Di suatu senja di bawah siraman sinar lampu ‘tube luminescence’.
“Pak, ini ada barang bagus” ujar seorang informan kepercayaanku sambil menunjukkan sebuah barang yang baru saja diperolehnya dari sebuah diler… “Oh sebuah buku novel nampaknya”, gumamku dalam hati.
Nampak sebuah buku berjudul The Alternative – #1 – Silver Ring, yang walaupun kecil ternyata cukup tebal, dengan sampul berwarna dominan biru dengan judul yang membuat rasa penasaranku terusik dan gambar gadis dengan jepit rambut yang entah mengapa mengingatkanku pada sebuah logo perangkat lunak yang pernah populer melindungi komputer sekolahku dari serangan program-program jahat.
Setelah memeriksa bagian depan buku itu, diriku mulai memeriksa bagian belakangnya. Terdapatlah sebuah narasi….
Sinopsis:
Sebagai seorang anggota mafia di kota Surabaya, kehidupan Adam Griffin penuh dengan orang-orang unik.
Ada Kairi Sorata, seorang gadis berkepribadian ganda yang menjadi pengawal pribadinya. Daru Anantara, seorang Runner merangkap otaku yang bodoh tapi penuh energi. Mia Griffin, adik angkat Adam yang mearuh hati padanya. Lucas, pengawal pribadi Mia yang sangat membenci Adam.
Kisah mereka bukanlah sesuatu yang biasa, akan tetapi ketika sebuah cincin misterius muncul, siapa yang menyangka bahwa kisah mereka akan menjadi lebih rumit … dan gelap
Ah… sinopsis ini… deskripsi ini… membangkitkan sesuatu yang telah lama tersegel dalam sanubariku…. darah ‘chuuni’ku mulai menggelegak seolah-olah ingin melepaskan imaji-fantasi yang sudah lama terbelenggu ikatan norma dan realita.

“Ah… nikukyu… bukankah sudah pensiun?…” Tak ingin berlarut lama dalam haru-biru nostalgia kulanjutkan mempelajari buku ini. Ternyata terdapat dua sampul pada buku ini, sebuah sampul sederhana di balik sampul luarnya yang lebih berwarna.

Diriku terpana… sebuah simbol!… apakah arti gerangan simbol ini… kuraih komputer jinjing kesayanganku, A455L (iya, ini seri dari pabriknya, bukan nama dari saya), untuk mengarungi derasnya arus dunia digital. Kuketikkan kata kunci ‘three triangle symbol’ sebagai sebagai titik nadir pencarian dan menuju zenit dari segala informasi…. wikipedia… atau yang lebih keren disebut dengan ‘akashic record’.

Astaga…. mataku terbelalak… apakah ini adalah buku yang akan digunakan kaum pagan yang untuk mengubah tatanan dunia menuju dunia baru? Diriku menghela nafas untuk memperteguh jiwa dan ruh-ku menjelajahi buku yang penuh misteri ini.

Surabaya via jalur alternatif
The Alternative mengambil kota Surabaya sebagai latar belakang kejadian. Berbeda dengan Surabaya yang selama ini kita kenal, penulis menjelaskan bahwa kota ini terletak pada ACVerse (Alternative-Consellation Universe) bisa dikatakan bahwa novel ini juga memiliki logika cerita yang berlainan dengan Surabaya yang kita kenal selama ini. Oleh sebab itu, jangan kaget dan jangan heran, jangan takut ataupun bimbang jika Adam Griffin tidak digelandang ke polda terdekat ketika melakukan tindak kekerasan menggunakan senjata api karena tidak ada tindakan kriminal tanpa adanya saksi, walaupun kota Surabaya hancur lebur karenanya.
Mafia dalam novel The Alternative didefinisikan ulang sebagai sebuah kelompok yang memiliki otoritas mengendalikan politik, ekonomi, dan hukum dibandingkan dengan sekadar kelompok kriminal. Penghilangan penekanan kriminal, yang pada sebagian masyarakat mendapatkan predikat buruk, menyebabkan mafia dalam novel ini dibagi menjadi mafia baik dan mafia jahat, sebuah hal yang masih bisa dieksplorasi jikalau novel ini suatu saat berlanjut kembali.
Tema fantasi dan tanpa latar tahun membuka kesempatan luas memasukan unsur fiksi sains maupun sihir. Rekayasa genetik pada manusia maupun senjata-senjata berkekuatan di luar jangkauan teknologi saat ini merupakan hal yang umum terjadi. Sayangnya ada beberapa hal yang terasa janggal ketika cerita dipersepsikan sebagai fiksi sains tetapi penerapannya lebih mirip dengan sihir. Contoh dari hal ini adalah senjata berwujud senapan yang memiliki recoil luar biasa tetapi nyaris tidak mengeluarkan suara dari larasnya ketika ditembakkan ataupun mengeluarkan energi listrik dari tubuh untuk memanipulasi kekuatan senjata api.
Berbeda dengan diri saya yang cinta damai dan penuh kasih sayang, The Alternative sarat dengan adegan kekerasan dengan sedikit darah dan airmata para tokohnya. Adegan pertarungan cukup mendominasi karena setidaknya terdapat 4 subplot pertarungan sepanjang penceritaan dalam Novel: Prolog, perebutan cincin bagian pertama, kilas balik, pencarian onderdil, dan adegan komedi slapstick jika turut dihitung.
‘Chuuni’ adalah hak segala bangsa
Karena merupakan istilah gaul dan merupakan definisi sosial, agak sulit mendefinisikan ‘chuuni’ itu sendiri. Jika penulis mendefinisikan ulang mafia sebagai sebuah organisasi non-kriminal, ‘chuuni’ saya definisikan fase di mana seseorang mencitrakan diri di luar dirinya sesungguhnya dengan tujuan untuk terlihat keren. Dampak dari hal ini perilaku ‘chuuni’ dianggap aneh oleh masyarakat. Terasa ‘chuuni’ sendiri bukan selalu berarti ‘chuuni’ secara inheren.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa novel The Alternative menggoreskan kesan ‘chuuni’ yang mendalam bagi hati sanubari saya. Judul berbahasa Inggris maupun penggambaran karakter bergaya manga tidaklah membuat rasa penasaran terpantik. Hal ini berubah 180 derajat ketika saya membalik buku dan membaca sinopsis cerita yang ada. Saya sempat terdiam, membaca, dan merenungi beberapa saat sambil bergumam “ini sinopsis chuuni sekali”. Jelek? Tentu saja tidak, karena gara-gara sinopsis yang ‘chuuni’ inilah saya merasakan semangat yang berarti untuk ngejud… membaca dan menulis resensi buku ini.
Surabaya sebagai latar memberikan gambaran dalam benak saya bahwa The Alternative terletak di Indonesia yang kita kenal dengan segala “ke-Indonesiaan-nya” yang kemudian langsung dihancur-leburkan remuk terhempas oleh hyper combo kata-kata mafia, nama karakter-karakter, dan…. gelap. Hal ini dilanjutkan dalam daftar isi yang menulis judul-judul bab menggunakan bahasa Inggris secara ekslusif dengan warna sebagai tema judul. Tema mitologi Nordic yang digunakan sebagai nama benda pusaka maupun logo yang tercantum pada sampul buku juga turut memberikan kesan ‘chuuni’ pada novel The Alternative walaupun tidak signifikan. Kesan ‘chuuni’ terbesar tentu saja dihamparkan pada lembaran-lembaran kertas berjumlah 270 halaman yang menjadi isi novel. Kesan ini ditimbulkan akibat bagaimana sebuah kejadian dideskripsikan. Hal ini dicontohkan ketika Daru meneriakkan nama jurus dari karakter yang disukainya ketika bertarung untuk mengalahkan salah satu musuh. Contoh lainnya adalah komentar Kairi ketika secara tidak sengaja membunuh salah satu anggota gangster yang mengeroyoknya.
Setelah membaca The Alternative hingga habis, tersisa sebuah pertanyaan seberapa otaku, atau remaja kekinian lebih mengenal, seberapa tinggikah level wibu Adam Griffin mengingat pada umur 8 tahun sudah mampu untuk memberikan nama yang tidak begitu janggal untuk didengar di tengah realita bahwa dia tinggal di kota Surabaya yang nampak jelas sangat jauh dari negara Jepang. Nama Kairi Sorata sendiri memantik rasa penasaran bagaimana jika ditulis menggunakan bahasa Jepang. かいりそらた atau カイリソラタ bisa menjadi Alternative #1 dan Alternative #2. Namun, setelah melakukan beberapa percobaan, 海里空田 nampaknya menjadi pilihan lain yang masuk akal. Huruf 海 memiliki arti laut sedangkan 里 dapat berarti perkampungan sehingga 海里 memiliki arti kampung laut. Hal ini memantik rasa penasaran saya, apakah Adam memiliki keterikatan emosional dengan hal tersebut? Ayahnya seorang nelayan? Pekerja pengeboran lepas pantai? Petani garam? Pegawai tambak? Syahbandar? Anggota Bakamla? Entahlah, hanya penulis cerita dan Tuhan yang mengetahui.
Kesimpulan
Sebagai karya sastra pop, novel The Alternative – #1 Silver Ring dapat menjadi pilihan bacaan yang menghibur. Bahasa yang ringan, jumlah tokoh yang sedikit dan plot yang sederhana membuat novel ini dapat diterima berbagai kalangan, terutama remaja hingga dewasa.
Stereotipe-stereotipe komik shounen yang bermunculan pada komik ini bagaikan pedang bermata dua, digemari pembaca umum dengan risiko terasa klise bagi pembaca lainnya.
Referensi karya populer dan disertai penjelasan secara langsung menghilangkan kesempatan untuk memainkan memori pembaca mengingat-ingat jargon pada suatu komik tertentu, di luar risiko hukum yang mungkin terjadi jika karya ini suatu saat menjadi sangat populer. Perlu ada perbaikan dalam tata letak dan tipe ilustrasi. Karakter-karakter yang mendapatkan peran penting baru mendapatkan ilustrasi ketika novel telah mencapai bagian pertengahan menuju akhir, sehingga pada sebagian besar cerita, pembaca hanya bisa menerka-nerka penampilan sang tokoh. Terdapat sedikit masalah tipografi dan penulisan yang walaupun tidak berpengaruh besar, dapat menjadi sandungan pada kesempurnaan cerita. Penjelasan istilah, terutama tentang π, menggunakan bahasa yang terlalu disederhanakan sehingga penjelasan tersebut menjadi ‘miseleding’ alias ‘minta diseleding’.
Oh ya, The Alternative tidak berakhir sampai di sini saja lho! Novel ini tengah berlanjut dengan sejumlah sekuel seperti The Alternative #1.5 – End of Bloom dan juga The Alternative #2 – Entity yang keduanya bisa dibaca melalui akun Wattpad milik Snow sang penulis. The Alternative sendiri merupakan bagian dari universe Alternative Constellation/ACVerse yang di dalamnya juga terdapat kisah seperti Constellation, Linked Hearts, hingga novel visual pendek Luminescene.
Dengan kekuatan cahaya mentari pagi kutuliskan ulasan ini dan kembali kusegel kegelapan dalam diri.
KAORI Newsline | Ulasan oleh Adi Wibowo Wendar