Waifu-mu Ada (Sebagian) Karena Futabatei Menciptakan Osei
Osei adalah wanita yang dalam Ukigumo, dikisahkan tinggal serumah dengan Bunzo. Bunzo dan Osei sebenarnya saling jatuh cinta, namun kehidupan Bunzo yang begitu tidak jelas dan temperamennya yang sulit ditebak (dan entah mengapa rasanya seperti gabungan Hachiman-nya Oregairu dan Shinji-nya Evangelion) membuat Osei “direbut” oleh Noboru Honda, “Kirito-nya” Ukigumo. Luntang-lantung dan akhirnya novel ini berakhir menggantung begitu saja.
Ukigumo tidak berbicara mengenai sebuah narasi besar; ia hanya menggambarkan sebuah aliran kehidupan seseorang. Ketika masuk dalam Kancolle, apa narasi besar seri ini?
Akagi mengatakan apa tujuan mereka dalam episode ketiga:
「私達かんむすは、存在したその瞬間から戦うことは運命つけられています。」
(Kita para kanmusu, semenjak kita hadir, berperang adalah takdir yang melekat kepada kita.)
Apa yang sebenarnya diperangi oleh para kanmusu ini dan mengapa hal tersebut menjadi begitu penting dalam seri ini? Dalam promo dan deskripsi anime ini yang diunggah oleh Kadokawa, inilah alasan mereka berperang.
人類がその制海権を失ってしまった世界。海を蹂躙する脅威、それが「深海棲艦」。その脅威に対抗できるのは、「艦娘」と呼ばれる在りし日の艦艇の魂を持つ娘たちだけ――。
(Dunia di mana kemanusiaan terancam oleh sang penguasa laut. Kekuatan yang mengancam laut, itu adalah “(Pasukan) Kapal Perang Dasar Laut.” Yang bisa melawan ancaman tersebut hanya perempuan yang memiliki jiwa kapal tempur masa silam, yang disebut “kanmusu”.)
Pada akhir episode 12, dalam kondisi putus asa dan kehilangan harapan, Nagato muncul pada saat-saat terakhir.
Setelah Airfield Hime berhasil dilumpuhkan, Akagi memberi pernyataan ini.
「変えたのです。定めのくびきに抗い、変わるはずのない何を私たちは変えたのです」
(Kita berhasil mengubahnya. Melawan takdir yang sudah ditentukan, kita berhasil mengubah hal yang tidak mungkin diubah.)
Dari tiga bukti di atas, rasa-rasanya cukup jelas apa narasi besar dari anime Kancolle ini: melawan sebuah kekuatan yang mengganggu umat manusia dan melawan takdir mereka. Tetapi apakah sebagaimana film-film anime lain berisikan plot yang sifatnya cukup terstruktur dan koheren, apakah cerita dalam episode-episode Kancolle menurut perspektif Fubuki, adakah niatan untuk memperdalam narasi sehingga menjadi terstruktur seperti itu?
Untuk mengukurnya, berikut sebuah tabel sederhana yang berisikan checklist poin kunci dalam setiap episode:
Variabel | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | Sum |
Ada pertempuran melawan musuh? | O | X | O | * | X | X | O | * | * | X | O | O | 6,5 |
Ada pembahasan strategi hadapi musuh? | X | X | O | O | X | X | O | * | X | X | O | O | 5,5 |
Ada pembahasan seputar alasan berperang? | X | X | O | X | X | X | X | O | X | O | O | O | 5 |
Ada diskusi filosofis tentang raison d’etre? | X | X | O | X | X | X | O | O | O | O | O | O | 7 |
Ada fanservice (rok, dada, dsb?) | * | O | X | O | O | O | X | O | * | * | * | X | 7 |
Ada adegan yang membuat penonton makin mengenal karakteristik sebuah karakter? | O | O | O | O | O | O | O | O | O | O | O | X | 11 |
X = tidak ada, O = ada, * = ½, ada tapi tidak signifikan (hanya sekitar 1-2 menit saja dari keseluruhan episode)
Dari data tersebut, jelaslah pengembangan karakter di mana penonton semakin mengenal trait sebuah karakter, muncul dalam setiap episode kecuali episode terakhir. Sedangkan narasi yang ada dalam seri ini hanya terbatas separuhnya saja, dibagi dengan imbang antara komponen-komponen lain. Mengenai durasi pertempuran, tidak dilakukan penghitungan secara durasi menit per menit namun dalam episode yang ditandai O, pertempuran tersebut dirasa cukup penting dan integral dalam membangun cerita.
Patut diperhatikan bahwa meski dalam tabel tersebut disebutkan “alasan berperang”, selain dari konsep “melawan takdir”, tidak pernah dijelaskan secara konkrit apa narasi besar maupun apa poin besar yang membuat mereka harus “melawan takdir” tersebut. Bahkan objek yang mau dilindungi pun (kemanusiaan) tidak pernah digambarkan dalam anime ini. Bangunan cerita ini mirip dengan Ukigumo.
Lalu mengenai perlawanan akan sisi pasifis Jepang, bila Hiromi menjelaskan konsep-konsep yang melekat dalam kapal Yamato dalam Space Battleship Yamato, dalam seri ini sebenarnya hanya tinggal meneruskan saja simbol-simbol yang ada pada permainan aslinya.

Dalam permainan aslinya, setiap kapal memiliki dekorasi yang menggambarkan simbol-simbol “warisan kapal masa lalu” yang tidak lain tidak bukan, adalah simbol kapal perang Jepang pada masa Perang Dunia II. Dalam Kancolle, bunga seruni (bunga krisan) sebagai lambang negara Jepang (kikumon, 菊紋) tergambar dalam desain karakter Nagato dan Yamato.

Lalu bagaimana dengan karakteristik anime Kancolle yang seluruhnya diisi dengan karakter perempuan, yang kelihatannya bertentangan dengan sisi maskulinitas Jepang yang dinarasikan sangat menitikberatkan peran laki-laki dalam anime Yamato? Unsur “maskulinitas”, adidaya yang dijelaskan Hiromi dalam Yamato bisa dibantu dengan teori Beautiful Fighting Girls Saito Tamaki. Saito memberi contoh anime Nausicaa yang sangat mengedepankan unsur artistik namun di satu sisi, unsur artistik tersebut bisa mendorong stimulasi seksual. Saito juga menjelaskan bagaimana di Jepang, karakter perempuan (khususnya remaja usia 12-18 tahun) memiliki status yang kurang lebih mirip dengan lelaki dewasa dalam superhero Amerika Serikat. Ada sisi kekuatan dengan magnet seksual sekaligus dalam tipikal beautiful fighting girls di anime Jepang. Begitu pula hasrat para karakter dalam anime ini yang di satu sisi ingin memenangkan dan membela kemanusiaan (kemanusiaan yang mana?), lalu di akhir episode 12 ditutup dengan adegan pangkalan laut yang kembali dalam situasi damai. Paradoks seperti ini terefleksi dalam anime ini secara general.
(Artikel ini tidak akan membahas lebih lanjut fenomena beautiful fighting girls menurut Saito karena bisa menjadi satu artikel panjang sendiri, namun kiranya cukup untuk memberi penjelasan mengenai legitimasi karakter di anime ini yang seluruhnya perempuan.)
Banyaknya karakter yang beragam dalam Kancolle menjadikannya sebagai potensi besar bagi para fans untuk mendapatkan waifu. Tidak ada yang salah dengan ini; desain karakter yang memang lovely dan tidak memungkiri kenyataan pula kalau ada orang yang menonton anime ini untuk menikmati waifu idamannya, sembari mengabaikan suara-suara nyinyir sembari menikmati cemilan. Tetapi apakah keberadaan gadis-gadis cantik ini cukup menunjukkan unsur adidaya Jepang yang ingin diwakilkan (atau setidaknya, terlihat ingin ditampilkan?)

Pemakaian simbol-simbol yang mengagungkan Jepang dan Angkatan Laut Jepang sudah cukup menjawab pertanyaan ini. Mereka, para gadis martir, mengambil inspirasi dari kapal-kapal dan simbol-simbol yang dirasa kontroversial. Misalnya syal putih yang dipakai oleh Yuudachi mulai episode ke-9. Syal putih ini menurut beberapa sumber adalah personifikasi ornamen yang dianggap dibenci oleh pasukan Amerika karena meski merupakan bagian dari kapal Yuudachi, pasukan Amerika melihat kapal Yuudachi menembak dengan ornamen terpasang. Bendera putih adalah simbol menyerah dan menembak dengan bendera putih terpasang dianggap tidak sopan, sehingga Yuudachi tetap ditenggelamkan pada akhirnya, dengan bendera putih yang benar-benar dikibarkan sebagai tanda menyerah.
Kesimpulan
Rasanya akan sangat menarik bila menggali satu-satu berbagai simbol dalam Kancolle, namun dari penjelasan di atas, ada beberapa hal menarik yang bisa disimpulkan:
- Kancolle adalah satu dari produk gerakan Genbunitchi yang hasilnya menciptakan fenomena kesusastraan Jepang yang tidak menekankan pada plot namun pada pengembangan karakter;
- Kancolle bukan anime pertama yang memasukkan unsur-unsur supremasi Jepang dan angan-angan Jepang menjadi negara adidaya pelindung dunia; hal serupa sudah dilakukan oleh Space Battleship Yamato;
- Mengetahui sejarah Jepang yang berbelok, jauh, banget, bisa dianggap adalah tujuan yang diinginkan secara nyata oleh sang pembuat cerita dengan unsur dan simbol yang ada dalam Kancolle.
- Menonton Kancolle selain untuk mendapatkan pengetahuan sejarah (yang berbelok, jauh, banget itu), juga bisa dilakukan untuk menikmati waifu kesukaan dan ini adalah hal yang normal dalam fenomena anime kontemporer saat ini.
Positif
- Pengembangan karakter yang menarik dan membuat penonton mencintai trait karakternya
- Lagu penutup yang bagus. The next Suzuki Konomi?
- Diomedea sekilas mengingatkan akan Campione.
- Pada bagian pertempuran, it’s well done!
Negatif
- Lagu latar yang biasa saja
- Jumlah karakter yang terlalu banyak membuat banyak karakter berakhir sebagai pemeran penghibur saja
- Tidak ada narasi besar yang jelas (rasionalitasnya sudah dibahas panjang lebar di atas)
- Ke mana sang laksamana?
Yang Disayangkan
- Terlepas dari tulisan panjang ini, masih banyak anime lain yang lebih berfaedah buat ditonton dan punya pengembangan karakter lebih baik dari seri ini. (Tontonlah Saekano)
Bacaan lebih lanjut
- Ryan, Marleigh Grayer dan Futabatei, Shimei. 1965. Japan’s First Modern Novel: Ukigumo of Futabatei Shimei. New York: Columbia University Press.
- Twine, Nanette. 1978. The Genbunitchi Movement: Its Origin, Development, and Conclusion. Monumenta Nipponica Vol. 33, No. 3, hlm. 333-356. Tokyo: Sophia University.
- Hiromi, Mizuno. 2007. When Pacifist Japan Fights: Historicizing Desires in Anime. Mechademia, Vol. 2, Networks of Desire, hlm. 104-123. Minneapolis: University of Minnesota Press.
- Saito, Tamaki dkk. 2011. Beautiful Fighting Girl. Minneapolis: University Of Minnesota Press.
KAORI Newsline | oleh Kevin W
Soal kenapa perempuan,sampeyan merumitkan,jd saya kasih jawaban simpelnya: semua kapal perang di dunia direfer sebagai perempuan (“her”,”she”),sesimpel itu.
Sebenarnya kalau diteliti, alasannya lebih dari itu loh…
Mungkin juga karena selama ini tidak ada yg bilang kapal, bahkan kendaraan lain, itu “ganteng”. Pasti disebut “cantik”.
Kalau alasannya sesimpel itu, bagaimana kita bisa menjelaskan fenomena seperti Sengoku Collection yang mengubah samurai-samurai cowok jadi karakter cewek? Sementara di sisi lain, ada juga produk garam mandi Kaiji no Yu yang justru menggambarkan kapal sebagai cowok ganteng.
Boleh itu buat penelitian yang lebih jauh. Apalagi Jepang katanya mau membangkitkan kembali militernya kan?
Kalau melihat retorika Abe selama beberapa tahun ini sepertinya memang terlihat sangat ingin melepaskan Jepang dari status quo-nya….
Soal kenapa laksamananya ga keliatan, kan animenya ini diangkat dari game
Jadi diharapkan yang nonton ini adalah sebagian besar yang main gamenya yaitu laksmananya
Dengan ga dikasih liat wajah laksamananya, para pemain diharapkan bisa tetep ngebayangin kalo dirinya tuh si laksamana