Pernah ada suatu masa di mana Komik buatan dalam negeri merajai pasar Komik di Indonesia. Nama-nama seperti RA. Kosasih, Teguh Santosa, Hasmi, Kus Bram, Kho Wang Gie, Kho Ping Hoo, MAN, dan nama-nama lainnya begitu dicintai masyarakat atas kerya-karyanya yang memukau.
Kini setelah berakhirnya masa-masa kejayaan tersebut, Komik Indonesia terus bergerak dan berjuang dalam menemukan jati dirinya untuk terus mendapat tempat di hati masyarakat.
Pada hari Sabtu 7 Februari 2015 diadakan talkshow mengenai komik Indonesia yang dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama membahas mengenai sejarah perkembangan komik superhero Indonesia dan prospek pengembangannya di masa kini (baca liputannya pada tautan berikut ini), sementara sesi kedua membahas mengenai penerbitan komik secara independen. Talkshow ini sendiri dalam rangka perhelatan Pameran Komik Superhero dan Silat Indonesia yang diselenggarakan oleh KPKI (Komunitas Penerbit Komik Indonesia) bekerjasama dengan Museum Mandiri.
Dalam sesi kedua, penerbitan komik independen atau yang lebih dikenal sebagai komik independen dibahas sebagai alternatif dari penerbitan komik oleh penerbit besar. Masih dipandu oleh Yosafat Agus Suryono, dengan narasumber Rudy Moraszo dari Mandig Comics Studio, Jul Lee dari Relief Comic, Handi Yawan dari Handalmaker, dan Berny Julianto dari Neo Paradigm Comics.
Relief Comic: Salah satu penerbit independen yang eksis dengan komik bergenre tradisional
Pembuat komik yang baru merintis karirnya seringkali mempersulit diri sendiri karena memliki mindset bahwa karyanya harus diterbitkan oleh penerbit besar, sehingga ketika karyanya gagal masuk ke penerbit besar jadi merasa putus asa. Mindset ini yang pelru diubah agar pembuat komik tidak membatasi diri dalam memperkenalkan karyanya kepada pembaca hanya melalui penerbit besar. Apalagi dalam sejarahnya, penerbitan komik Indonesia di masa lalu memang banyak dilakukan oleh penerbit-penerbit kecil. Penyebab komik Indonesia sempat hilang sebenarnya lebih karena penerbit-penerbit kecil yang mau menerbitkan konten komik lokal menghilang karena tidak ada regenerasi pengelola.
Neo Paradigm Comics: Penerbit lokal asal kota pahlawan, Surabaya
Perkembangan teknologi dan jasa percetakan dewasa ini sebenarnya lebih memudahkan pembuat komik untuk menerbitkan komiknya sendiri. Selain itu, banyak saluran yang bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan dan menjual komik-komik yang diterbitkan sendiri. Perkembangan teknologi internet dan media sosial juga memberi banyak peluang bagi pembuat komik. Media sosial mempermudah promosi karena pembaca dapat ikut menularkan komik-komik yang mereka baca secara luas melalui jaringan kenalan dan komunitas mereka di media sosial. Media sosial juga memungkinkan interaksi langsung antara pembuat komik dan pembaca sehingga membangun rasa keterikatan yang kuat. Komik yang diterbitkan secara online yang cukup populer dapat kemudian diterbitkan dalam bentuk cetak sepertiArigato Macaroni, atau kalaupun belum diterbitkan dalam bentuk cetak, bisa juga memperoleh keuntungan dari merchandising seperti Nusantaranger
.Hal yang penting untuk diperhatikan adalah tidak perlu memulai dari sesuatu yang besar. Mulai dari berkarya sesuai kemampuan yang ada, dengan tetap menjaga kualitas dan konsisten melanjutkan karya tersebut. Selain itu, pembuat komik hendaknya juga saling membantu dalam saling mempromosikan komik-komik satu sama lain, karena memang pada dasarnya saling membutuhkan agar karyanya dapat dikenal oleh lebih banyak orang.
KAORI Newsline | oleh Halimun Muhammad