Lanjutan dari halaman sebelumnya.

Junichiro Tanizaki

Junichiro Tanizaki (谷崎 潤一郎 ) lahir pada tahun 1886 di Tokyo, tepatnya di area Nihonbashi. Ayahnya memiliki perusahaan percetakan yang kala itu sedang kesusahan. Di tahun 1899, perusahaannya akhirnya dijual, dan keluarganya beralih sebagai pedagang beras. Ketertarikannya dalam dunia sastra bermula ketika Junichiro duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu, seorang guru memperhatikan bahwa Junichiro lebih dewasa dibanding yang lain, bahkan dapat dibilang dewasa sebelum waktunya. Hal ini kemungkinan dikarenakan Junichiro sering dibuli oleh teman-teman kelasnya. Sang guru pun membimbing Junichiro dan memperkenalkannya kepada sastra klasik Jepang dan Tiongkok, yang pada akhirnya membuat Junichiro menyukai dunia literatur.

Junichiro Tanizaki
Junichiro Tanizaki (gambar: Wikipedia)
Junichiro Tanizaki
Karakter Junichiro Tanizaki dalam Anime Bungo Stray Dogs (© Asagiri Kafka / Harukawa 35 / KADOKAWA /  Bungo Stray Dogs Production Committee)

Pada tahun 1901, bisnis keluarganya mengalami kemunduran, menyebabkan Junichiro terancam tidak bisa melanjutkan studi dan memaksanya untuk bekerja di usia muda. Untungnya, banyak kenalan yang mengerti dengan bakat yang dimiliki Junichiro, dan memberikannya bantuan finansial. Di tahun 1903, Ia menjadi ketua klub literatur majalah di SMPnya. Setelah lulus SMA, Junichiro  melanjutkan studinya di Tokyo Imperial University (sekarang The University of Tokyo). Di sana, Ia mempelajari literatur Jepang dan juga bergabung kembali ke dalam sebuah klub literatur majalah bernama “Shinshicho“. Sayangnya, Junichiro tidak dapat menyelesaikan studinya karena terkendala biaya. Walaupun begitu, Ia bertekad untuk tetap meniti karirnya sebagai seorang penulis.

Selama berkarya, Junichiro Tanizaki selalu mendapat inspirasi dari kehidupannya sendiri. Pada awal – awal tahun Ia berkarya, Junichiro sangat menggemari budaya barat, hingga tinggal di rumah bergaya barat di Yokohama. Karya pertama yang Ia publikasikan berjudul “The Tattooer” (刺青) atau “Sang Tukang Tato”, pada tahun 1910. “The Tattoer” merupakan sebuah cerita pendek bernuansa erotis yang menceritakan seorang tukang tato yang menggambar tato laba – laba di punggung seorang wanita cantik. Setelahnya, tato tersebut merubah watak sang wanita menjadi iblis. Karya ini mendapatkan perhatian dan pujian dari salah seorang sastrawan lainnya pada waktu itu, Kafu Nagai. Selama hidupnya, Junichiro mengalami kehidupan yang pasang surut, yang juga merupakan sumber ide dari karya-karyanya. Salah satunya adalah pernikahan pertamanya yang gagal dengan Chiyo Ishikawa. Hubungan rumah tangganya yang retak disebabkan adanya hubungan gelap antara Ishikawa dengan teman Junichiro sendiri, yaitu sastrawan bernama Haruo Sato. Selain itu, Junichirou juga diam – diam terpesona dengan saudara ipar perempuannya, Seiko. Dari keadaan tersebut, lahirlah karya Junichiro lainnya yang berjudul “Itansha no Kanashimi” atau “Kesedihan Si Sesat”. Karya lainnya yang berasal dari kesedihannya yaitu “Haha o kouru ki” atau “Kerinduan untuk Ibuku”, yang dipublikasi satu tahun setelah ibunya meninggal.

bungo stray dogs
Karya pertama Junichiro Tanizaki, “The Tattoer” (gambar: bookdepository.com)

Nama seorang Junichiro Tanizaki mulai besar pada tahun 1924. Kala itu, Ia baru pindah ke Kyoto setelah gempa besar Kanto pada tahun 1923. Selera sastra Junichiro juga ikut bergeser bersama dengan pindahnya Ia ke Kyoto. Ia menyesalkan kesenangannya dalam budaya barat dan aliran modern, yang telah menutupi ketertarikannya sejak dulu, yaitu budaya tradisional Jepang. Di tahun yang sama, Junichiro juga sedang mengerjakan karya lainnya berjudul “Chijin no Ai” (痴人の愛) atau juga dikenal dengan judul “Naomi”, salah satu karyanya yang paling terkenal. Pada tahun 1931, Ia menikah lagi dengan seorang wanita muda bernama Tomiko. Sayangnya, pernikahannya kembali gagal setelah Junichiro kembali menyukai wanita lain bernama Matsuko Morita (yang pada akhirnya menjadi istri ketiga dan terakhirnya), seorang istri dari pedagang lokal yang kaya. Matsuko Morita turut menginspirasi Junichiro dalam pembuatan karya-karyanya, yaitu “The Blind Man’s Tale” (ももくものがたり) atau “Kisah si Buta”, dan “The Secret History of the Lord of Musashi” (武州公秘話) atau “Sejarah Rahasia Tuan Musashi”.

Junichiro Tanizaki sekali lagi mengalami perubahan selera sastranya, yang dituangkan dalam karyanya yang paling hebat dan terkenal yaitu “Sasameyuki” (細雪) atau juga dikenal dengan judul “The Makioka Sisters” atau “Makioka Bersaudara”. Selama tahun 1930an, Junichiro juga sempat menulis mengenai masa lalu feodal Jepang. Hal ini dimungkinan karena adanya pergerakan militer di bidang sosial dan politik pada saat itu. Nama Junichiro Tanizaki kembali terkenal setelah perang dunia ke dua dimana Ia memenangkan berbagai penghargaan. Ia memenangkan Asahi Prize (penghargaan dari koran Jepang “Asahi Simbun”) pada tahun 1948, mendapatkan penghargaan  Order of Culture (penghargaan dari pemerintah Jepang) pada tahun 1949, dan menjadi sastrawan jepang pertama yang mendapatkan anggota kehormatan di “American Academy of Arts and Letters“. Junichiro Tanizaki meninggal pada tahun 1965 akibat serangan jantung. Ia menjadi salah satu sastrawan Jepang yang paling dikenal namanya hingga kini.

bungo stray dogs
“Sasameyuki” atau “The Makioka Sisters” merupakan karya masterpiece Junichiro Tanizaki (gambar: penguin.com)

Skill: Sasameyuki (Light Snow)

Dalam anime Bungo Stray Dogs, Junichiro Tanizaki bukan merupakan tokoh yang ditonjolkan. Walaupun begitu, karakternya cukup sering ditampilkan di berbagai scene yang berbeda. Dibandingkan dengan karakter Bungo Stray Dogs lainnya, Junichiro Tanizaki memiliki penampilan yang cukup sederhana. Karena bukan merupakan tokoh utama, karakter Junichiro seolah – olah dibuat lemah dalam animenya. Padahal, kemampuan yang dimiliki tidak bisa diremehkan begitu saja. Skill Sasameyuki memungkinkan Junichiro untuk membuat ruang ilusi pada daerah disekitar dirinya. Ketika skill ini akan menghilang, akan terdapat butiran butiran salju berwarna hijau yang muncul di area ilusi. Walaupun memang tidak terlalu efektif dalam pertempuran satu lawan satu, kemampuan ini sangat berguna untuk mengecoh dan membuat bingung lawannya, sehingga akan efektif apabila digunakan untuk mensupport pertempuran skala besar.

Skill Sasameyuki efektif untuk mengelabui musuh (© Asagiri Kafka / Harukawa 35 / KADOKAWA /  Bungo Stray Dogs Production Committee)

Sasameyuki sendiri diambil dari karya Junichiro yang paling dikenal. Dirilis pada tahun 1943-1948, Sasameyuki merupakan rangkaian novel yang terdiri dari tiga buku. Versi luar negerinya dikenal dengan judul “The Makioka Sisters” atau “Makioka Bersaudara”, yang merupakan para tokoh utama dari serial ini. Sasameyuki sempat diadaptasi menjadi film di tahun 1950. Sampai saat ini, Sasameyuki banyak dianggap sebagai salah satu novel jepang terbaik yang pernah ada.

Sasameyuki sempat diadaptasi menjadi film pada tahun 1950 (gambar: wikimedia common)

Naomi Tanizaki

Naomi” atau juga dikenal dengan “Chijin no Ai” (痴人の愛) merupakan salah satu karya Junichiro lainnya yang cukup terkenal. Novel ini menceritakan mengenai seorang pemuda bernama Joji, yang bertemu dan kemudian membawa Naomi, seorang pelayan wanita dan merubahnya menjadi wanita modern, glamor, dan kebarat-baratan. Pada waktu itu, novel ini sangat memengaruhi para pembacanya. sehingga membuat karakter Naomi menjadi idola banyak wanita, hingga sempat timbul julukan “Naomi-ism” untuk para wanita yang mengikuti dan terinspirasi dari gaya hidup karakter Naomi. Uniknya, dalam anime Bungo Stray Dogs, karakter Naomi ‘dihidupkan kembali’ melalui sosok karakter dengan nama yang sama. Dalam animenya, Naomi menjadi adik dari karakter Junichiro, sehingga nama lengkapnya menjadi Naomi Tanizaki. Ia digambarkan sebagai siswi SMA yang selalu menggunakan seragamnya. Karakternya cukup menggemaskan sehingga membuat penonton mudah menyukainya.

Naomi Tanizaki (kiri) dan Junichiro Tanizaki (kanan) dalam Bungo Stray Dogs (© Asagiri Kafka / Harukawa 35 / KADOKAWA /  Bungo Stray Dogs Production Committee)

Nantikan kisah sastrawan lainnya dari serial Bungo Stray Dogs di artikel berikutnya hanya di KAORI!

Baca Juga:

Mari Berkenalan dengan Sastrawan dari Bungo Stray Dogs – Bagian 3: Kyoka Izumi dan Koyo Ozaki

Mari Berkenalan dengan Sastrawan dari Bungo Stray Dogs – Bagian 2: Doppo Kunikida dan Akiko Yosano

Mari Berkenalan dengan Sastrawan dari Bungo Stray Dogs – Bagian 1: Atsushi Nakajima dan Ryuunosuke Akutagawa

KAORI Newsline

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses