Maid Café: Menghidupkan Khayalan dengan Role-Play Interaktif

0
Mamiya Cafe, Bulungan

Maid café adalah salah satu bentuk hiburan yang berkaitan dengan budaya anime/manga/gim. Standarnya, kafe ini menghadirkan pelayan yang mengenakan kostum, menghidangkan makanan disertai dengan obrolan ringan atau permainan dengan pelanggan. Kostum yang dikenakan lazimnya terinspirasi dari pakaian maid atau pelayan rumah mewah era Victoria. Namun ada juga yang menggunakan tema lain, atau kostum karakter dari anime/manga/gim spesifik.

Maid café telah berkembang di Jepang sejak akhir 1990an/awal 2000an. Dalam beberapa tahun terakhir, maid café juga mulai bermunculan di Indonesia. Walaupun berbeda dengan maid café Jepang yang biasanya menetapi bangunan permanen, maid café di Indonesia biasanya menyertai penyelenggaraan event Jejepangan atau bahkan menjadi event sendiri. Salah satu contohnya adalah event “Mamiya Café” yang diselenggarakan di Ambassador Café Bulungan, Jakarta Selatan, dua pekan lalu (14/6).

Artikel ini bermaksud untuk menelaah lebih jauh fenomena maid café di Indonesia melalui perbandingan pengamatan penulis di event “Mamiya Café” dengan penelitian Patrick Galbraith terhadap maid café di Tokyo. Walaupun contoh satu event saja memang tidak cukup untuk digeneralisasikan kepada semua maid café di Indonesia, tapi penulis berharap temuan dari kajian ini dapat menjadi inspirasi dan landasan acuan bagi kajian maid café di Indonesia ke depannya.

Interaksi Peran Dalam Maid Cafe

Berdasarkan kajian Galbraith (2013), maid café dapat dikatakan merupakan suatu role-play interaktif. Dalam balutan kostum, pelayan maid café memainkan peran sebagai karakter yang terpisah dari pribadi aslinya, dengan sifat-sifat yang terinspirasi dari karakterisasi tokoh anime/manga/game. Para pelanggan berinteraksi dengan peran fiktif yang dimainkan oleh pelayan, bukan dengan pribadi asli pelayan. Dan pelanggan sendiri memainkan peran yang sesuai dengan peran yang dimainkan oleh pelayan. Misalnya, dengan pelayan yang berperan sebagai maid, pelanggan berperan sebagai majikan (goshujin-sama); atau dengan pelayan yang berperan sebagai karakter adik perempuan (imōto), maka pelanggan berperan sebagai kakak laki-laki (onii-chan) (kalau pelanggannya laki-laki).

Interaksi peran dalam maid café tersebut lebih dimaksudkan untuk merasakan interaksi dengan karakter fiksi seperti yang ada di anime/manga/gim dalam lingkungan dunia nyata, bukan untuk menjalin hubungan pribadi dengan yang memainkan peran. Interaksi antara pelayan dan pelanggan dibatasi hanya dalam peran yang dimainkan masing-masing. Maid café adalah ruang fantasi di mana pelanggan dan pelayan dapat bersama-sama mewujudkan dunia khayalan (dunia “2 dimensi”) di dunia nyata (dunia “3 dimensi”), suatu jembatan di antara keduanya (dunia “2,5 dimensi”).

Skenario interaksi fiktif tersebut biasanya dipertegas dengan aturan-aturan kafe yang melarang pelanggan menanyakan informasi pribadi pelayan (kecuali soal hobi dan kegemaran), dan melarang pelanggan untuk menggoda atau melakukan pelecehan seksual kepada pelayan, baik secara vebal maupun fisik. Pembatasan jarak dalam interaksi fiktif itu juga yang memberikan kesenangan

Event “Mamiya Café” sendiri secara spesifik mengangkat tema gim populer Kantai Collection. Di sini, peran yang dimainkan oleh pelayan dan pelanggan ditentukan secara jelas dari konsepnya. Para pelayan berperan sebagai kanmusu (gadis kapal) atau personifikasi kapal perang dari gim tersebut. Sementara para pelanggan berperan sebagai teitoku (laksamana) yang merupakan peran dari pemain dalam gimnya. Selain mengenakan kostum karakternya, para pelayan juga memainkan tingkah laku khas karakter yang diperankannya. Misalnya Yūdachi yang banyak menambahkan “poi” di akhir kalimatnya.

Memainkan peran sebagai Naka, sang idola armada
Memainkan peran sebagai Naka, sang idola armada

Sebagaimana maid café di Jepang, di kafe ini juga ada aturan yang membatasi bagaimana pelanggan dapat berinteraksi dengan pelayan. Di antaranya pelanggan dilarang melakukan kontok fisik dan non-fisik yang berlebihan dengan pelayan, dilarang menanyakan informasi pribadi pelayan, dan dilarang selfie dengan pelayan. Pelanggaran sekali terhadap peraturan akan dikenai peringatan, dan lebih dari itu pelanggan akan dikeluarkan dari kafe.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses