Pertentangan akan Peran

Hal menarik lainnya yang ada di seri Assassination Classroom sejak masih di komiknya adalah peran unik antara Koro-sensei dan murid-murid di kelas 3-E. Di satu sisi, Koro-sensei adalah guru dari murid-murid di kelas 3-E, namun di saat yang bersamaan, ia juga merupakan target yang harus dibunuh oleh Nagisa, Karma, dan kawan-kawan sekelasnya. Pada film kedua ini, tema mengenai peran Koro-sensei dan murid-murid di kelas 3-E ini berkembang menjadi sebuah konflik tersendiri.

Setelah para murid-murid kelas 3-E mengetahui kenyataan akan masa lalu dari Koro-sensei, kelas pun terbagi menjadi dua. Nagisa merasa bahwa Koro-sensei harus di selamatkan alih-alih di bunuh, karena ia adalah guru yang telah memberikan kepercayaan diri dan percaya pada potensi yang di miliki oleh para murid buangan di kelas 3-E. Disisi lain, beberapa teman Nagisa pun tidak setuju akan hal tersebut, bagaimanapun keadaannya, Koro-sensei haruslah dibunuh.

Menariknya konflik tersebut semua didasari atas interpretasi dari peran Koro-sensei di kelas 3-E. Nagisa meyakini bahwa sebagai murid yang telah diberikan pendidikan dan motivasi oleh Koro-sensei, menyelamatkannya adalah sebuah tanda balas jasa. Namun temannya, termasuk Karma Akabane menganggap bahwa Koro-sensei adalah guru yang juga telah mengajari bagaimana cara menjadi seorang assassin terlatih, sehingga bagaimana cara membalas budi kepada Koro-sensei adalah dengan membunuhnya, menunjukkan bahwa murid-murid di kelas 3-E bisa mengamalkan dengan baik ajaran dari Koro-sensei, selain itu sedari awal Koro-sensei juga telah menaruh keyakinan bahwa salah satu dari murid di kelas tersebut pasti ada yang bisa membunuhnya suatu saat nanti.

Sebagai konsekuensi dari adanya pertentangan ide tersebut, kelas 3-E pun terbelah menjadi dua. Di sini penonton akan ditunjukkan pertentangan dari dua pihak yang mempertaruhkan hal yang sama, peran dari Koro-sensei, hanya saja dengan interpretasi masing-masing yang berbeda. Untuk menyelesaikan konflik tersebut, Koro-sensei pun hadir dan memberikan saran bahwa Nagisa dan Karma harus bertarung, siapapun yang menang itulah keputusan yang akan diambil oleh kelas. Di sini kembali ditunjukkan konflik dari apa peran Koro-sensei dalam kelas 3-E tersebut, jika sebelumnya muncul dilema antara Koro-sensei sebagai seorang guru atau target pembunuhan, di adegan ini Koro-sensei justru bertindak sebagai pihak penengah, bersamaan dengan perannya sebagai guru dan target pembunuhan.

Perkembangan konflik dari terbelahnya kelas 3-E ini juga menuju pada sebuah resolusi konflik yang patut direnungkan. Dengan terpecahnya pemikiran dan pertarungan dari Nagisa serta Karma, selepas itu justru kelas 3-E menjadi lebih erat daripada sebelumnya. Menyaksikan konflik tersebut Koro-sensei pun sempat mengucapkan kata “Ini bagus, dengan konflik ini murid-murid di kelas 3-E justru semakin erat, dengan bertarung secara serius, Karma dan Nagisa menjadi lebih dekat dan mulai saling mengerti”. Kalimat dari Koro-sensei tersebut menarik untuk direnungkan, apakah konflik itu buruk? Apakah memang selamanya konflik itu sesuatu yang buruk? Dalam sebuah hubungan apapun bentuknya konflik tidak selamanya buruk, justru dengan adanya konflik bisa juga mempererat hubungan dan memperbaiki apa yang salah dalam sebuah hubungan.

Penutup

Pada bulan April ini, Moxienotion serta Encore Films mempersembahkan film lanjutan film live action Assassination Classroom II: Graduation. Meskipun diangkat dari serial komik dan anime dengan demografi shonen, film ini tidak hanya memuat mengenai aksi semata, ada pula kisah masa lalu Koro-sensei yang cukup menyentuh, serta pertentangan peran yang cukup menarik.

Sebagai penutup seri (yang mana seri komiknya di Jepang sudah tamat dan seri animenya akan segera berakhir juga), akhir dari film Assassination Classroom II: Graduation ini cukup menyentuh. Menutup film ini, Koro-sensei mengucapkan kata-kata yang berbunyi “Dengan ini, maka Assassination Classroom berakhir, terima kasih atas tahun yang luar biasa ini.” Mengingat pada film ini sang penulis, Yuusei Matsui juga berperan menulis naskah, bisa saja bahwa ini adalah kata-kata penutup dari Yuusei Matsui karena dalam beberapa tahun ini komik karangannya telah di adaptasi menjadi seri anime dan juga film live-action.

KAORI Newsline | Diulas oleh Rafly Nugroho

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses