Opini: Memahami Genre Gadis Penyihir dari Cardcaptor Sakura

0
CLAMP / Kodansha / Elex Media Komputindo

Sebelum anime Cardcaptor Sakura: Clear Card mulai tayang, di penghujung 2017 lalu saya memutuskan untuk membaca ulang keseluruhan komik Cardcaptor Sakura yang aslinya. Seri komik tersebut telah diterbitkan ulang oleh Elex Media di tahun 2017; dan stasiun INTV juga tengah menayangkan ulang animenya. Jadi bisa dibilang ini momen yang bagus untuk menelaah kembali apa yang sebenarnya menarik dari cerita gadis penyihir (mahou shoujo) ini.

Dalam Cardcaptor Sakura, tersebutlah gadis SD bernama Sakura Kinomoto yang tinggal di kota Tomoeda bersama ayah dan kakaknya. Suatu hari, ia menemukan sebuah buku misterius di ruang baca ayahnya dan tanpa sengaja melepaskan kartu-kartu ajaib ciptaan penyihir Clow Read yang tersegel di dalam buku itu. Makhluk penjaga kartu yang bernama Keroberos kemudian menugaskan Sakura untuk menangkap dan mengumpulkan kembali kartu-kartu itu. Selain ditemani oleh Kero-chan, Sakura juga dibantu oleh sahabat sekaligus sepupunya, Tomoyo Daidouji, dan juga seorang keturunan kerabat Clow dari Hong Kong, Syaoran Li, yang datang ke kota Tomoeda untuk mencari kartu-kartu itu juga.

Diciptakan oleh kelompok komikus CLAMP di tahun 1996, Cardcaptor Sakura muncul setelah kehadiran seri Sailor Moon yang populer dan berpengaruh pada genre gadis ajaib. Formula Sailor Moon yang menampilkan gadis berkekuatan istimewa yang melawan kekuatan-kekuatan jahat seperti tim sentai telah memicu kemunculan berbagai seri gadis ajaib yang menampilkan konten serupa (di mana seri Pretty Cure merupakan salah satu seri yang paling ternama dalam jenis ini pada era sekarang, dengan terus menghadirkan seri baru setiap tahun tanpa putus sejak 2004).

Cardcaptor Sakura juga menyertakan unsur-unsur aksi, dan CLAMP juga dikenal piawai mengerjakan berbagai genre dan menggabungkan unsur-unsur dari genre yang berbeda-beda (Lamarre, 2009). Tapi meski memiliki unsur aksi, jika diamati dengan seksama isi ceritanya bukanlah pertarungan melawan kejahatan. Dalam lakon awal, kartu-kartu yang diburu Sakura hadir lebih seperti kekuatan netral yang lepas kendali, bukan benar-benar memiliki niat jahat. Seringkali, insiden-insiden melibatkan kartu ajaib itu hadir sebagai semacam teka-teki yang perlu dituntaskan dengan pemahaman akan hakikat dan kondisi kartu yang ditemui. Selanjutnya, Eriol yang awalnya nampak seperti penjahat dalam lakon “Kartu Sakura,” pada akhirnya terungkap selama ini hanya menguji dan membantu Sakura tumbuh untuk mengampu perannya sebagai pengasuh baru kartu-kartu Clow.

Sakura menebak identitas kartu Mirror © CLAMP / Kodansha / Elex Media Komputindo

Kalau cerita Cardcaptor Sakura sebenarnya bukan tentang bertarung melawan kejahatan, lalu cerita seperti apa yang sebenarnya ditawarkan olehnya? Secara umum, fokus utama ceritanya adalah hubungan di antara tokoh-tokohnya dan perasaan-perasaan mereka. Dan itu adalah hal yang wajar kalau kita meninjau pandangan-pandangan yang ada mengenai genre gadis penyihir dan komik shoujo.

Pertama, mari kita tengok pendapat Toshihiko Sato dan Yuji Nunokawa, yang masing-masing merupakan produser dari anime gadis penyihir tahun 80-an, Minky Momo dan Creamy Mami. Dalam pandangan mereka, sosok gadis penyihir seperti Minky Momo dan Creamy Mami menawarkan sudut pandang yang berbeda mengenai dunia, karena mereka tidak menggunakan kekuatan untuk menuntaskan konflik dengan mengalahkan musuh melalui pertarungan seperti dalam cerita shounen atau seri hero semacam Kamen Rider. Kekuatan mereka justru digunakan untuk mendukung dan memberi semangat pada orang-orang untuk hidup di dunia melalui belas kasih (Galbraith, 2014). Selanjutnya, mengenai komik shoujo, Matt Thorn (2001) telah menegaskan bahwa hal yang paling diutamakan dalam komik shoujo adalah hubungan interpersonal, yang wujudnya bisa beragam dari romansa heteroseksual sampai boys’ love, dan yang ditekankan oleh komiknya adalah perasaan dan emosi karakternya.

Sakura dan Syaoran semakin dekat dengan berbagi hadiah © CLAMP / Kodansha / Elex Media Komputindo

Sebagai komik shoujo, Cardcaptor Sakura juga membawa pembaca dekat dengan perasaan tokoh-tokohnya terhadap satu sama lain, seiring dengan tumbuh dan berubahnya interaksi di antara mereka. Pembaca diajak mengakrabi kehidupan tokoh-tokohnya melalui interaksi mereka dalam situasi sehari-hari seperti mengobrol di sekolah, berbagi hadiah, memasak, pergi ke festival, dan lain-lainnya. Bahkan unsur-unsur sihir ikut berperan dalam hubungan antar-tokoh, karena ada kalanya insiden-insiden sihir yang terjadi berkaitan dengan masalah-masalah pribadi maupun interpersonal yang sedang dialami tokoh-tokohnya. Ada juga momen-momen di mana Sakura menggunakan kartunya bukan untuk melawan apapun, tapi untuk memberikan kebaikan, seperti membuat pelangi sebagai ucapan terima kasih atau untuk menerangi festival saat mati listrik.

Sakura menggunakan kartu Glow untuk menerangi festival yang gelap © CLAMP / Kodansha / Elex Media Komputindo

Seiring dengan petualangan Sakura menunaikan tugasnya atau hanya melalui interaksinya dengan orang lain, ia jadi lebih mengenal orang-orang di sekitarnya dan juga dirinya sendiri. Dengan begitu, ia membantu orang-orang di sekitarnya untuk lebih saling memahami dan begitu pula sebaliknya. Mulai dari Sakura dan Syaoran sedikit demi sedikit menyadari perasaan mereka terhadap satu terhadap satu sama lain, atau bagaimana ayah Sakura berbaikan dengan keluarga mendiang istrinya melalui kasih mereka kepada Sakura, dan lain-lainnya; semua orang terkumpul bersama di sekeliling Sakura membentuk lingkungan yang didukung oleh belas kasih.

Hubungan antara karakter-karakter di sekeliling Sakura juga ikut berkembang © CLAMP / Kodansha / Elex Media Komputindo

Tulisan ini bersambung ke halaman dua.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses