Tumbuhnya Benih-Benih Cinta Antara Tsukasa dan Isla
Seiring berjalannya cerita, perkembangan hubungan dan karakter merupakan salah satu kekuatan dari seri anime Plastic Memories. Karena sejak awal dikisahkan terus bekerja bersamaan dan hidup bersama, perlahan antara Tsukasa dan Isla yang semula saling canggung dalam berbicara mulai tumbuh perasaan cinta.

Mulai dari sini jalannya alur cerita pada seri anime ini mulai mengalami perubahan, dari yang semula mengenai pekerjaan mengambil Giftia yang sudah berakhir masa hidupnya, sejak pertengahan musim penonton akan diajak untuk mendalami kisah antara Tsukasa dengan Isla, seorang Giftia yang masa hidupnya tak lama lagi berakhir. Hubungan antara kedua pekerja ini cukup menarik perhatian dari rekan-rekan kerja lainnya, bahkan hingga sang atasan pun turut larut dalam hubungan kedua pekerjanya tersebut.
Hal yang membedakan kisah drama-percintaan Plastic Memories dengan seri anime lainnya adalah bahwa pada seri ini kisah drama-percintaan, terutama yang menyangkut karakter yang akan segera berakhir masa hidupnya tidak dibawakan dengan cukup cengeng, justru cerita terkadang dibawakan dengan sudut pandang komedi yang menyoroti proses percintaan kedua insan tersebut. Beberapa kali ditampilkan para pekerja pria (terutama Yasutaka) memberi saran pada Tsukasa untuk tips PDKT dengan Isla dan para pekerja wanita (terutama Michiru) memberi saran pada Isla yang justru menghasilkan sesuatu yang cukup aneh dan kadang membuat gelak tawa. Tak lupa pula peran Kazuki, mantan rekan Isla yang sering memberi saran dengan nada sedikit menekan untuk Tsukasa agar tidak “salah langkah” dalam menjalin hubungan dengan Isla.
Suasana komedi dalam kisah drama yang dibawakan cukup terasa disaat Tsukasa menyatakan cinta pada Isla. Meski sempat ditolak, namun alih-alih menampilkan adegan dengan suasana mellow, dramatik, dan salty sekalipun, Plastic Memories justru menyuguhkan sosok Tsukasa yang mengenaskan namun memancing gelak tawa ketika sempat ditolak oleh Isla. Bahkan akibat ditolak, seisi ruang kerja Terminal Service No.1 menjadi aneh dan dipenuhi kejadian yang mengundak gelak tawa karena sosok Tsukasa yang seperti kehilangan semangat hidup akibat ditolak wanita idamannya.

Hubungan Membaik Tidak Selalu Baik
Dalam sebuah hubungan antar-pribadi sendiri, jika kedua individu sudah menjalin hubungan dengan cukup akrab, kemungkinan yang terjadi adalah, apakah hubungan tersebut akan berlanjut, stagnan, atau justru kandas. Namun dapat juga terjadi sebuah proses dari hubungan yang berlanjut menjadi kandas maupun sebaliknya (yang semula kandas menjadi berlanjut baik). Plastic Memories menyajikan bagaimana hubungan Tsukasa dan Isla yang sempat kandas akibat ditolak (meski ditampilkan dengan gaya komedi), hingga diperparah dengan diputuskannya hubungan kerja antara Tsukasa dengan Isla oleh Kazuki. Namun dibalik diputuskannya hubungan kerja antara Tsukasa dengan Isla ternyata membuat masing-masing pihak menyadari bahwa mereka saling membutuhkan dan saling mencintai, hingga akhirnya Isla pun menerima pernyataan cinta Tsukasa. Hal ini menggambarkan dengan jelas bahwa dalam sebuah hubungan antar-pribadi, konflik pasti akan selalu terjadi, tidak dapat terhindarkan, meski terkesan bersifat destruktif namun konflik juga berpotensi untuk mempererat hubungan.
Meski sudah resmi jadian, namun hal itu tidak membuat hubungan keduanya juga membaik, beberapa kali sempat muncul keraguan dari Isla karena ia merasa saat sudah jadian justru ia sulit berinteraksi dengan normal kepada Tsukasa. Hal ini tentunya juga turut mempertanyakan apakah jika menjalin hubungan percintaan benar-benar bisa mempererat hubungan keduanya? Lambat laun keduanya pun mulai membiasakan diri saling berinteraksi dengan tidak terlalu terikat pada “status hubungan” yang tengah dijalani. Meski mengetahui bahwa usia hubungan keduanya tidak dapat berlanjut lama karena Isla akan menghadapi akhir hidupnya, Tsukasa dan Isla mampu menjalani sisa waktu yang ada dengan maksimal (hingga menyempatkan diri untuk saling berduaan di kamar mandi).
Penutup

Meski sempat dicap sebagai anime cengeng musim ini, namun Plastic Memories tidak hanya mampu mengangkat kisah drama yang ada, tapi juga dapat menyajikan berbagai macam bentuk dan proses dari hubungan antar-pribadi tiap-tiap karakter di tiap-tiap kisahnya. Mulai dari para pekerja yang harus menjalin hubungan baik dengan klien, lalu antara klien dan Giftia yang saling tumbuh pengertian, hubungan Tsukasa sang staf baru dengan rekan kerjanya, hingga perkembangan hubungan romansa Tsukasa dengan Giftia Isla.
Tema perkembangan hubungan ini secara tersirat juga ditampilkan pada setiap lagu pembuka dari tiap episodenya. Sejak episode 2, di bagian akhir lagu pembuka ditampilkan sosok Isla yang tiap episode memiliki ekspresi wajah yang berbeda-beda. Jika diperhatikan dengan seksama perubahan ekspresi wajah Isla pada bagian lagu pembuka ini menandakan perkembangan karakter dari Isla itu sendiri, yang semula seorang karakter pendiam menjadi karakter yang cukup periang dan kadang terkesan konyol.
Padatnya muatan komedi serta humor dari masing-masing karakter di seri anime ini menjadikan Plastic Memories tidak semata-mata menjadi anime cengeng, namun juga memiliki humor yang ringan dan menggelitik apalagi jika humor tersebut sudah menyangkut masalah hubungan antar-pribadi. Hanya di anime ini ditemukan bagian akhir episode yang dibawakan dengan nuansa sedih namun di episode berikutnya justru diawali dengan sesuatu yang memancing gelak tawa, seperti saat Tsukasa ditolak di akhir episode yang justru jadi bahan lawakan episode berikutnya.
Episode akhir dari seri anime ini pun tidak hanya menyajikan kisah perpisahan dari hubungan cinta Tsukasa dengan Isla yang berakhir masa hidupnya dengan nuansa drama yang menguras air mata, namun juga membawakan pesan untuk menjalani hidup dengan semaksimal mungkin. Jika pada awal penayangannya seri anime ini muncul pertanyaan yang berbunyi “Jika kita hidup dengan batas waktu yang sudah ditentukan, apa yang akan kita lakukan dalam hidup?”, maka dengan 13 episode ini Isla yang mengakhiri masa hidupnya yang telah ditentukan berusaha menyampaikan pesan untuk hiduplah dengan semaksimal mungkin, dan membuat banyak ingatan yang tak terlupakan selama hidup.
Bisa dikatakan bahwa alih-alih disebut sebagai anime drama cengeng, Plastic Memories justru menyajikan kisah yang ringan, santai, menggelitik dan kadang memancing gelak tawa mengenai hubungan antar-pribadi yang merupakan refleksi dari kehidupan sehari-hari. Dicetuskannya konsep Giftia yang hidup dengan batas waktu semata-mata hanya menjadikan bumbu sampingan dari seri ini agar alur drama dalam kisah hubungan antar Giftia dan manusia bisa mudah dibentuk. Meski pada akhir tidak terlalu jelas bagaimana kelanjutan kisah Tsukasa di kantornya, namun seri anime ini berhasil menyampaikan berbagai makna yang terkandung dalam sebuah serial animasi.

Referensi: DeVito, Joseph A, “The Interpersonal Communication Book –13th ed,” Pearson Education (2013)
KAORI Newsline | Oleh Rafly Nugroho
Eto ne gonbawaa