“Koro-sensei harus dibunuh sebelum upacara kelulusan, tapi haruskah kita melakukan demikian?”

Membuka lembaran baru di tahun 2016 ini, pihak Moxienotion beserta Encorefilms kembali mempersembahkan satu film Jepang yang diadaptasi dari sebuah seri komik. Melanjutkan film pertamanya, kini para murid kelas 3-E SMP Kunugigaoka dan Koro-sensei hadir menyapa Indonesia dalam film Assassination Classroom II: Graduation. Film ini merupakan film pertama yang dibawa oleh Moxienotion dan Encorefilms di Indonesia pada tahun ini.

Masih diproduksi oleh tim produksi yang sama dengan film pertamanya, Assassination Classroom II: Graduation tidak banyak memiliki perubahan susunan pemeran. Disutradarai oleh Eiichiro Hasumi, film ini diperankan oleh Ryosuke Yamada sebagai Nagisa Shiota, Masaki Suda sebagai Karma Akabane, Maika Yamamoto sebagai Kaede Kayano, Kippei Shina sebagai Tadaomi Karasuma, serta salah satu aktris keturunan Korea Selatan, Jiyoung yang berperan sebagai Irina Jelavic. Selain itu film keduanya ini memperkenalkan pemeran baru, yakni Hiroki Narimiya sebagai Kotaro Nagisawa, dan Mirei Kitani sebagai Aguri Yukimura. Tak lupa pula kehadiran Kazunari Ninomiya yang jika pada film pertamanya hanya berperan mengisi suara Koro-sensei, di film kedua ini ia tampil memerankan Koro-sensei di masa lalu saat masih menjadi seorang manusia.

AC2_WebPoster-IND

Sinopsis

Film Assassination Classroom II: Graduation melanjutkan kisah mengenai usaha para murid-murid buangan di kelas 3-E SMP Kunugigaoka yang diberi tugas untuk membunuh sesosok makhluk misterius yang akan menghancurkan Bumi pada upacara kelulusan mereka. Bagi siapapun yang berhasil membunuh makhluk yang di namai Koro-sensei tersebut akan mendapatkan imbalan berupa uang tunai sebesar 10juta Yen. Dalam usaha pembunuhan tersebut, para murid SMP di kelas 3-E pun mendapatkan pendidikan bagaimana menjadi seorang pembunuh ulung.

Dalam film Assassination Classroom II ini, cerita di buka saat murid-murid kelas 3-E dan Koro-sensei membuka lembaran baru di semester baru. Mengawali semester baru ini, kelas 3-E di sibukkan dengan persiapan untuk acara festival sekolah. Meskipun sebagai kelas buangan dan tidak di anggap oleh sekolah (bahkan ruang kelas 3-E terpisah dengan sekolah utama), kelas ini masih ikut serta dalam perayaan festival sekolah. Menyambut acara tersebut Nagisa, Karma, dan teman sekelasnya menyiapkan sebuah pementasan drama. Pementasan drama tersebut di adakan sebagai sebuah pertunjukkan yang akan memancing Koro-sensei agar bisa di bunuh sebelum ia sempat menghancurkan bumi. Namun di tengah persiapan tersebut, muncul sesosok sniper bernama “Red Eyes” yang juga mengincar Koro-sensei. Tidak hanya itu, perlahan misteri masa lalu Koro-sensei dan kaitannya dengan Kaede Kayano mulai terbuka, kenyataan akan apa sebenarnya sosok Koro-sensei perlahan dijawab dalam film ini.

Bukan Lagi Sebuah Assassination Classroom, Melainkan International Assassination

Menonton film Assassination Classroom II, penonton akan di suguhkan dengan adegan pembuka saat Shinigami (God of Death), sosok masa lalu dari Koro-sensei di bawa menuju ke sebuah fasilitas rahasia dengan pengamaman super ketat, lampu sorot menyinari tubuh pria paruh baya yang di balut erat dengan berbagai ikatan yang bahkan tidak memungkinkan seujung jari kelingkingnya untuk menggapai bebas semesta di sekitarnya. Sosok pria paruh baya yang sekujur tubuhnya terikat ini berjalan masuk ke sebuah fasilitas rahasia dengan tatapan tajam dari para pasukan khusus yang menatap dirinya dari balik teropong sebuah senapan dengan telunjuk yang nyaman berada di tumpuan pelatuk yang siap menghantar timah panas melesat ke arah dirinya.

Adegan ini seakan menyiratkan bahwa usaha pembunuhan Koro-sensei merupakan sebuah proses perjalanan yang rumit, bukan lagi sekadar urusan murid-murid kelas 3 SMP yang masuk di kelas buangan. Koro-sensei adalah sosok yang sudah menjadi target incaran bagi banyak pihak. Urusan pembunuhan Koro-sensei adalah permasalahan internasional, bukan lagi urusan kelas 3-E, bukan lagi urusan kementerian pertahanan Jepang semata, mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh makhluk dengan kecepatan 20 Mach tersebut adalah ancaman penghancuran bumi, setelah sebelumnya ia memusnahkan 70% permukaan bulan.

Berbeda dengan film pertamanya, di film Assassination Classroom II ini upaya pembunuhan Koro-sensei bukan lagi urusan murid-murid kelas 3-E semata. Kemunculan sniper dengan julukan “Red Eyes”, keterlibatan negara lain selain Jepang untuk menciptakan senjata laser pemusnah Koro-sensei serta pihak militer dan kementerian pertahanan Jepang yang mulai bergerak merupakan pertanda bahwa ancaman Koro-sensei merupakan masalah Internasional. Oleh karena itu, pada film ini murid-murid kelas 3-E harus bisa membunuh Koro-sensei sebelum tenggat waktu yang di berikan, dan sebelum sang guru di bunuh oleh pihak lain yang juga turut andil.

Lebih Banyak Aksi serta Menguras Emosi

Di adaptasi dari sebuah serial komik shonen, sudah tentu film ini menampilkan cukup banyak aksi. Di karenakan pembunuhan terhadap Koro-sensei di lakukan tidak hanya oleh kelas 3-E saja, maka banyak pihak yang juga turut serta melancarkan aksi merencanakan pembunuhan terhadap Koro-sensei. Mulai dari Sniper, hingga pasukan militer bersiap melancarkan serangan terbaiknya. Selain itu di film kedua ini, sosok sebenarnya dari Kaede Kayano pun di tampilkan di mana ia mulai kehilangan dirinya dan menyerang Koro-sensei secara membabi buta.

Peran Kaede Kayano di film Assassination Classroom II ini mengalami perubahan yang cukup signifikan. Menonton film pertamanya, penonton hanya akan terfokus pada sosok karakter Koro-sensei, Nagisa, Karma, dan berbagai karakter yang cukup berandil penting lainnya. Hampir tidak terlihat aksi Kaede Kayano sebagai murid yang bisa melancarkan aksi tak terduga di film pertamanya. Namun di film kedua ini, peran Kaede mulai menjadi sentral dalam seperempat film pertama. Mulai disorotnya Kaede yang pada film pertamanya bahkan tidak terlalu diperhatikan ini di karenakan mulai terungkap siapa sosok sebenarnya seorang Kaede Kayano. Hal ini menarik, mengingat karakterisasi Kaede yang semakin kuat dan bisa di bilang cukup tak terduga karena sosok Kaede sebagai karakter perempuan yang terlihat biasa-biasa saja tiba-tiba kepribadiannya berubah secara drastis.

Perubahan kepribadian Kayano secara drastis ini di bangun oleh pengalaman masa lalunya yang memiliki keterkaitan dengan masa lalu Koro-sensei. Keterkaitan hubungan masa lalu antara Kayano dengan Koro-sensei ini tidak hanya mengubah kepribadian Kaede saja, namun bagaimana murid-murid kelas 3-E dan Koro-sensei memandang Kayano pun seketika berubah ketika mengetahui kenyataan tersebut.

Masa lalu menjadi kunci utama dari film Assassination Classroom II ini. Selain masa lalu dari karakter Kaede Kayano, masa lalu dari sosok sang guru, Koro-sensei juga menjadi salah satu pokok cerita di film ini. Film kedua ini di buka dengan penampilan sosok Koro-sensei di masa lalu saat ia masih menjadi seorang manusia. Perlahan setelah tabir kenyataan mengenai Kayano terbuka, Koro-sensei pun akhirnya mau tidak mau harus menceritakan masa lalunya sebagai Shinigami dan bagaimana ia berakhir menjadi pengajar di kelas 3-E.

Dalam penyampaian kisah masa lalu ini, alunan emosi penonton akan di coba di bawa terombang-ambing mengalir menjalani cerita dari sudut pandang yang cukup berbeda. Kisah masa lalu dari Koro-sensei, Kaede Kayano, serta Aguri Yukimura, guru kelas 3-E sebelum Koro-sensei merupakan bagian yang cukup menyentuh sisi emosional. Mengikuti kisah masa lalu ini penonton akan di ajak menyelami sesuatu yang berbeda. Keluar sejenak dari hiruk-pikuk tema pembunuhan Koro-sensei serta ancaman peledakan bumi, kisah masa lalu ini di kemas dengan pendekatan yang cukup humanis, terlepas dari kesan fiksi ilmiah dan intrik di dalamnya, hubungan antara Koro-sensei, Kaede Kayano, dan Aguri Yukimura di masa lalu mampu membangun nuansa emosional di film ini.

Ulasan film Assassination Classroom II: Graduation berlanjut ke halaman berikutnya.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.