Pada 16 Maret 2017 di Hotel Intercontinental, Sudirman, Jakarta berlangsung acara Game Networking Jakarta 2017 yang merupakan acara tahunan antara industri game Jepang dengan industri Indonesia untuk menjalin relasi. Tak hanya itu, acara ini juga merupakan kesempatan bagus para developer, publisher, media, dan sebagainya untuk bersilahturahmi satu sama lain, baik Indonesia maupun Jepang. Acara ini terakhir ada pada tahun 2015 dan sempat vakum tahun kemarin.

Banner-banner sponsor menjelang masuk ke area acara

Acara ini disponsori banyak pihak mulai dari Google Play, Nikkei Business Publication Inc, Bekraf, Ateam, sampai Pierrot, studio anime yang terkenal dengan Naruto.

Tujuan acara ini selain ajang silahturahim juga memperkenal industri game Jepang yang sudah berkembang dari 1980-an dan juga Tokyo Game Show 2017, sebuah ajang game tahunan kelas internasional yang menjadi jembatan developer untuk memamerkan gamenya ke banyak pihak, terutama kalangan pengiat industri game Jepang.

Dalam acara ini diisi acara-acara menarik seperti pengenalan industri Jepang oleh Square Enix, Industri Mobile Game oleh Ateam, pengenalan acara Tokyo Game Show 2017, sampai diskusi game panel oleh pengiat industri game Indonesia.

Indonesia Game Panel di jam 4 sampai jam 5. Yang baju putih memakai laptop dan yang memakai batik merupakan orang-orang dari KAORI Nusantara. Yang sedang berbicara adalah orang-orang Asosiasi Game Indonesia

Selain itu, acara ini ada yang namanya business meeting yang merupakan acara meeting para developer, publisher, dan sebagainya untuk mengadakan pertemuan kecil dengan pihak-pihak yang mempunyai stand:Bekraf, Duniaku (media online), Denyusha (perusahaan Mobege Jepang), Square Enix, Ateam (perusahaan Mobege Jepang), Bazaar Entertaiment (perusahaan Mobege Jepang), Google Play, dan Pierrot. Yang disayangkan adalah orang-orang Bekraf tidak hadir di acara ini meskipun sudah dijadwalkan seperti pembukaan acara oleh Triawan Munaf.

Acara Business Meeting sedang berlangsung

Dalam acara ini, banyak developer yang datang ke acara ini, tapi didominasi developer Jakarta dan sekitarnya. Ada developer yang datang dari luar daerah, namun developer game skala besar seperti Agate. Selain developer, seperti yang disebut ada publisher (baik Indonesia maupun luar) dan mayoritas publisher mobile game. Ada juga perusahan voucher game, media web luar negeri, freelance-freelance, ketua Cosplay Jakarta, dan juga mahasiswa-mahasiswa Binus yang sepertinya ingin menimba pengalaman dengan mengikuti acara ini.

Stand Ateam

Acara ini memang merupakan acara yang bagus dan wajib dihadiri oleh developer yang ingin memperluas jaringannya koneksinya serta berdiskusi dengan developer-developer lain untuk curhat satu sama lain. Bahkan bisa juga mendapatkan investor jika beruntung.

Stand Square Enix

Para pemuda-pemudi yang belum punya afiliasi studio ataupun semacamnya boleh saja mengikuti acara ini karena banyak ilmu yang bisa diterima dari orang-orang yang sudah berpengalaman dalam industri game selain bertemu dengan para pembuat game legenda seperti Takashi Tokita dari Square Enix yang berperan besar dalam membuat Final Fantasy. Hal tentu menjadi sesuatu tersendiri pada gelaran tahun ini karena 2 tahun lalu, acara Game Networking murni acara bisnis semata dan yang hadir sangat sedikit, tak seperti sekarang yang publikasinya lumayan dan orang non pengiat industri game boleh leluasa masuk sebagai pengunjung.

Memang industri game Indonesia sangat menjanjikan dan membuat industri-industri negara lain seperti Jepang rela membuatkan acara ini yang memakan dana cukup banyak. Begitu juga dengan publisher-publisher game negara lain yang sudah membuka cabang di Indonesia seperti publisher Jepang dan juga Tiongkok yang negaranya agak sulit regulasi game luar.

Acara ini juga merupakan jembatan informasi para developer Indonesia untuk masuk ke acara Tokyo Game Show 2017. Memang booth di sana sangatlah mahal untuk ukuran developer indie, tapi bukan berarti developer Indonesia tak bisa masuk ke acara kelas internasional seperti itu. Ada yang namnya Sense of Wonder Night 2017 yang merupakan ajang presentasi game indie di Tokyo Game Show 2017 yang bisa memotori masuknya developer indie Indonesia ke Jepang.

Suasana ketika seluruh acara sudah selesai

Semoga di tahun depan acara Game Networking Jakarta ada lagi dan yang datang dari Jepang  lebih banyak lagi bahkan kalau bisa studio Jepang lain contohnya Kyoto Animation atau A1 berpartisipasi di acara ini seperti Pierrot. Saat ini beberapa studio anime mulai melirik Indonesia seperti yang terjadi pada penayangan anime-anime Ghibli pada bulan April mendatang.

Ditulis oleh: Muhammad Abdul Karim | Ketua Sengkala Dev, pengembang Game Pedalahusa Fall of Bali yang juga mahasiswa sejarah FIB UI 2015. Panelis “Akulturasi Komik Jepang dengan Komik Indonesia”.

Artikel ini adalah pendapat pribadi dari sang penulis dan tidak berarti merefleksikan kebijakan maupun pandangan KAORI Nusantara.

KAORI Nusantara membuka kesempatan bagi pembaca utk menulis opini tentang dunia anime & industri kreatif Indonesia. Opini ditulis 500-1000 kata dlm bhs Indonesia/Inggris & kirim ke [email protected]

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses