
4. Berani berbeda, tapi tidak perlu gengsi dan jujur dengan diri sendiri
Sejumlah orang yang tidak menyukai anime saat ini (dan berhenti menontonnya) biasanya mengeluhkan karena “ah fanbase-nya cancer,” “ah mainstream,” “ah yang nonton fujoshi”, dan ah-ah lainnya. Hilangkan rasa gengsi ini dan mulai bertanya pada diri sendiri, kenapa kita harus berbohong pada diri sendiri?
Ingat, yang menonton adalah kamu sendiri. Walau dunia ini dibalikkan dan (misalnya) Trump mengatakan Konosuba adalah anime terjelek sepanjang sejarah umat manusia, ucapan Trump tidak bisa mengontrol apa yang kamu tonton. Kalau menurutmu Konosuba bagus, so what? Seperti lirik lagu JKT48, kalau memang suka ya katakan sejujurnya, tanpa perlu ditutupi.

5. Berteman dan ngobrol dengan orang-orang yang punya selera beragam, namun toleran.
Kemalasan biasanya dimulai saat seseorang bertanya rekomendasi anime musim tertentu, kemudian temannya menjawab ah jangan nonton A, B, C. Dengan berteman hanya bersama orang yang seleranya sama dengan kita, hal ini menciptakan pola pikir yang sempit. Tahu-tahu, niat menonton anime yang harusnya mencari kesenangan justru berubah menjadi debat kusir ala pilkada DKI.
Bertemanlah dengan orang yang berbeda dari kita (tapi punya keinginan untuk belajar dan menerima pendapat baru). Penulis berteman dengan seorang fujoshi yang menonton anime Haikyuu! dan setelah menonton episode pertama anime ini bersamanya, akhirnya paham kenapa anime “normal” ini meledak di kalangan fujoshi. Tetapi setelah ditonton, ternyata citra “jelek” anime ini muncul karena penafsiran para fans beratnya dan kalau ditonton secara biasa, ya hanya anime olahraga biasa.

6. Jangan dipikir serius-serius, tapi hargai mereka yang mau memikirkannya secara serius
Pembicaraan fandom yang berlebihan bisa membuat anime biasa menjadi menyebalkan untuk ditonton. Kembalilah ke prinsip bahwa menonton anime itu dilakukan untuk menyenangkan pikiran kita. Tetapi bila ada sebagian dari teman kita ingin mendiskusikannya sampai dalam-dalamnya, let them be! Bisa jadi mereka menemukan kesenangan dengan mendiskusikannya sampai mendalam dan serius.
Begitu pula bila kita suka mendiskusikan sebuah anime sampai serius, jangan sampai kecintaan kita membuat kita memaksakan pada orang lain, “loe kalau nggak nonton ini loe gak gaul”. Toleransi harus dijaga bersama, baik dalam beragama maupun dalam menonton anime.
Demikian tips dari KAORI untuk mengarungi pesatnya perkembangan anime saat ini. Bila sudah dilakukan dan masih tidak tertarik? Saatnya lompat ke dunia lain. Nonton Sherlock misalnya.
KAORI Newsline | oleh Kevin W