Populernya Tren Soshage di Kalangan Penggemar Pop Culture Jepang (oleh Videtra Reynaldi)

Kilas Balik sedekade
©Type Moon · Aniplex · LayDuce

Sebagai pemilik media mix project THE iDOLM@STER, Bandai Namco memutuskan untuk mengembangkan lebih lanjut franchise CINDERELLA GIRLS dengan merilis THE iDOLM@STER CINDERELLA GIRLS STARLIGHT STAGE di tahun 2015. Dengan status Starlight Stage sebagai soshage idol rhythm game pertama, digabungkan dengan puncak popularitas Cinderella Girls setelah animenya selesai tayang dan koleksi lagu yang berkembang setiap update, tidak dapat dipungkiri lagi kalau Starlight Stage memiliki playerbase yang beragam, dari penggemar THE iDOLM@STER sampai penggemar rhythm game sekalipun.

Tidak hanya Bandai Namco yang berkecimpung di dunia soshage. Di tahun 2017, Sony bergabung dalam pasar soshage dengan judul pamungkasnya: Fate/Grand Order. Game yang sering disingkat FGO ini memiliki alur cerita yang khas dari Fate universe, dengan berbagai macam servant yang diilustrasikan oleh ilustrator ternama, seperti Redjuice, Honjou Raita, dan saitom. Kualitas character sprite yang detail serta cerita yang mendalam membuat FGO sangat populer, baik dari kalangan penggemar jejepangan yang familiar dengan Fate atau tidak.

Beberapa judul soshage di atas hanyalah sebagian kecil dari banyaknya judul-judul soshage yang beredar di pasar. Selain judul-judul diatas, terdapat pula soshage yang tergolong niche, dengan playerbase yang tidak sebesar judul tersebut, bahkan ada pula soshage yang menyediakan “adegan panas” sebagai bonus bagi para pemain. Akhir kata, soshage telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, dari sisi gameplay sampai dengan jumlah publisher yang berkecimpung dalam bidang ini, sehingga soshage dapat menyediakan permainan bagi seluruh kalangan penggemar.

Virtual YouTuber Yang Merajalela (oleh Tanto Dhaneswara)

Kilas Balik sedekade

YouTube sudah menjadi salah satu situs hiburan di era internet. Di era 2010-an, situs ini menjadi pilihan utama para netizen untuk mengunggah dan membagikan videonya di dunia maya dengan konten yang beragam. Selain konten hiburan “mainstream” seperti musik, film, dan gaming, tren video blogging alias vlog juga semakin digandrungi oleh para YouTuber di berbagai belahan dunia. Sebuah tren unik bernama Virtual YouTuber kemudian muncul dan kini menjadi salah satu bagian unik di jagat dunia jejepangan. 

Tren virtual YouTuber meledak ketika memasuki akhir dekade 2010-an. Tetapi, YouTuber yang tampil pertama kali dengan konsep virtual YouTuber telah muncul sejak 2011. Ya, dia adalah Ami Yamato. Berbeda dengan kebanyakan vtuber masa kini yang tampil dengan avatar karakter bergaya anime, ia tampil dengan desain karkater yang kurang lebih mendekati gaya animasi 3D yang diproduksi oleh studio Pixar dan Dreamworks. Kepribadiannya supel seperti gadis remaja yang bisa Anda temui sehari-hari. Dia diceritakan merupakan gadis asal Jepang yang tinggal di London. Konten vlog yang dibuatnya juga menceritakan berbagai kesehariannya yang digambarkan tidak jauh berbeda dengan manusia sungguhan. Ami Yamato hingga kini masih rutin mengunggah berbagai konten video di channel YouTube-nya.

Tren virtual YouTuber akhirnya mulai naik daun lewat kepopuleran Kizuna Ai yang mulai debut pada 2017. Ia tampil dengan desain karakter khas anime, lengkap dengan kepribadian yang lucu, terkadang centil dan juga unik, di mana dia “sadar” kalau dirinya adalah model 3D. Selain konten vlog biasa, ia juga sering hadir dengan berbagai video lain yang tak kalah menarik, seperti menjawab tantangan unik dari para penonton atau membahas topik dengan tema “nyeleneh”. Seberapa populer kah Kizuna AI saat ini? Hingga tulisan ini dibuat, saluran A.I.Channel yang menjadi channel utama sang Vtuber di YouTube telah berhasil meraih 2,68 juta subscriber. Sementara itu, A.I.Games yang menjadi channel keduanya yang berfokus pada konten gaming telah mengumpulkan 1,41 juta subscriber.

Kepopuleran Kizuna AI akhirnya membuat karakter virtual YouTuber lain ikut muncul. Mereka pun akhirnya juga ikut populer dan ikut merebut hati para penikmat jejepangan. Sebut saja seperti Kaguya Luna, Mirai Akari, dan Siro. Jumlah virtual youtuber yang aktif di Jepang sendiri akhirnya juga membludak, di mana hingga artikel ini ditulis situs virtual-youtuber.userlocal.jp mencatat setidaknya ada 2 ribu virtual YouTuber asal Jepang yang terdaftar di situs YouTube. Seperti halnya para selebriti dan YouTuber “sungguhan”, berbagai agensi manajemen juga ikut didirikan untuk menaungi para vtuber ini. Beberapa agensi vtuber yang terkenal antara lain upd8 yang turut menaungi Kizuna AI, Nijisanji, Hololive, dan LIVE.

Kilas Balik sedekade
©2017 Ichikara Inc.

Tak hanya di Jepang, demam virtual YouTuber akhirnya juga sampai ke Indonesia. Beberapa karakter vtuber dalam negeri yang memadukan desainnya dengan berbagai nuansa kearifan lokal akhirnya muncul. Salah satu vtuber Indonesia yang pertama kali muncul adalah Maya Putri yang debut di perhelatan C3AFA 2018 lalu. Setelah itu, para virtual youtuber lain yang dibuat dari berbagai kalangan juga ikut meramaikan dunia jejepangan dalam negeri, seperti Tessa, Mintchan, dan beberapa proyek lain yang dibuat oleh komunitas, seperti Anaoons Channel yang dibuat oleh komunitas animasi N.A.S.A. ITB. Seperti halnya di Jepang, ada circle komunitas yang dibuat untuk mewadahi para virtual YouTuber dalam negeri, seperti salah satunya Vtuberflower +62 yang menjadi tempat berkumpulnya Tessa, Ipochan, Mintchan, dan Pajryy.

Memasuki tahun 2019, satu fenomena menarik akhirnya terjadi di jagat virtual YouTuber tanah air, di mana proyek virtual YouTuber dari Jepang akhirnya mencoba berekspansi ke Indonesia. Pihak pertama yang mencoba peruntungannya di Indonesia adalah proyek NIJISANJI id yang memulai debutnya September 2019 lalu dengan tiga karakter sekaligus, yaitu Zea Cornelia, Taka Radjiman, dan Hana Macchia. Belum genap setahun, para virtual liver wave kedua dari NIJISANJI id akhirnya juga telah debut pada Desember 2019 dengan empat karakter baru. Seolah menyusul langkah NIJISANJI, agensi Vtuber Hololive juga ikut melebarkan sayapnya ke Indonesia. Hingga tulisan ini dibuat pada akhir Desember, mereka tengah mengadakan audisi untuk mencari talenta baru untuk bergabung bersama Hololive.

Aktifnya Pemerintah Daerah di Jepang dalam Mendukung Content Tourism (oleh Halimun Muhammad)

Kilas Balik pop culture jepang
Salah satu tempat yang cukup sering muncul di anime dan juga familiar di kalangan penikmat jejepangan © 2007 Kio Shimouku/KODANSHA/ Comifest Preparation

Kegiatan mengunjungi lokasi-lokasi yang digunakan sebagai referensi latar belakang anime dan kemudian memotretnya sebagaimana lokasi tersebut tampil di anime memang telah dikenal sejak dekade 2000-an. Namun berdasarkan komentar dari sejumlah peneliti yang mengkaji wisata anime, dapat disimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan “seichi junrei (ziarah)” atau butai tanbo di masa tersebut kebanyakan berasal dari inisiatif fans sendiri untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi yang muncul dalam anime, kemudian mengunjunginya dan membagi informasinya dengan penggemar lain. Baru seiring dengan bertambahnya kunjungan dari fans, pengelola lokasi tersebut kemudian bekerja sama untuk mengadakan konten berkaitan dengan anime tersebut.

Tetapi di dekade 2010-an, semakin banyak anime yang secara resmi bekerja sama dengan daerah yang akan ditampilkan dalam animenya untuk promosi wisata sejak awal proses produksi animenya. Wisata anime juga semakin menarik perhatian setelah kesuksesan your name. di tahun 2016 yang memicu banyaknya kunjungan dari khalayak umum di luar kalangan pelaku seichi junrei/butai tanbo yang biasanya. Bahkan kemudian dibentuk Asosiasi Wisata Anime oleh sejumlah perusahaan yang terkait dengan industri anime dan industri pariwisata untuk mempromosikan lokasi-lokasi yang ditampilkan dalam anime sebagai lokasi wisata.

Wisata anime ini juga menjadi kesempatan untuk revitalisasi daerah-daerah yang mengalami penyusutan populasi. Namun, hanya mengandalkan ketenaran dari anime belum tentu akan sustain dalam jangka panjang. Sebagaimana yang disampaikan oleh Kiyotaka Moriwaki dari Museum Kyoto kepada Demachi Shoutengai yang menjadi acuan setting cerita anime Tamako Market, dibandingkan menarik perhatian penggemar anime secara berlebih, suatu daerah mesti tetap mampu mempertahankan nilai-nilai keunggulan yang dimilikinya sendiri dan tetap menjadi tempat yang ramah bagi penduduk lokal, agar bisa tetap bertahan biarpun anime yang menampilkannya sudah tidak terkenal lagi.

Artikel kilas balik pop culture Jepang satu dekade KAORI Nusantara bagian kedua berlanjut di halaman ketiga.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses