Hyouka menjadi salah satu anime unik yang sangat berkesan bahkan hingga kini. Kombinasi school life, komedi, hingga misteri yang ciamik membuat alur cerita dalam Hyouka mengundang rasa penasaran. Belum lagi kehadiran dua karakter utama yang bertolak belakang namun sama – sama ikonik, Eru Chitanda dan Hōtarō Oreki. Penonton dibuat terhibur dengan rasa penasaran Chitanda yang selalu mengganggu Oreki, seorang jenius dalam menguak hal – hal berbau misteri. Berbagai event atau festival yang dihadirkan dalam Hyouka menambah keseruan jalan ceritanya, mulai dari festival sekolah atau bunkasai, festival tahun baru, hingga Hinamatsuri atau festival boneka. Dalam artikel ini, KAORI akan membahas festival Hinamatsuri itu sendiri. Festival boneka Jepang ini sempat dihadirkan di episode terakhir Hyouka yang berjudul “Toumawari Suru Hina (遠まわりする雛)” atau “Boneka Hina yang Mengambil Jalan Memutar.”
Hinamatsuri dan Asal Usulnya
Hinamatsuri merupakan salah satu bagian dari lima festival tradisional Jepang yang dikenal dengan Gosekku. Dalam Gosekku, tiap – tiap festival diadakan pada tanggal dan bulan ganjil yang sama, yaitu pada 1 Januari, 3 Maret, 5 Mei, 7 Juli, dan 9 September. Tanggal – tanggal tersebut didapatkan setelah Jepang menggunakan sistem kalender Gregorian (sistem kalender yang juga kita gunakan hingga kini). Sebelumnya, kelima festival Gosekku diadakan pada hari yang dianggap membawa keberuntungan berdasarkan kalender Tiongkok. Hinamatsuri sendiri berada di urutan kedua dalam Gosekku, sehingga diadakan setiap tanggal 3 Maret. Hinamatsuri juga dikenal dengan Momo no Sekku atau festival bunga persik, karena di tanggal 3 Maret, biasanya bunga persik juga sedang mekar dengan indahnya.
Sama seperti festival lainnya dalam Gosekku, asal – usul Hinamatsuri berasal dari festival tradisional Tiongkok, yaitu Festival Shangsi. Festival Shangsi ini kemudian diadopsi oleh Jepang, dan pada awalnya dilaksanakan hanya di kalangan bangsawan kerajaan saja. Tujuan festival ini adalah untuk menghalau kekuatan negatif di dalam tubuh anak – anak, terutama anak perempuan (kini, Hinamatsuri juga dikenal dengan nama Girl’s day). Dalam proses pelaksanaannya, festival ini dipadukan ke dalam permainan anak – anak perempuan, yaitu hina asobi, di mana anak – anak bermain peran dengan boneka putri. Boneka ini dinamakan hina ningyou yang dipercaya mampu menyerap kekuatan negatif dari tubuh anak – anak. Seiring berjalannya waktu, hina asobi mulai dikenal di kalangan masyarakat luas, dan sama seperti festival lain di Jepang yang kebanyakan menggunakan akhiran matsuri, maka hina asobi akhirnya dikenal dengan nama hinamatsuri.
Dalam episode terakhir anime Hyouka, diceritakan festival Hinamatsuri di daerah Chitanda berada dilaksanakan pada tanggal 3 April, 1 bulan setelah tanggal perayaan Hinamatsuri pada umumnya. Hal ini dikarenakan perayaan Hinamatsuri tersebut masih dilaksanakan berdasarkan kalender lama yang digunakan Jepang, yaitu kalender Tiongkok atau di dalam animenya disebut dengan kalender Kyureki. Pelaksanaan Hinamatsuri dalam episode terakhir Hyouka dilaksanakan di Kuil Mizunashi, yang dalam dunia nyata, merupakan sebuah kuil yang terletak di Kota Takayama, dengan nama lengkapnya yaitu Kuil Hida Ichinomiya Mizunashi. Uniknya, perayaan Hinamatsuri di Kota Takayama memang masih dilaksanakan berdasarkan kalender lama.
Prosesi Hinamatsuri
Boneka hina atau hina ningyou menjadi ciri khas yang paling menonjol dalam perayaan Hinamatsuri. Boneka hina digunakan sebagai media untuk upacara penyucian. Boneka hina dipercaya dapat menyerap kemalangan dan unsur negatif dalam anak – anak, dan untuk menghilangkan kemalangan tersebut, boneka hina akan dihanyutkan ke sungai pada sore hari. Proses ini juga biasa disebut hinanagashi. Seiring berjalannya waktu, hinanagashi mulai ditinggalkan, dan masyarakat mengganti proses penyuciannya dengan memajang boneka hina. Mereka akan berdoa di depan boneka hina tersebut dengan harapan boneka hina yang dipajang dapat menggantikan anak perempuan dalam menerima kesialan dan energi negatif. Namun, boneka hina juga tidak boleh dipajang terlalu lama, karena masyarakat percaya hal tersebut justru memiliki efek negatif untuk para anak perempuan. Setelah hinamatsuri selesai, boneka hina akan disimpan untuk kemudian dipajang lagi di perayaan hinamatsuri tahun depannya.
Dalam memajang boneka Hina, terdapat urutan tertentu yang digunakan. Boneka Hina akan diletakkan di sebuah miniatur tangga yang disebut danzakari. Boneka Hina kemudian disusun berdasarkan jabatan atau gelar dari tiap – tiap boneka Hina. Sesuai urutan gelarnya, biasanya satu set boneka Hina terdiri dari Kaisar (o-dairi-sama), permaisuri (o-hina-sama), tiga boneka putri istana (san-nin kanjo), lima boneka pemusik pria (go-nin bayashi), dua boneka menteri (daijin), dan tiga boneka pesuruh pria (shichō). Kaisar dan permaisuri akan menempati tangga pertama, sedangkan empat tangga berikutnya diisi berurutan sesuai dengan urutan gelar di atas.
Selain adanya boneka hina, dalam perayaan Hinamatsuri terkadang juga ditampilkan pertunjukan musik, juga parade anak – anak yang mengenakan kostum boneka hina, dan seperti festival pada umumnya disajikan juga makanan – makanan khusus dalam perayaan Hinamatsuri.
Dalam anime Hyouka, prosesi Hinamatsuri sendiri cukup unik, karena alih – alih memajang boneka Hina, perayaan dilakukan dengan melakukan parade ‘boneka’ Hina, yang mana bonekanya adalah orang – orang asli yang menggunakan kostum boneka Hina. Boneka Hina yang di-cosplay-kan juga sesuai dengan jabatan/gelar yang ada. Misalnya saja dalam animenya, terlihat karakter Fuyumi Irisu atau Irisu-senpai yang mengambil peran kaisar, sedangkan Chitanda sendiri yang walaupun tidak dijelaskan, namun terlihat bahwa ia memerankan peran permaisuri. Parade diramaikan dengan lantunan musik dan juga pemandangan pohon sakura yang memukau. Rute parade ini yang menjadi misteri dan sebagai plot utama dalam Hyouka episode terakhir.
Makanan Khas dalam Perayaan Hinamatsuri
Walaupun dalam animenya tidak diperlihatkan makanan – makanan khas, beberapa makanan yang biasa disajikan dalam perayaan Hinamatsuri adalah Hinaarare, Hishimochi, Chirashi Sushi, dan Amazake. Hinaarare merupakan kue yang terbuat dari beras dan dibentuk menjadi bola – bola kecil. Warna kuenya pun bermacam – macam dan memiliki arti tertentu, misalnya warna putih, yang melambangkan tanah musim dingin, dan warna hijau yang melambangkan pucuk dari musim semi. Kue berikutnya yang dihidangkan yaitu kue hishimochi. Kue ini juga terbuat dari beras, dan bentuknya menyerupai kue lapis. Hishimochi biasanya juga dijadikan hiasan di samping boneka Hina yang dipajang. Selanjutnya ada Chiraishi Sushi. Chiraishi Sushi sering ditemukan sebagai hidangan makan malam. Menu ini merupakan alternatif Sushi pada umumnya, yang dihidangkan dalam mangkuk dan ditemani dengan aneka lauk seperti ikan, ayam, wortel, dan taburan nori. Menu terakhir yang disajikan dalam Hinamatsuri adalah Amazake atau sake manis. Minuman ini dibuat dari perasan beras yang kemudian ditambah dengan gula. Walaupun namanya sake, namun minuman ini tidak mengandung alkohol, sehingga anak – anak pun dapat ikut meminumnya.
Seputar Hyouka
Setelah anime perdananya tayang 9 tahun yang lalu, belum juga ada kabar mengenai musim keduanya. Hyouka mengisahkan kisah hidup dan sekolah Oreki Houtaro, yang kemudian bergabung ke dalam klub sastra. Di situ, ia bertemu dengan Eru Chitanda, ketua klub sastra yang memiliki rasa penasaran tinggi. Sialnya, semenjak pertemuan mereka, klub sastra selalu menemukan kisah dan kasus – kasus unik penuh misteri. Chitanda yang selalu penasaran, selalu berminat untuk memecahkan kasus – kasus tersebut. Ia juga kerap mendiskusikannya dengan Oreki dan anggota klub sastra lainnya, Mayaka Ibara dan Satoshi Fukube. Oreki yang memiliki kemampuan deduksi tinggi, dengan sedikit terpaksa selalu membantu Chitanda demi memuaskan rasa penasarannya.
Anime Hyouka adalah adaptasi dari seri novel ringan karya Honobu Yonezawa, dengan judul “Koten-bu shirīzu” atau “serial klub sastra klasik”. Hingga saat ini, terdapat 6 volume novel yang sudah dirilis di Indonesia oleh Penerbit Haru. Episode “Boneka Hina yang Mengambil Jalan Memutar” merupakan cerita dalam novel volume keempat.
Referensi:
Haq, M. (2018). Perayaan Hinamatsuri di Jepang (Kertas Karya). Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Nippon.com Staff. (2015). Hinamatsuri: Japan’s Doll Festival. www.nippon.com/en/features/jg00031/
Pan, H. (2019). All About Hina Matsuri: The Epic Japanese Doll Festival. https://livejapan.com/en/article-a0000994/
KAORI Newsline | Oleh Resi Wisaksono
sudah lama ngak melihat hinamatsuri dalam anime. sepertinya saya terlalu banyak menonton genre Fantasi
hehe sekarang memang lagi jarang anime slice of life yang ada festival tradisionalnya