Penjuru Internet: Pers, Nasionalisme Musik, dan Gaijin

0

penjuruinternet-titles-hd

Penjuru Internet adalah segmen mingguan yang diasuh oleh pemred KAORI Nusantara, setiap pekan menyajikan tiga artikel pilihan dari penjuru Internet, baru atau lama, yang akan membuka wawasan pembaca mengenai sisi lain Jepang maupun kebudayaan anime yang tidak terjangkau oleh KAORI maupun media lainnya.

Selamat datang dalam edisi kedua Penjuru Internet. Pada edisi kali ini, KAORI melihat analisis dari berbagai media internasional seputar akuisisi harian terkemuka asal Inggris Financial Times oleh Nikkei, agenda nasionalis di balik musik pop Jepang, dan bagaimana istilah gaijin dipakai di Jepang.

Berikut empat artikel pilihan dari segmen Penjuru Internet edisi kedua.

Nikkei’s Surprising Purchase of the Financial Times The Economist

The Economist membahas kekhawatiran akan nasib Financial Times

(FT) setelah diakuisisi oleh Nikkei, perusahaan media yang mengkhususkan diri dalam berita ekonomi dan finansial. FT sampai akhir bulan lalu dimiliki oleh konglomerat penerbitan asal Inggris Pearson plc dan mendapat kebebasan di ruang redaksi dalam memberitakan berbagai skandal finansial baik di Inggris maupun di dunia. FT juga menjadi media pertama dan media tujuan para whistleblower dan memegang peranan penting saat membocorkan skandal akuntansi perusahaan Olympus. The Economist skeptis apakah FT masih akan bisa menjaga kemerdekaannya setelah diakuisis oleh Nikkei, terlebih media Jepang dikenal sangat menghindari pembahasan skandal perusahaan karena khawatir akan kehilangan pendapatan iklan.

Journalist wonder if the Financial Times is safe in Nikkei’s hands The Guardian

The Guardian, harian terkemuka Inggris mengumpulkan berbagai pendapat wartawan senior Inggris yang mempertanyakan nasib FT setelah diakuisis oleh Nikkei. Seorang wartawan senior melabeli Nikkei sebagai “mesin humas perusahaan Jepang” dan menuduh Nikkei abai akan skandal perusahaan besar di Jepang. Mantan whistleblower Olympus Michael Woodford juga skeptis, menyebut Nikkei sebagai corong propaganda Jepang dan membandingkan dengan FT, Nikkei “seperti kantor humas bagi Olympus.”

Japan’s Nationalistic Music Scene: Pop Goes the Rising Sun MarketWatch

Saat Kyary Pamyu-Pamyu menyambut Tahun Baru 2013 dengan bendera Kekaisaran Jepang pada Perang Dunia II, netizen Korea Selatan bereaksi keras dan tidak lama kemudian, Kyary Pamyu-Pamyu membatalkan konser di Seoul. MarketWatch membahas kecenderungan musisi dan artis Jepang mengangkat tema nasionalisme serta perselingkuhan politik dengan musik di mana dalam kadar ekstrem, anggota AKB48 dipakai untuk mengiklankan kaderisasi militer Jepang. Di sisi lain, meningkatnya nasionalisme dalam musik menjadi refleksi di balik masa depan suram dan tak menentu yang dihadapi generasi muda Jepang saat ini.

Once a “Gaijin,” Always a “Gaijin” Japan Times

Di balik istilah gaijin (singkatan dari gaikokujin [orang asing]), ada makna mendalam. Ternyata, gaijin tidak hanya dipakai sebagaimana orang Indonesia menyebut bule untuk orang asing, ada rasa diskriminasi dan rasa penolakan orang Jepang akan orang asing, selama apapun dan sebaik apapun ia menjadi warga negara Jepang.

KAORI Newsline | oleh Kevin W

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses