Selama menjaga diri di rumah karena pandemi yang tak kunjung kelar ini, saya mencari hiburan baik dari novel visual sampai komik. Pada akhirnya, saya menemukan hiburan dalam genre otome isekai, terutama dari manhwa atau komik webtoon. Seperti yang kalian tahu, genre ini semakin terkenal dengan munculnya berbagai seri seperti Hamefura (My Next Life as a Villainess: All Routes Lead to Doom!) yang memiliki karakter protagonis yang sangat disukai pembaca hingga dijuluki Bakarina, Koushaku Reijo no Tashinami, dan bahkan Seijo no Maryoku wa Bannou desu.

Meskipun tema otome isekai ini bisa dimasukkan sebagai sebuah genre, tetapi bisa dilihat bahwa salah satu trope yang paling terkenal dari genre ini adalah sosok Villainess yang menjadi seorang protagonis ataupun seorang protagonis yang bereinkarnasi ke dunia gim-nya atau dunia lain dengan setting kerajaan. Tentu latar seperti ini sudah menjadi sebuah tradisi dalam cerita-cerita bergenre ini, baik dalam bentuk novel, manga, atau yang lainnya.
Sebelum beranjak lebih jauh, mari kita membahas mengenai sosok Villainess atau “Akuyaku Reijou“. “Akuyaku Reijou” atau Villainess adalah karakter wanita yang memiliki peran sebagai musuh. Bisa dikatakan mereka adalah karakter yang menekan atau memperlambat perkembangan dari seorang heroine. Biasanya karakter akuyaku reijou memiliki beberapa elemen, seperti kekuatan untuk membuat orang tunduk padanya (biasanya memiliki posisi tinggi seperti anak seorang raja atau bahkan bangsawan dengan gelar tinggi), kekuatan untuk membuat orang mengerti (patuh) padanya, dan seorang yang jatuh hati pada karakter pahlawan (hero) atau membenci heroine dengan berbagai alasan.

Jadi, semua ini tentu saja bermula dari sebuah platform website bernama Syosetsuka ni Narou, di mana semua orang bisa mempublikasikan karya mereka dalam bentuk tulisan secara online. Pada tahun 2010-an, seri novel web yang dirilis kembali dalam bentuk fisik semakin gencar. Tentu bisa dikatakan bahwa novel web yang terkenal kemudian bisa dipublikasikan oleh penerbit cetak. Tak lama setelah itu, di tahun 2011-an muncul sebuah tema di mana karakter sampingan menjadi protagonis, terlebih lagi dengan tema seperti “karakter sampingan yang mendukung sang pahlawan kemudian berubah menjadi kisah cinta”. Tren ini terus berlanjut hingga variasi cerita ber-setting otome game berkembang pesat, seperti mengenai event cerita yang dapat berubah, karakter sampingan yang terjebak dalam loop, atau bahkan sosok sang heroine utama yang ternyata adalah wanita jahat, yang kemudian karakter sampingannya berusaha melindungi orang yang disayang.
Baca Juga: Kenapa Cerita “Terjebak di Dunia Lain” Bisa Populer?

Tak lama setahun setelahnya, tren tema reinkarnasi menjadi villainess atau karakter wanita berperan jahat menjadi sangat booming. Karena pada awalnya cerita yang ditujukan untuk wanita terbatas pada kisah cinta di isekai atau bahkan reinkarnasi ke dunia otome game, lahirlah sebuah tren tema baru, yaitu kisah cinta komedi di sekolah kebangsawanan dan kisah cinta di perkantoran (Office Love). Setelah itu munculah berbagai variasi tema lainnya, seperti kisah romansa di otome game versi sekolah bangsawan, kisah romansa terlahir di dunia lain, kisah otome game yang dark, kisah otome game yang aneh, kisah (setting) otome game dengan karakter yandere, mob-character, dan protagonist yang memiliki hubungan kakak adik dengan sang heroine,
Pada saat itu, tren karakter “akuyaku reijou” atau villainess yang menjadi protagonis berada di titik yang sangat tinggi. Meskipun begitu, bagi seorang penulis cerita dengan genre ini, seperti yang dikatakan oleh Suzukaze yang merupakan penulis dari novel ringan “Akuyaku Reijo Koukyuu Monogatari”, pembaca cerita narou yang ditujukan untuk perempuan sangatlah sedikit, sehingga karya-karya tersebut menjadi susah untuk menembus ranking di situsnya secara umum.
Pada tahun 2014-an, tiga tema dari genre cerita ini menjadi terkenal. Tema-tema tersebut adalah gadis yang ter-summon ke dunia lain, reinkarnasi ke dunia otome game, dan akuyaku reijou tensei (terlahir kembali menjadi gadis yang berperan jahat).
Jika dilihat-lihat lagi, hal yang kurang lebih serupa juga terjadi di ranah genre otome isekai versi Korea Selatan, di mana tren tersebut juga bermula dari sebuah platform novel web, baik dari Kakaopage ataupun platform lainnya. Sosok karakter villainess yang menjadi protagonis pun juga sudah ada sejak lama, yang dari saya tahu bermula dari tahun 2000-an dengan karya berjudul Asmodian’s Contract yang dirilis pada 2002 lalu dan kemudian diadaptasi menjadi serial webtoon pada tahun 2020 lalu.

Bahkan kalau ingin membandingkan antara otome isekai versi Korea Selatan dengan Jepang saat ini, jujur sekali saya akan bias kepada versi Korea dikarenakan beberapa alasan, seperti konflik dalam cerita otome isekai versi Korea jauh lebih unggul (seperti konflik sosial yang terdapat dalam webtoon Ebony), dan cara membangun cerita yang menarik dengan plot twist-nya seperti webtoon atau novel The Reason Why Raeliana Ended Up at The Duke’s Mansion dan bahkan Your Throne. Ada juga desain karakter webtoon yang cukup menarik mata seperti Who Made Me a Princess atau The Villainess Reverses the Hourglass. Namun, sebenarnya masih banyak hidden gem dalam otome isekai versi Korea ini (kebanyakan dalam bentuk novel yang mana harus menunggu versi webtoon atau dibaca menggunakan kamus atau penerjemah). Tentu saja ini sedikit berbanding terbalik dengan otome isekai versi Jepang yang menurut saya sedikit kurang variasi dalam masalah konfliknya, tetapi masih bisa dinikmati sebagai pelepas penat.
Dalam kisah otome isekai, baik versi Jepang maupun Korea, tentu saja ada bagian cerita yang sangat umum, seperti kisah tragedi sang protagonis, protagonis yang dulu jahat tiba-tiba berubah, karakter protagonis yang berganti jiwa, pembalasan dendam, dan lain-lainnya. Tentu saja cerita otome isekai ini bisa sangat disukai banyak orang karena umumnya cerita serta karakternya memiliki impresi menarik.
Menurut saya, adanya genre ini menjadi suatu perubahan baru atau angin segar karena sudah banyaknya genre isekai harem yang mendominasi. Tetapi di sisi lain terkadang saya merasa “sebal” karena karya otome isekai yang bagus jarang ditengok karena kebanyakan orang lebih memilih menikmati cerita yang diadaptasi menjadi anime saja. Makanya saya merasa adaptasi anime Hamefura atau pun Seijo no Maryoku wa Bannou desu hadir sedikit “telat”, atau bahkan adaptasi webtoon Korea menjadi anime menurut saya masih jarang sekali.
Pendapat saya akan otome isekai ini mungkin saja masih ada yang kurang, tetapi otome isekai merupakan genre yang bisa dinikmati banyak orang, tidak hanya untuk wanita saja. Pembawaan ceritanya yang ringan dan bagus pun akhirnya dapat menjadi hiburan tersendiri bagi para pembaca.
Oleh Widya Indrawan | Artikel ini adalah pendapat pribadi dari sang penulis dan tidak berarti merefleksikan kebijakan maupun pandangan KAORI Nusantara.
KAORI Nusantara membuka kesempatan bagi pembaca untuk menulis opini tentang dunia anime dan industri kreatif Indonesia. Opini ditulis minimal 500-1000 kata dalam bahasa Indonesia/Inggris dan kirim ke [email protected]