My Hero Academia, komik asal Jepang karya Kohei Horikoshi ini sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, tengah dirundung masalah. Pasalnya adalah munculnya protes dari sejumlah fans My Hero Academia, terutama fans yang berasal dari Tiongkok dan Korea Selatan, atas nama sebuah karakter yang dianggap membuka lama atas dosa sejarah kejahatan perang Jepang di masa lalu. Karakter tersebut adalah sosok Daruma Ujiko.
Daruma Ujiko adalah seorang ilmuwan jahat yang melakukan serangkaian praktek eksperimental terhadap tubuh manusia. Masalah dimulai ketika pada chapter ke-259 dari komik ini, terungkaplah bahwa nama asli Daruma Ujiko adalah Maruta Shiga. Kontan saja hal ini memicu protes keras dari pada fans di Tiongkok dan Korea Selatan. Protes atas nama ini sendiri didasari atas nama “Maruta” yang menurut klaim Kohei Horikoshi maupun penerbit Shueisha artinya adalah “bulat” dan “gemuk”. Namun bagi bangsa Tiongkok dan Korea, nama “Maruta” adalah sebuah luka lama dalam sejarah dan hubungan mereka dengan Jepang.
“Maruta” adalah kode nama yang diberikan Jepang kepada korban eksperimen manusia saat Perang Dunia Kedua yang dilakukan oleh Unit 731, sebuah unit dalam militer Jepang di wilayah pendudukan Manchuria pada tahun 1935–1945, yang bertanggung jawab atas praktek-praktek ilegal eksperimen manusia hingga senjata kimia. “Maruta” yang berarti kayu gelonggongan merupakan sebutan objek eksperimen yang mayoritas merupakan bangsa Tiongkok, Korea, Russia, hingga Mongol. Kata “Maruta” ini sengaja dipakai karena fasilitas Unit 731 juga menyamarkan diri mereka sebagai pabrik kayu.
Dalam praktek-praktek eksperimental manusia yang dilakukan oleh Unit 731, banyak terdapat bayi, anak-anak, wanita hamil, warga lanjut usia hingga yang berkebutuhan khusus yang dijadikan objek eksperimen. Objek eksperimen ini sengaja diinjeksi dengan penyakit seperti sifilis, dijadikan target ledakan dan senjata biologis, dibekukan dalam es, dan wanita yang dihamili secara paksa. Objek eksperimen yang sudah meninggal akan dikremasi. Setelah Jepang kalah perang, para pejabat-pejabat yang bertanggung jawab di Unit 731 bukannya diseret ke pengadilan, namun malah diberikan impunitas oleh pasukan pendudukan Amerika Serikat yang menduduki Jepang paska Perang Dunia 2 di bawah kepemimpinan Douglas MacArthur, dan banyak yang menduduki posisi terhormat di masyarakat Jepang paska perang.
Atas kasus yang begitu sensitif dalam hubungan antara Jepang, Tiongkok, dan Korea ini, baik Kohei Horikoshi maupun penerbit Sueisha sendiri akhirnya melayangkan permohonan maaf dan berjanji bahwa kasus seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi. Pihak Shueisha juga berjanji akan mengganti nama Maruta Shiga di komik versi tankoubon maupun versi terbitan digitalnya. Saking sensitifnya kasus ini, My Hero Academia sendiri saat ini tengah ditarik dari berbagai platform digital di Tiongkok.
Baik Horikoshi maupun Shueisha sendiri akhirnya menepati janji mereka untuk merubah nama asli dari Daruma Ujiko. Saat ini, dalam chapter ke-259 yang dipublikasikan secara digital di situs resmi MANGA Plus milik Shueisha, nama asli dari Daruma Ujiko yang sebelumnya bernama Maruta Shiga kini telah diganti menjadi Kyudai Garaki.

Masih Bermasalah?
Kasus “khilaf” ini sendiri rupa-rupanya masih belum bisa dikatakan selesai. Setelah sebelumnya sejumlah fans di Korea Selatan mengritik permintaan maaf dari Kohei Horikoshi dan Shueisha, di mana mereka mengungkap kekesalan mereka karena dalam surat permintaan maaf resmi versi bahasa Inggris dan bahasa selain Korea hanya menyebutkan protes datang dari “sejumlah pembaca dari Tiongkok dan negara lain”, berbeda dengan surat permintaan maaf berbahasa Korea yang menyebutkan protes datang dari “sejumlah pembaca dari Tiongkok, Korea, dan negara lain.” Selain itu, rupanya perubahan nama dari Maruta Shiga menjadi Kyudai Garaki sendiri rupanya juga masih tak lepas dari kontroversi.
炎上して志賀丸太から殻木球大に改名したヒロアカだけど、今度は九州大学生体解剖事件と被り再炎上の予感しかない。 pic.twitter.com/07FuGO2ma5
— える (@lTfC8qI4PATLiaC) February 10, 2020
Seorang pengguna Twitter bernama @lTfC8qI4PATLiaC berpendapat bahwa nama Kyudai merupakan singkatan dari Kyushu Daigaku, atau Universitas Kyushu. Sebuah universitas ternama di Fukuoka, Kyushu, Jepang yang juga memiliki sejarah kelam praktek eksperimen ilegal terhadap manusia. Sebuah sejarah kelam yang dikenal dengan nama Kyushu Daigaku Seitai Kaihou Jiken atau Insiden Diseksi Hidup-Hidup Universitas Kyushu.
Insiden ini terjadi para tahun 1945, tatkala Jepang menangkap 9 awak pesawat pembom Amerika Serikat B-29, di mana 8 di antaranya dijadikan subjek eksperimen di Universitas Kyushu, dahulu bernama Universitas Kekaisaran Kyushu. Mereka semua harus menghadapi sejumlah tindakan-tindakan mengerikan seperti disuntik dengan air laut, diambil organnya untuk mengetes daya tahan hidupnya, hingga dibor tengkoraknya. Tak ada yang selamat di antara mereka, kecuali komandan mereka, Marvin Watkins yang diinterogasi secara terpisah di Tokyo, lengkap dengan kekejaman interogasinya sendiri, meski Watkins akhirnya selamat, dan meninggal di kampung halamannya di Virginia, pada tahun 1980an.

Praktek mengerikan ini sendiri akhirnya turut disidangkan dalam Pengadilan Kejahatan Perang Tokyo. Salah seorang dokter senior, Fukujiro Ishiyama bunuh diri sebelum diajukan ke meja hijau. Sementara 23 pelaku lainnya berhasil diseret ke meja hijau, di mana 5 di antaranya divonis mati, dan 4 orang divonis seumur hidup. Namun pada akhirnya, sebagaimana para penjahat perang di balik Unit 731, para penjahat perang Universitas Kyushu ini akhirnya dibebaskan dan kembali hidup di tengah-tengah masyarakat.
Salah seorang saksi mata bernama Toshio Tono sempat mengutarakan kesaksiannya kepata The Guardian pada tahun 2015 lalu. Tono yang saat itu masih merupakan seorang mahasiswa tingkat awal ditugaskan untuk membersihkan cipratan darah, dan mempersiapkan injeksi air laut. Jasad para korban sendiri diawetkan dengan formaldehyde untuk dijadikan subjek penelitian lebih lanjut. Namun belakangan para dokter mengkremasi jasad para korban untuk menghilangkan bukti atas tindak kriminal mereka.
Tono sendiri sempat mendapat tekanan dari sejumlah mantan atasannya – banyak di antara mereka menduduki posisi terhormat dalam dunia medis Jepang paska perang – untuk tidak memberikan kesaksian atas tindakan biadab yang terjadi di Universitas Kyushu. Meskipun begitu, Tono tetap bersikeras untuk bersaksi, dan memberitahukan kepada masyarakat atas apa yang terjadi. Baginya, tugas seorang dokter adalah menolong orang. Namun dokter-dokter di Universitas Kyushu justru melakukan sebaliknya. Dan ia bersedia untuk memberikan kesaksian supaya tragedi tersebut tidak terulang lagi di masa mendatang.
Universitas Kyushu sendiri pada akhirnya bersedia mengakui lembaran hitam dalam sejarah mereka ini. Pada tahun 2015, pihak Universitas Kyushu memasukkan tragedi tersebut sebagai salah satu pameran dalam museum sejarah mereka.
Kontroversi nama baru dari Daruma Ujiko ini sendiri belum terlalu menimbulkan dampak masalah yang signifikan. Namun, hingga saat ini komik My hero Academia masih ditarik dari sejumlah platform digital di Tiongkok.
KAORI Newsline | Sumber: Anime News Network, Sora News, The Guardian, The Japan Times, & Mansell