sini seolah dimunculkan “hanya” untuk menjadi riak hubungan Yuuki dan Kaori tanpa mengeksplor karakternya sedikit lebih jauh. Begitu pun dengan kemunculan 1-2 adegan “kunci” yang terasa bergulir begitu cepat. Namun, kehadiran sang karakter berhasil membuat drama hubungan Yuuki-Kaori di bagian ini semakin intens.
Lewat bagian ini, film One Week Friends pun berhasil membuktikan reputasinya sebagai serial yang sukses menguras perasaan penontonnya. Hal ini pun juga ditunjang dengan tata kamera yang ditangani oleh sinematografer Nobushige Fujimoto yang sering kali berhasil menangkap mood para karakter yang begitu sendu dalam adegan-adegan pentingnya, terutama pada babak terakhir di mana misteri tentang “penyebab” amnesia Kaori terungkap. Akhirnya, build up kisah jatuh bangun “persahabatan” Yuuki dan Kaori di sepanjang film akhirnya berhasil ditutup dengan sebuah adegan klimaks yang begitu powerful dan mengharukan yang membawa kembali perhatian penonton pada momen ketika Kaori dan Yuuki pertama kali bertemu di film.
Kesimpulan
Film One Week Friends berhasil menyajikan sebuah kisah drama remaja yang berhasil menguras perasaan penontonnya. Lewat akting Kento Yamaguchi dan Haruka Kawaguchi serta arahan dari sang sutradara Shosuke Murakami, penonton berhasil diajak dalam sebuah kisah “pertemanan” yang begitu mengharukan, lengkap dengan kehadiran momen-momen yang begitu powerful.
Kelebihan
- Akting para pemain utamanya begitu ciamik.
- Berhasil menghadirkan kisah drama yang mengaduk perasaan penonton.
Kekurangan
- Ada 1-2 adegan kunci di film ini yang seolah hadir “begitu saja” karena tempo cerita yang tiba-tiba menjadi cepat di pertengahan film.
- Andai sosok Hajime bisa ditampilkan lebih dari sekedar sosok “orang ketiga”….
Ekstra
Sesi pemutaran film One Week Friends di Pekan Sinema Jepang 2018 pada Sabtu (9/12) lalu terasa istimewa karena juga dihadiri oleh sang sutradara Shosuke Murakami langsung. Ia pun membagikan sedikit pengalamannya dalam menggarap film yang diadaptasi dari seri manga dan anime ini, termasuk komentarnya soal “kekhawatiran” para fans versi manga dan animenya tentang penggarapan cerita di filmnya dan juga pemilihan para pemain yang awanya dianggap “kurang pas.” Selain itu, di beberapa bagian ia juga harus memilih adegan mana yang kira-kira pantas diangkat ke dalam film, mengingat film sendiri memiliki durasi tayang yang lebih terbatas dibanding serial anime.
Mengenai “adegan perpustakaan” yang menjadi klimaks di filmnya, sang sutradara ternyata memiliki alasan khusus mengapa ia membuat adegan yang sebenarnya tidak ada dalam versi cerita aslinya. Ia awalnya memang ingin memasukkan adegan flashback sebagai klimaks di filmnya, namun sang sutradara kemudian berpikir hal tersebut mungkin akan terasa kurang masuk akal mengingat karakter Kaori memiliki amnesia. Akhirnya Murakami-san mencoba mengakalinya dengan membuat adegan di mana Kaori melihat animasi flipbook yang dibuat oleh Yuuki agar memancing kembali memorinya. Di sisi lain, ia juga ingin memasukkan salah satu budaya Jepang di adegan ini, yaitu manga.
KAORI Newsline